Tasawuf merupakan jalan atau metode yang ditempuh seseorang untuk melakukan penyucian jiwa (tazkiyatun nafs), sehingga terkoneksi dengan Yang Maha Suci. Bakri dalam bukunya Akhlak Tasawuf: Dimensi Spiritual dalam Kesejarahan Islam mengatakan, kedudukan tasawuf dalam Islam diakui sebagai ilmu agama yang berkaitan dengan aspek-aspek esoteris (batin) yang dimanifestasikan dalam bentuk akhlak terpuji.
Komponen dasar dalam agama Islam meliputi Iman, Islam, dan Ihsan. Aspek iman melahirkan ilmu teologi (kalam), aspek Islam melahirkan ilmu syari’at, sedangkan aspek ihsan melahirkan ilmu akhlak atau tasawuf. Dengan demikian, ilmu tasawuf selain fokus pada penyucian jiwa, juga memiliki misi dalam memperbaiki akhlak.
Hadirnya tasawuf di tengah-tengah masyarakat telah memberikan napas segar bagi kehidupan orang Islam. Kerinduan manusia terhadap persoalan yang bersifat keilahian menandakan tasawuf berkembang secara signifikan. Saat ini, persoalan spiritualitas Islam (tasawuf) telah menghunjam dan mewarnai kehidupan masyarakat.
Sebelumnya masyarakat menjadikan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai senjata tempur dalam menghadapi kehidupan dan mempersiapkan masa depan. Namun, kini mulai bergeser dan memperhatikan aspek spiritual yang bersifat meta-rasional, baik dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, maupun untuk mengatasi permasalahan kehidupan yang belum dapat dipecahkan oleh kekuatan nalar manusia.
Tasawuf merupakan ruang bagi penghayat yang bersifat esoteris (batin) disamping yang bersifat eksoteris (lahir). Tujuan tasawuf adalah menjadikan agar Islam tidak sebatas dijadikan sebagai ritual keagamaan tanpa penghayatan. Namun, Islam juga memiliki dampak yang luas terhadap pemeluknya, salah satunya dalam permasalahan kesehatan yang meliputi biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Dalam perkembangannya tasawuf memiliki berbagai varian namun, tetap dalam esensi yang sama. Secara garis besar, tasawuf memiliki varian seperti, tasawuf akhlaqi (moralitas), tasawuf falsafi (pemikiran), tasawuf ‘amali. Selain itu, terdapat juga tasawuf healing atau dikenal dengan istilah sufi healing.
Sebagaimana Wahyudi dalam karyanya Psikologi Sufi: Tasawuf sebagai Terapi, mengatakan gangguan kejiwaan yang dialami manusia dapat ditangani menggunakan metode terapi sufi. Dengan demikian, tasawuf bukan sekedar ilmu yang berisi wacana langit yang terkesan mistis, namun juga memiliki kontribusi nyata dalam kehidupan manusia dan dapat dibumikan.
Hadirnya tasawuf dan kontribusinya dalam dunia kesehatan dalam membantu menangani permasalahan psikologis maupun biologis seperti gangguan kejiwaan, stres, depresi bukan untuk menggeser atau mengingkari ilmu medis, akan tetapi menjadi alternatif terapi yang belum dapat diselesaikan oleh kalangan medis.
Dalam psikologi, salah satu permasalahan psikologis (jiwa) di antaranya seperti stres, was-was, cemas, depresi, dan frustasi. Psikoterapi merupakan mekanisme pengobatan yang digunakan ilmu psikologi. Caplin (1981), psikoterapi diartikan sebagai teknik khusus dalam proses penyembuhan penyakit kejiwaan dan mental serta pada kesulitan penyesuaian diri.
Tasawuf yang sebelumnya terkesan sebagai ilmu yang bersifat adikodrati kini sudah menjadi ilmu yang mudah dipahami. Di dalamnya terdapat beberapa aspek yang meliputi zuhud, tawakal, kanaah, khauf. Selain itu tasawuf juga tidak terlepas dengan ajaran zikir, bahkan menjadi ciri khas pada setiap tarekat dalam tasawuf. Aspek-aspek tersebut ketika diulas secara mendalam, maka terdapat nilai-nilai healing (pengobatan).
Penyembuhan dengan metode sufi healing (pengobatan tasawuf) di antaranya: Pertama, metode zikir (mengingat Tuhan) dengan penuh penghayatan. Penghayatan inilah yang kemudian berdampak pada psikologis. Dalam paradigma kognitif, kalimat positif yang sering diucapkan dengan penuh penhayatan akan membimbing pikiran dan hati menjadi positif, kemudian akan meredam gejolak kejiwaan yang bersifat patologis dan akan tercermin pada perilaku yang baik.
Kedua, metode zuhud yakni sebuah sikap menjauhkan diri dari sesuatu yang berkaitan dengan dunia, agar hati tidak terbelenggu oleh keduniawian. Seseorang yang mencurahkan sepenuh hidupnya untuk mengejar dunia dan materi, mereka akan rentan mengalami kondisi stres, cemas, was-was, frustasi bahkan depresi. Dengan demikian, sikap zuhud dapat dijadikan metode untuk menangani permasalahan tersebut.
Ketiga, metode tawakal yakni sikap pasrah diri kepada kehendak Tuhan, serta sikap percaya sepenuh hati kepada Tuhan. Ihtiar sudah menjadi keharusan setiap manusia. Namun, permasalahan seseorang yang terlalu mengantungkan hidupnya pada usahanya sendiri tanpa melibatkan intervensi Tuhan, ia akan mudah mengalami rasa kecewa, frustasi, bahkan bunuh diri karena hasilnya yang didapatkan tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan. Maka, sikap tawakal ini dapat dijadikan sebagai cara agar terhindar dari permasalahan psikologis.
Keempat, metode khauf yakni sikap mental merasa takut kepada Tuhan. Rasa takut pada umumnya dilabeli negatif dan bersifat destruktif. Akan tetapi pada konteks tertentu, semisal dalam tasawuf rasa takut memiliki makna positif dan bersifat konstruktif. Misalkan, perasaan takut kepada Tuhan akan menjadi pengendali diri kita agar tidak melakukan perilaku abnormal. Perilaku buruk sering disebabkan oleh dorongan nafsu buruk dan kurangnya kendali dalam diri.
Dengan demikian, melalui sufi healing diharapkan tasawuf memiliki kontribusi yang lebih luas yang dapat dirasakan oleh masyarakat secara nyata. Nilai-nilai tasawuf dapat transformasikan pada setiap lini kehidupan, tidak terbatas dalam sebuah tarekat atau aliran. Artikel ini jauh dari kata sempurna, salah satunya belum menjelaskan bagaimana mekanisme atau langkah-langkah bagaimana nilai-nilai tasawuf dapat dijadikan psikoterapi.