Antara Mujahadah dan Riyadhah

Tulisan ini hanyalah sedikit upayaku, untuk memahami tentang mujahadah dan riyadhah, meskipun saya sendiri masih jauh dari pelaksanaan keduanya. Semoga dengan menulis ini, dapat menjadi pengingat sekaligus pemicu awal bagiku untuk mengamalkan dua ajaran yang sangat esensial dalam diskursus tasawuf atau spiritualisme dalam Islam.

Mujahadah dan riyadhah adalah suatu usaha dan proses kita secara aktif, terus menerus, tanpa henti, dalam perjalanan menuju Tuhan. Sepertinya mudah diucapkan, namun sulit dilaksanakan.

Mujahadah adalah perjuangan keras menaklukkan hawa nafsu, kecenderungan, dan kebiasaan hidup kita yang bisa mendorong kepada maksiat. Mujahadah inilah yang disampaikan oleh Rasulullah  ketika selesai perang Badar, dalam hadis yang sering dikutip oleh para sufi.

“Kalian semua pulang dari sebuah pertempuran kecil menuju pertempuran besar. Lalu ditanyakan kepada Rasulullah, apakah pertempuran besar wahai Rasulullah? Rasul menjawab, pertempuran melawan  hawa nafsu”.

Perang fisik sebesar apapun, adalah perang kecil, bila dibandingkan dengan perang melawan hawa nafsu. Pada perang fisik, musuh kita terlihat jelas, namun saat mujahadah melawan hawa nafsu, musuh kita adalah diri kita sendiri. Musuh kita ada di dalam diri kita, yaitu hawa nafsu (syahwat) yang diperkuat dengan waham (khayalan), dan ghadab (emosi).

Waham adalah imajinasi manusia yang semu, yang mendorong kepada keburukan. Semua imajinasi yang pada akhirnya mendorong kepada keburukan, hawa nafsu, dan segala hal kotor yang makin menjauhkan  diri kita dari Tuhan, adalah waham. Berhati hatilah menggunakan karunia Tuhan berupa imajinasi kita yang tak terbatas ini, manfaatkan sebaik baiknya, agar tidak menjadi waham.

Riyadhah adalah usaha dan praktek spiritual secara aktif, terus menerus, secara rutin, dalam pendekatan kepada Tuhan melalui ibadah wajib maupun sunah, serta berbagai bacaan seperti zikir, wirid, dan hizib.

Baca Juga:  Meninjau Ulang Ajaran Zuhud dalam Sufisme Perspektif Jalaluddin Rakhmat

Bila dikaji kembali, mujahadah ini lebih kepada menahan diri untuk tidak melakukan hal yang haram, makruh, maupun mubah yang tidak disukai Tuhan. Sedangkan riyadhah, adalah usaha kita secara aktif untuk beribadah, melakukan hal yang wajib dan sunnah.

Ternyata tidak mudah untuk menahan diri dari hal yang sangat kita sukai, tapi tidak disukai Tuhan. Lebih mudah kita melakukan hal yang wajib dan sunnah. Betapa banyak orang yang ibadahnya terlihat tekun, tapi melakukan korupsi. Betapa banyak orang yang bolak balik haji dan umroh, tetapi kelakuannya masih kotor. Betapa banyak orang yang terlihat sangat rajin salat, tapi sering bergunjing. Walhasil, tidak mudah menjalani mujahadah ini, perlu perjuangan dalam menahan diri, karenanya mujahadah bernilai sangat tinggi dan sangat dihargai oleh Tuhan.

Orang yang bermujahadah begitu menjaga perbuatannya, sehingga bagi mereka tidak ada istilah wajib, sunnah, makruh, mubah, haram. Bagi mereka segala hal yang tidak disukai Tuhan adalah haram. Segala hal yang meragukan, segala hal yang sia-sia meskipun dibolehkan, apalagi hal yang makruh, bagi mereka adalah haram untuk dikerjakan.

Agar mujahadah lebih mudah dilaksanakan, kita dianjurkan menjalankan empat hal penting yang merupakan semacam rukun mujahadah yaitu kurangi bicara, kurangi makan, kurangi tidur, dan kurangi pergaulan yang tidak perlu. Keempat hal tersebut, bila berlebihan dapat membuat pikiran kurang jernih, memicu hawa nafsu dan waham kita, yang pada akhirnya menumpulkan mujahadah kita.

0 Shares:
You May Also Like