Soal Yasinan dan Malam Jumat

Oleh: Salim Rahmatullah

Sang Pejalan

Muadz bin Jabal berkata; “Ilmu itu imam dari amal, dan amal adalah pengikutinya (al-`ilmu imāmu al-`amali wa al-`amalu tābi`uhu). Imam Bukhari—perawi hadis terkenal—berkata; “Berilmu sebelum berkata dan beramal (al- `ilmu qabla al-qauli wa al-`amali). Sementara, Umar bin Abdul Aziz—salah satu khalifah tersohor dinasti Ummayah pernah berujar, “Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka ia lebih banyak merusak dibandingkan memperbaiki”. Tiga perkataan tokoh ini menunjukkan, bagaimana ilmu merupakan hal yang penting dimiliki sebelum beramal atau beribadah.

Begitu juga dengan keilmuan terkait tradisi dan kebiasaan yang sudah lama dijalankan oleh masyarakat, seperti tradisi membaca Surah Yasin di saat malam jumat, pagi hari, sore hari, membacakan kepada sanak saudara yang tengah menghadapi sakaratul maut, bahkan membacanya ketika ziarah kubur. Penting untuk mengetahui dasar dan ilmu pengamalan pembacaan Yasin di berbagai kesempatan itu.

Surah Yasin, dinamakan dengan Yasin, sesuai dengan huruf muqathaah yang mengawali surah ini, Yasin. Kebanyakan mufassir tidak menafsirkan huruf muqathaah, tetapi menyukupkan pada “hanya Allah yang mengetahui maksudnya”. Mufasir lain semisal Ibn Abbas, menafsirkan “Yasin” dengan “Wahai Manusia”. Yasin juga nama lain dari Nabi Muhammad saw., seperti diungkap Imam Ja’far Shadiq, bahwa nama-nama lain dari Rasulullah Saw., adalah Abdullah, Ahmad, Thaha, dan Yasin. Di satu sisi, surah Yasin pun memiliki nama lain, yaitu Man`amah, Rafi`ah, dan Khafizah.

Surah Yasin merupakan surah ke 36 dari 114 Surah Al-Qur’an. Terdiri dari 83 ayat; ayat 1-21 termasuk ke dalam juz ke 22, sementara ayat ke 22-83 termasuk ke dalam juz ke 23. Surah ini terdiri dari 733 kata dan 3068 huruf. Ia termasuk ke dalam surah makkiyah, yakni surah yang turun kepada Nabi Muhammad Saw, sebelum Nabi hijrah ke Madinah. Tetapi ada pendapat, salah satu ayatnya, yakni ayat ke 47, adalah ayat madaniyyah, ayat yang turun setelah hijrahnya Nabi.

Baca Juga:  Hikmah Muta'aliyah dan Kontribusinya untuk Paradigma Beragama

Tidak banyak mufassir yang menunjukkan sebab-sebab dari turunnya surah Yasin, salah satu yang menjelaskan adalah Syaikh Hamami Zadah, bahwa surah Yasin diturunkan karena penolakan kaum kafir Quraisy terhadap ajaran dan dakwah yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw.

Surah Yasin layaknya surah-surah yang lainnya, umumnya keseluruhan Al-Qur’an, membacanya termasuk Ibadah. Jika merujuk kepada studi ‘Ulumul Qur’an, di dalam Al-Qur’an ada surah-surah yang diistimewakan atas surah yang lain, ada ayat yang diistimewakan dari ayat yang lain, seperti membaca surah Al-Ikhlas lebih diutamakan daripada surah al-Lahab, membaca Ayat Kursi lebih diutamakan daripada ayat-ayat dalam surah al-Baqarah lainnya. Hal ini disebabkan kandungan dari surah al-Ikhlas dan ayat Kursi mengenai wahdaniyat, yakni keesaan Allah Swt.

Surah Yasin pun demikian, di dalam hadis dijelaskan membaca surah Yasin akan diberikan ganjaran pahala seperti membaca 10 kali Al-Qur’an. Ini karena surat Yasin merangkum semua tema atau topik yang ada di dalam Al-Qur’an, karena itu disebut dengan jantung atau kalbunya Al-Quran.

Dari Anas ra., bahwa segala sesuatu memiliki kalbu, dan kalbu Al-Qur’an adalah Surah Yasin. Dan barangsiapa yang membaca Surah Yasin, Allah mencatat baginya karena bacaannya itu pahala membaca 10 kali Al-Qur’an.

Dalam kitab Washiyyatul Musthafa li al-Imam `Ali Karramallahu Wajhah, Nabi Muhammad Saw., berwasiat kepada Sayyidina Ali,

يا علي: عليكم بسورة يس صباحا و مساء فان من قرأها كذالك كان فى امان الله

“Wahal Ali: Hendaklah engkau membaca surah Yasin di kala pagi dan petang, karena sungguh barangsiapa yang membaca demikian, ia berada di dalam keamanan (pengawasan) Allah swt.”

Hadis yang lain menunjukkan alasan pembacaan surah Yasin di Malam Jumat, seperti hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud, “Barangsiapa yang membaca Surah Yasin dan Ash-Shaffat di malam Jumat, Allah akan mengabulkan permintaannya”.

Sementara itu, sebagaimana Surah Yasin sering dibacakan kepada orang yang tengah menghadapi sakaratul maut, perkataan Imam Ahmad ra. mungkin menjadi  patokan. Imam Ahmad ra. telah menceritakan kepada kami, Abul Mughirah telah menceritakan kepada kami, Safwan yang mengatakan bahwa para Syaikh mengatakan, “Apabila surah Yasin dibacakan untuk orang yang sedang menjelang kematiannya, maka Allah swt., memberikan keringanan baginya berkat surah Yasin ini”.

Surah Yasin juga dibacakan untuk orang yang sudah meninggal, hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, Ibnu Abi Syaibah, An-Nasa’i, Ibnu Majah, Al-Hakim, dan Al-Baihaqi, menunjukkan demikian;

Baca Juga:  Telaah Sosiologis Rasionalisme di Awal Islam (4): Rasionalisme Religius

إقرؤوا يس على موتاكم

“Bacakanlah surah Yasin bagi orang yang sudah meninggal di antara kalian”.

Pun demikian ketika ziarah kubur, pembacaan surah Yasin akan meringankan siksa bagi para ahli kubur. Tetapi, patu diketahui, jika hadis-hadis mengenai pembacaan surah Yasin dinilai dhaif, walaupun demikian para ulama bersepakat tentang kebolehan mengamalkannya. Demikian, tradisi pembacaan surah Yasin yang sudah membumi di masyarakat, bukan tidak berdasar. Para ulama sudah mengabarkan dasar-dasar itu sedari dulu.

0 Shares:
You May Also Like