Dari Vatikan ke Najaf: Mengukuhkan Persaudaraan, Membendung Teror

Syekh Shawki ‘Allam (Mufti Agung Mesir) menyebutkan bahwa Islam tidak dibangun di atas dasar paksaan, ekstremisme, perang, kekerasan, kebencian, memutus hubungan, dan permusuhan. Sebaliknya, dasar-dasar Islam adalah petunjuk, moderat, perdamaian, cinta, kerjasama, dan persaudaraan. Beberapa nilai agung ini merupakan prinsip-prinsip Islam yang tertanam dalam tradisi hukum Islam, akidah, dan akhlak yang berkembang dari zaman Nabi hingga sekarang. Makanya, tidak ada tempat bagi terorisme dalam praktik keislaman (The Ideological Battle: Egypt’s Dar al-Iftaa Combats Radicalization, hlm. 4 & 90).

Dari paparan di atas diketahui bahwa salah satu dasar Islam adalah persaudaraan, bukan permusuhan. Oleh karena itu, meskipun seseorang tidak terikat dalam persaudaraan seagama (ukhuwwah islâmiyyah) atau persaudaraan sebangsa (ukhuwwah waṭaniyyah), tetapi dia terikat dalam persaudaraan sesama manusia (ukhuwwah basyariyyah) dengan orang lain. Ketiga jenis persaudaraan ini merupakan ajaran Islam yang harus dijaga dan dipertahankan oleh setiap Muslim sampai hari kiamat kelak (Yûsuf al-Qaraḍâwî, Kaifa Nata‘âmal ma‘a al-Qur’ân al-‘Aẓîm?, 1999: 118-119).

Dengan demikian, tidak ada alasan untuk membenci dan meneror orang lain karena beda agama, kepercayaan, mazhab, bangsa, atau lainnya. Sebab, seluruh manusia adalah bersaudara yang berasal dari bapak dan ibu yang sama, yaitu Nabi Adam as. dan Sayyidah Hawa as.

Kalian adalah Bagian dari Kami, dan Kami adalah Bagian dari Kalian

Dalam konteks menjaga persaudaraan sesama manusia ini, Ayatullah Sayyid ‘Ali Hussein al-Sistani (pemimpin Muslim Syiah Itsna ‘Asyariah Irak) menyambut kedatangan Paus Fransiskus (Pemimpin Gereka Katolik Vatikan Roma) pada hari Sabtu (06/03/2021) di kota Najaf, Irak.

Kedatangan Paus Fransiskus tersebut disambut dengan poster yang bertuliskan pepatah agung dari Imam ‘Ali bin Abi Thalib as., yaitu: “an-nâsu ṣinfâni, immâ akhun laka fi ad-dîn aw naẓîrun laka fi al-khalqi (manusia terdiri dari dua jenis, baik saudaramu dalam satu iman atau sederajat (saudaramu) dalam kemanusiaan).” Dengan kata lain, “mereka yang bukan saudaramu dalam satu iman adalah saudaramu dalam kemanusiaan.”

Selain itu, ada poster lain yang bertuliskan pesan indah dari Ayatullah Sayyid ‘Ali Hussein al-Sistani, yaitu: “Antum juz’un minnâ  wa naḥnu juz’un minkum (kalian umat Kristiani adalah bagian dari kami umat Islam, dan kami adalah bagian dari kalian).” Artinya, umat Kristiani (non Muslim) adalah bagian dari umat Islam dalam hal kemanusiaan, dan begitu pula sebaliknya.

Baca Juga:  BAGAI DAUN-DAUN KERING DITERBANGKAN ANGIN DI MAKKAH DAN MADINAH (4)

Melawan Segala Bentuk dan Gerakan Terorisme

Para pemuka agama Kristen dan Islam terus berjuang untuk mengukuhkan persaudaraan manusia, menghentikan terorisme dan kekerasan atas nama agama, dan mewujudkan perdamaian dunia. Dalam hal ini, Paus Fransiskus bertemu Syekh Ahmed al-Tayeb (Imam Besar Masjid Al-Azhar Mesir) di Abu Dhabi pada tanggal 4 Februari, 2019. Mereka sama-sama menandatangi The Document on Human Fraternity for World Peace and Living Together (Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama). Makanya, dokumen ini juga disebut dengan Dokumen Abu Dhabi.

Dokumen Abu Dhabi lahir―salah satunya―sebagai respon akan penderitaan sebagian manusia di berbagai negara, baik karena kemiskinan maupun konflik yang disebabkan oleh ketidakadilan sosial, korupsi, dekadensi moral, terorisme dan ekstremisme, diskriminasi, atau lainnya (“Document on Human Fraternity for world peace and living together: Full text”, dalam https://www.vaticannews.va/en/pope/news/2019-02/pope-francis-uae-declaration-with-al-azhar-grand-imam.html, 13/04/2021).

Oleh karena itu, salah satu isu sosial yang mendapatkan perhatian serius dalam Dokumen Abu Dhabi adalah masalah terorisme dan kekerasan atas nama agama. Sebab, terorisme secara nyata membahayakan dan memudaratkan kehidupan umat manusia, seperti mengancam keamanan orang-orang dan membuat keresahan, teror, kepanikan, dan pesimisme dalam kehidupan masyarakat.

Melalui Dokumen Abu Dhabi tersebut, para pemuka agama Kristen dan Islam menegaskan bahwa terorisme bukan merupakan bagian dari agama meskipun para teroris sering menggunakan nama agama tertentu untuk membenarkan tindakan jahat dan brutal mereka. Sebaliknya, terorisme merupakan penyimpangan dan manipulasi terhadap ajaran agama untuk menggapai tujuan duniawi, baik politis maupun ekonomis. Selain itu, tindakan terorisme merupakan akumulasi dari penafsiran yang salah atas teks agama dan kebijakan yang terkait dengan kelaparan, kemiskinan, ketidakadilan, penindasan, dan kesombongan.

Baca Juga:  Fatimah Guru Ibn ‘Arabi

Oleh karena itu, segala bentuk dan gerakan terorisme harus dikecam dan dilawan. Semua pihak tidak boleh mendukung gerakan teroris, baik berupa pendanaan, senjata dan strategi, maupun pembelaan di media massa. Sebab, terorisme dan tindakan membantu gerakan teroris merupakan kejahatan internasional yang mengancam keamanan dan perdamaian dunia (Lihat “Document on Human Fraternity for World Peace and Living Together”).   

Menumpas Terorisme untuk Keamanan dan Perdamaian Dunia

Para pemuka agama Kristen dan Islam juga menegaskan dalam Dokumen Abu Dhabi bahwa agama tidak boleh memicu permusuhan, kebencian, ekstremisme, dan pertumpahan darah. Oleh karena itu, semua pihak harus berhenti menggunakan agama dan nama Tuhan untuk menghasut dan menebarkan kebencian, fanatisme buta, menyakiti dan membunuh orang lain, melakukan terorisme, ekstremisme, dan penindasan, dan lainnya.

Selain itu, mereka juga mengajak setiap orang yang beriman kepada Tuhan dan beriman kepada persaudaraan manusia untuk menjaga rumah ibadah agama mana pun. Sebab, tugas ini dijamin oleh agama, nilai kemanusiaan, hukum, dan perjanjian internasional. Oleh karena itu, segala bentuk ancaman atau penyerangan dan perusakan terhadap rumah ibadah (baik berupa bom bunuh diri, penembakan, maupun lainnya) merupakan penyimpangan terhadap ajaran suci agama dan pelanggaran hukum internasional (Lihat “Document on Human Fraternity for World Peace and Living Together”).

Makanya, tidak heran jika Paus Fransiskus menyerukan agar kekerasan, ekstremisme, dan intoleransi segera dihentikan dan diakhiri ketika silaturahmi ke Irak, 05/03/2021. Keesokan harinya dia bertemu Ayatullah Sayyid ‘Ali Hussein al-Sistani, dan sama-sama menandatangani The Document on Human Fraternity for World Peace and Living Together. Kenyataan ini semakin menegaskan komitmen dan konsistensi para pemuka agama Kristen dan Islam untuk melawan dan memusnahkan terorisme dan kekerasan atas nama agama dalam kehidupan manusia.

Baca Juga:  WAHAI HABAIB, JANGAN MENGANDALKAN NASAB. SAMA SEPERTI YANG LAIN, AMALMULAH YANG AKAN MENENTUKAN KESELAMATANMU!

Jangan Libatkan Allah dan Rasulullah saw. dalam Tindakan Terorisme

Alpha Blondy adalah penyanyi Reggae ternama yang sering meneriakkan pentingnya persaudaraan manusia dan perdamaian dunia melalui lagu-lagunya. Ketika Live Summerjam 2017, misalnya, dia menyerukan secara lantang di tengah lautan manusia (penonton) agar semua orang tidak menyalahgunakan nama Tuhan untuk melakukan dan membenarkan tindakan kriminal, baik kekerasan, pembunuhan, terorisme, maupun lainnya.

Pesan agung ini disampaikan sebelum melantunkan lagu Crime Spirituel; sebuah lagu yang mengecam keras tindakan orang-orang yang melibatkan Allah dan Rasulullah saw. untuk melakukan dan membenarkan perbuatan kriminal (terorisme).

Dalam kesempatan tersebut, Alpha Blondy menegaskan bahwa semua orang adalah sama dalam hal kemanusiaan. Oleh karena itu, tidak ada seorang pun yang memiliki hak untuk membunuh dan membenarkan tindakan kriminal atas nama Tuhan. Dia bahkan mengutip al-Mâ’idah (5): 32 bahwa siapapun yang membunuh orang lain yang tidak bersalah, maka dia seperti membunuh seluruh manusia. Sebaliknya, siapapun yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan seluruh manusia.

Selain itu, dia juga menyerukan secara lantang agar semua orang tidak melibatkan Allah dan Rasulullah saw. dalam tindakan kriminal, baik kekerasan, pembunuhan, maupun terorisme. Sebab, Allah bukanlah Tuhan teroris, dan Nabi Muhammad saw. bukanlah Nabi teroris. Allah dan Rasulullah saw. sama sekali tidak mengajarkan terorisme. Wa Allâh A‘lam wa A‘lâ wa Aḥkam…

0 Shares:
You May Also Like