Amal Kecil, Penerimaan Besar: Pelajaran dari Imam al-Ghazali

Syekh Nawawi al-Bantani di dalam mukadimah kitab Nashaih al-‘Ibad menyajikan sebuah kisah inspiratif dan penuh kasih sayang kepada makhluk Allah.

Diceritakan, pada suatu malam, Imam al-Ghazali—seorang sufi, fakih, teolog, dan filsuf terkemuka—bermimpi berdialog dengan Allah SWT. “Dengan modal apa kamu datang menghadap-Ku?” tanya Allah kepada al-Ghazali. Lalu, al-Ghazali dengan penuh percaya diri menyebutkan satu per satu amal baiknya.

Allah menjawab, “Aku tidak menerima deretan amal baikmu itu. Aku hanya menerima satu amalmu, yakni ketika kamu sedang menulis, seekor lalat masuk ke dalam tinta penamu untuk minum darinya. Lalu, kamu tinggalkan aktivitas menulismu itu sampai lalat itu mereguk puas tinta penamu.”

Hikmah yang dapat dipetik dari kisah ini adalah sebagai berikut: Pertama, kesederhanaan dalam amal. Kisah ini mengajarkan bahwa kadang-kadang Allah lebih menghargai amal yang sederhana dan dilakukan dengan niat tulus daripada amal-amal besar yang dilakukan dengan riya atau kebanggaan diri.

Kedua, kecintaan dan kasih sayang kepada makhluk Allah. Ternyata, amal al-Ghazali yang diterima oleh Allah adalah ketika ia menghentikan aktivitas menulisnya untuk memberi kesempatan seekor lalat minum dari tinta pena. Hal ini mencerminkan cinta dan kasih sayangnya kepada makhluk-makhluk Allah yang diciptakan-Nya.

Ketiga, ikhlas dalam beramal. Ikhlas adalah kunci utama dalam diterimanya amal oleh Allah. Ketika al-Ghazali memberikan kesempatan kepada lalat untuk minum dari tinta pena tanpa mengganggu atau membunuhnya, ia menunjukkan bahwa tindakan tersebut tidak dilakukan untuk pamer atau mencari pujian, melainkan semata-mata karena Allah SWT.

Keempat, kisah ini mengingatkan kita akan pentingnya memperhatikan detil-detil kecil dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun tampaknya tidak signifikan bagi banyak orang, tindakan sekecil apapun, jika dilakukan dengan niat yang benar, dapat memiliki nilai spiritual yang besar di hadapan Allah.

Baca Juga:  Ibn 'Arabi: Balasan Orang Berpuasa adalah Allah

Kelima, sebagai seorang ulama besar, al-Ghazali tidak hanya dikenal karena ilmunya yang luas, tetapi juga karena kesalehannya dan hubungannya yang mendalam dengan Allah. Kisah ini mengajarkan kita untuk merenungkan dan memperbaiki hubungan spiritual kita dengan Allah melalui tindakan-tindakan kecil yang penuh keikhlasan.

Dengan demikian, kisah ini menawarkan pelajaran tentang keikhlasan, perhatian terhadap makhluk Allah, dan nilai dari tindakan-tindakan kecil yang dilakukan dengan niat yang benar.

Previous Article

Ziarah ke Sebalik Sungai Amu Darya (Bagian 4)

Next Article

ALHAMDULILLAH, YA ALLAH, ANAK SAYA BUKAN USTAD!

Subscribe to our Newsletter

Subscribe to our email newsletter to get the latest posts delivered right to your email.
Pure inspiration, zero spam ✨