Tafsir ‘Ilmi: Menyingkap Rahasia Susu, Kotoran dan Darah dalam QS. An-Nahl [16]: 66

Al-Qur’an menggambarkan karakteristik susu—kepada bangsa Arab yang hidup di gurun lebih dari 1400 tahun yang lalu—dengan puitis sekaligus kontroversial. Yakni susu sebagai zat yang berada di antara kotoran dan darah.

وَاِنَّ لَكُمْ فِى الْاَنْعَامِ لَعِبْرَةً ۚ نُسْقِيْكُمْ مِّمَّا فِيْ بُطُوْنِهٖ مِنْۢ بَيْنِ فَرْثٍ وَّدَمٍ لَّبَنًا خَالِصًا سَاۤىِٕغًا لِّلشّٰرِبِيْنَ

“Dan sesungguhnya pada binatang ternak, benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberi kamu minum dari sebagian yang ada dalam perutnya, dari antara sisa-sisa makanan (kotoran) dan darah, (yaitu) susu murni yang mudah ditelan bagi para peminumnya” (QS. An-Nahl [16]: 66).

Ayat di atas sangat puitis dan kontroversial karena belum pernah ada yang menggambarkan susu seperti itu. Pada umumnya susu digambarkan sebagai putih, bersih, lambang kecantikan, kecermelangan, kemakmuran, bukan berada di antara kotoran dan darah.

Secara sepintas kotoran (tinja) dan darah mempunyai sifat yang sangat bertolak belakang. Darah merupakan nutrisi murni bagi seluruh organ tubuh, sedangkan tinja adalah sisa yang tidak mengandung nutrisi. Darah merupakan zat yang steril, tidak mengandung bakteri, sedangkan tinja penuh dengan bakteri. Darah melambangkan keagungan, ketinggian, sedangkan tinja melambangkan kehinaan, kerendahan. Benarkah demikian?

Dalam  Al-Qur’an disebutkan, “Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka tahu bahwa itu kebenaran dari Tuhan. Tetapi mereka yang kafir berkata, “Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini?” Dengan (perumpamaan) itu banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat, dan dengan itu banyak (pula) orang yang diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia sesatkan dengan (perumpamaan) itu selain orang-orang fasik” (QS. Al-Baqarah [2]: 26).

Saat ini telah diketahui bahwa tinja dalam usus manusia mengandung 100 triliun bakteri yang sangat berguna bagi kesehatan tubuh. Seorang dewasa mempunyai bakteri di ususnya seberat 1/2 kg. Dahulu, manfaat bakteri dianggap hanya saling menguntungkan saja (simbiosis mutualisme). Tapi, akhir-akhir ini diketahui bahwa bakteri tersebut merupakan organ sendiri, tanpa bakteri manusia tidak bisa hidup.

Baca Juga:  (CUMA CURHAT, TIDAK ILMIAH) SOAL BIGOTRY DI TEMPAT YANG SEHARUSNYA BEBAS DARI ITU

Sudah diteliti bahwa bakteri di usus merupakan ‘makhluk cerdas’ yang luar biasa dahsyat manfaatnya untuk kesehatan manusia. Bakteri tersebut mempunyai peran untuk sistem kekebalan tubuh, penyerapan makanan, kesehatan manusia, penghubung antara usus dan otak manusia (alam bawah sadar dan alam sadar) karena akhir-akhir ini dianggap bahwa usus adalah otak kedua manusia—karena tingkat kerumitan, berbagai fungsinya serta sistem sarafnya menyamai otak manusia.

Jadi, sebenarnya kotoran manusia, walaupun tampak ‘hina dan rendah’ merupakan suatu organ tersendiri yang sangat bermanfaat. Ilmu kedokteran modern bidang Gastroenterologi, telah menemukan metode transplantasi feses—memindahkan feses yang sehat kepada pasien yang sakit—untuk menyembuhkan berbagai penyakit yang dulunya hampir mustahil untuk disembuhkan. 

Gambaran susu sebagai zat di antara kotoran dan darah dalam Al-Qur’an telah ditafsirkan oleh para ahli tafsir selama berabad abad. Kadangkala kita membuat suatu penafsiran dalam Al-Qur’an berdasarkan temuan ilmiah yang pada hari ini mungkin tampak benar, tetapi dikemudian hari mungkin justru disangkal oleh temuan ilmiah lain yang lebih baru (baca: tafsir ‘ilmi). Oleh karena itu, sebaiknya jangan memaksakan suatu penafsiran dalam Al-Qur’an agar dapat sesuai dengan teori ilmiah masa kini, karena Al-Qur’an bukanlah kitab sains—walaupun penjelasan Al-Qur’an tidak akan bertentangan dengan sains.

Kebenaran spiritual yang terkandung dalam Al-Quran berlapis lapis dan sangat mendalam tidak semata-mata hanya catatan sejarah atau sains saja. Al-Qur’an melampaui zamannya; baik masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Hakikat makna Al-Qur’an yang sebenarnya hanya dapat dipahami oleh Nabi besar Muhammad saw. dan para wali-Nya.

Saat ini, temuan ilmiah kedokteran sangat menyokong pernyataan tentang susu berada di antara kotoran dan darah, paling tidak dalam 3 hal ini:

Baca Juga:  Islam Sempalan dan Keharusan untuk Bersikap Terbuka

Pertama, kandungan susu merupakan perantara antara nutrisi murni yaitu darah dan zat nutrisi yang ada dalam tinja—yang dulu hanya dianggap sebagai kotoran—seperti asam asetat, asam butirat, asam amino, vitamin, dan berbagai zat hasil fermentasi oleh bakteri dalam usus.

Kedua, temuan terakhir yang menyangkal teori lama bahwa air susu ibu (ASI) adalah steril dan tidak mengandung bakteri, ternyata dalam ASI tedapat bakteri yang berasal dari tinja yang secara ajaib melewati darah dan bermigrasi ke dalam kelenjar susu. Jadi, ASI mengandung nutrisi yang lengkap seperti darah, bahkan lebih lengkap, sekaligus mengandung bakteri seperti dalam tinja.

Ketiga, pengertian yang umum bahwa makanan manusia akan dicerna dan diserap lewat usus yang penuh tinja, lalu masuk ke dalam darah menjadi nutrisi murni. Susu adalah nutrisi paling murni bagi bayi, yang akan masuk usus bayi, diserap oleh usus dan masuk ke dalam darah. Semoga bermanfaat, wa-Allahu a’lam.

0 Shares:
You May Also Like