Stop Tajassus! Belajar dari Kisah Anjing dan Kucing

Di masa-masa saat ini, kata gibah sangat populer, bahkan milenial tak canggung untuk membagikan momen-momen kumpul bersama teman-teman dengan keterangan “momen gibah bareng”, “teman gibah” dan sebagainya.  Gibah lazimnya dikenal dengan menggosip. Jika merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia, gibah diartikan sebagai membicarakan keburukan (keaiban) orang lain. sementara dalam kamus bahasa arab, seperti Arabic Modern Dictionary,  kata gibah berasal dari kata اغتاب يغتاب  (ightaba- yaghtabu) yang diartikan dengan  menyebut aib seseorang dan menjelekkannya. Melihat pengertian ini, tentu perbuatan gibah adalah tercela.

Namun, selain gibah, tahukah Anda, ada istilah lain yang juga dilarang di dalam agama.  Perbuatan itu bisa disebut dengan “tajassus”. Sebagaimana Allah berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ

Hai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak sangkaan (yakni prasangka buruk terhadap manusia yang tidak menemuinya petunjuk atau keterangan yang memadai), sesungguhnya sebagian sangkaan adalah dosa; dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain serta janganlah sebagian kamu  menggunjing (membicarakan aib) sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu makan daging saudaranya yang sudah mati? (Jika saja disodorkan kepada kamu), maka kamu telah (merasa) jijik kepadanya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat, lagi Maha Pengasih. (QS. Al-Hujurat (49):12).

Kata “la Tajassasu” pada ayat ini diartikan dengan “Janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain”. Sementara dalam kamus Babylon Arabic-English, kata ini diartikan sebagai memata-matai, dan juga diartikan lebih jauh dalam kamus al-Muhit, kaitannya dengan kawan (manusia), membahas kabarnya dan berusaha mengetahui rahasia-rahasianya.

Baca Juga:  Al-Qur’an sebagai Sumber Pengetahuan (Bagian 3)

Jika merujuk tafsiran para ulama terhadap ayat ini, seperti dalam kitab Qādhi Baidhāwi, kata “la tajassasu” dijelaskan sebagai larangan untuk membahas kesalahan orang lain. Hal ini didukung dengan mendatangkan hadis,

ولا تتبعوا عورات المسلمين فان من تتبع عوراتهم تتبع الله تعالى عورته حتى يفضحه ولو فى جوف بيته

Janganlah kalian mencari-cari kesalahan muslimin, karena sungguh, barangsiapa yang mencari-cari kesalahan mereka, Allah swt. akan mencari-cari kesalahannya hingga menyingkap(mengungkapkannya) walau (disimpan tersembunyi) di ruang rumahnya.

Syaikh Wahbah Al-Zuhaili juga memberikan pemaknaan dalam Tafsir al-Munir, mengenai tajassus, yakni membahas kesalahan-kesalahan dan aib serta menyingkap apa yang disembunyikan manusia, dan tafsirannya terhadap kata “la tajassus” singkatnya pelarangan terhadap membahas dan menyingkap kesalahan-kesalahan dan aib manusia. Dari uraian-uraian di atas, tepat kiranya menyimpulkan tajassus sebagai perbuatan yang dilarang agama.

Lalu, apa kaitannya dengan anjing dan kucing? Dalam kitab Durratun Nasihin, tertulis sebuah riwayat yang menceritakan kisah anjing dan kucing, yang diriwayatkan dari Wahab bin Munabbih; Interaksi anjing dan kucing ini terjadi tatkala Nabi Nuh as. berlayar dengan kapalnya, di mana kapal itu memuat seluruh jenis pasangan, tak terkecuali hewan seperti anjing dan kucing dan mereka—seluruh pasangan—dilarang  untuk berhubungan intim, agar tidak melahirkan, yang nantinya menambah sesak kapal Nabi Nuh as.  Namun, anjing ternyata tidak sabar dengan peraturan ini, ia pun berhubungan intim. Perbuatan anjing diketahui oleh seekor kucing betina, dan melaporkannya kepada Nabi Nuh as.,  Nabi Nuh as. pun memanggil anjing dan pasangannya terkait tindakan indisipliner. Ternyata, anjing kemudian melakukannya lagi, datanglah kucing betina dan menginformasikan kepada Nabi Nuh as., Nabi Nuh as. kembali memanggil anjing dan pasangannya, kali ini anjing membantah melakukan hubungan intim.

Baca Juga:  Sayyid Aḥmad bin Idrîs: Tiga Kunci Langit dan Bumi dari Rasulullah

Kemudian kucing betina berkata kepada Nabi Nuh as., “Wahai Nabi Allah, sungguh aku telah melihatnya berhubungan intim, seandainya engkau meminta kepada Allah untuk memperlihatkan kepadamu, maka engkau akan melihat dengan matamu sendiri. Singkat cerita Nabi Nuh as. meminta kepada Tuhannya. Kemudian anjing tengah berjima’ dengan sangat, sampai tidak mungkin memisahkannya, hingga datang kucing betina dan menginformasikan kepada Nabi Nuh as. maka pergilah Nabi Nuh as. dan melihat anjing dan pasangannya berhubungan intim, maka malulah anjing.

Anjing pun berdoa kepada Tuhan dan berkata, “Wahai Tuhan jadikanlah ia (kucing) tersingkap—diketahui—oleh setiap makhluk ketika ia berhubungan intim, sebagaimana engkau mengungkap kami.” Allah swt. menjawab doa anjing, sehingga kucing betina ketika berhubungan intim selalu memekik (bersuara keras, mengeong) sampai diketahui oleh makhluk-makhluk yang lain, ini sebagai hukuman atas pengungkapan aib (yang disembunyikan) anjing. Dari kisah ini dijelaskan, sebagamana kisah anjing dan kucing, begitu juga dengan manusia, jika mengungkap aib mukmin yang lain, maka Allah akan mengungkap aib mereka kelak di Hari Kiamat.

Jadi, sudah tahukan, kenapa kucing, jika sedang hubungan intim memekik? Semoga bisa mengambil manfaat dari kisah ini.

 

0 Shares:
You May Also Like