Terapi dari Kesedihan dan Ketakutan Ala Al-Qur’an

Dalam Al-Qur’an ada banyak ayat yang bisa kita jadikan motivasi untuk menerapi diri agar jauh dari ketakutan. Salah satunya adalah: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, melaksanakan shalat dengan sempurna dan menunaikan zakat, bagi mereka ganjaran mereka di sisi Tuhan Pemelihara mereka. Tidak ada rasa takut menimpa mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati” (QS. Al-Baqarah [2]: 277).

Dalam ayat tersebut setidaknya ada bebarapa poin yang bisa dijadikan terapi atas ketakutan dan kesedihan. Yang pertama, Tuhan menyuruh kita beriman. Kedua, melakukan amal saleh. Ketiga, shalat. Dan keempat adalah mengeluarkan zakat.

Mari kita kaji satu persatu pesan ayat tersebut. Pertama keimanan. Saya biasanya menggambarkan bahwa keimanan ini memiliki peranan penting untuk mendatangkan kenyamanan bagi pelakunya. Iman ditinjau dari segi bahasa berarti percaya. Kalau saja saya tak punya kepercayaan, bagaimana saya akan bergerak melakukan sesuatu. Contoh, tidak mungkin saya mau menanam pisang jika saya tidak percaya dapat mendatangkan keuntungan. Dari sini sudah tergambar bahwa, saya menanam pisang karena sudah banyak yang saya saksikan orang sukses dengan usaha ini.

Contoh di atas memberi gambaran bahwa keimanan atau kepercayaan yang menggerakkan tubuh kita untuk melakukan kegiatan tersebut. Kalau saja kita yakin dengan itu, lebih besar lagi pengaruhnya jika kita yakin kepada Tuhan swt. Maksudnya bagaimana? Tuhan memberi pesan melalui Al-Qur’an bahwa “Tuhan tidak mengubah suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang ingin perubahan”.

Dengan keyakinan pada kebenaran pesan Tuhan tadi, menggerakkan kita mengamalkan ayat itu dalam kehidupan sehari-hari. Dari pernyataan ini, dapat disimpulkan bahwa keimanan punya peranan penting untuk menjauhkan rasa sedih akan kelaparan, dan rasa takut terdampar dalam kesesatan karena kemiskinan. Tak jarang keadaan miskin, membuat kita rela menjual nilai-nilai kebaikan demi kenikmatan sesaat. Artinya, keadaan takut miskin tadi teratasi dengan pengamalan ayat di atas bahwa perubahan nasib itu tergantung usaha, dan dari sanalah Tuhan memberi rezeki.

Baca Juga:  Kesehatan Mental dalam Pandangan Islam

Beberapa uraian di atas menggambarkan bahwa manusia bisa tenang dengan menerapi diri dengan keimanan, sehingga rasa takut dan sedih terkontrol dengan baik. Namun menjadi cacatan dalam tulisan ini adalah, keimanan itu bisa bertambah dengan bertambahnya pengetahuan kita terhadap yang ingin kita yakini. Jadi, kalau ingin bertambah yakin dengan Allah, ya kaji segala yang bisa menambah keyakinan tadi. Kalau hanya diam, maka tidak akan tercapai. Ringkasnya begini. Teruslah belajar untuk menambah keimanan. Setelah beriman, akan jauhlah ketakutan dan kesedihan. Nanti di kesempatan lain kita bicarakan bagaimana amal saleh dapat menghilangkan ketakutan dan kesedihan.

 

Previous Article

Guru

Next Article

Hubungan Kapitalis di Wilayah Adat: Duka bagi Mereka yang Tersisihkan

Subscribe to our Newsletter

Subscribe to our email newsletter to get the latest posts delivered right to your email.
Pure inspiration, zero spam ✨