Muqaddimah dan Karakteristik Pemikiran Ibn Khaldun
Oleh: Muhyidin Azmi
Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Dunia Islam telah banyak melahirkan banyak filsuf, pemikir, mufasir, diplomat, dan para politis Islam, akan tetapi tidak ada yang bisa menandingi bahkan untuk sekedar menayamai Ibn Khaldun. Ibnu Khaldun selain menjadi tokoh pemikir Islam yang membuahkan satu karya yang bernama Muqaddimah dalam perjalanan intelektrualnya sebagai pemikir Islam, ia juga sekaligus menjadi politikus di dunia politik Islam yang terbilang sukses. Bagaimana tidak, dalam jejak karir politiknya. Ibn Khaldun telah banyak menghiasi pergumulan dunia politis Islam dari kerajaan menuju ke kerajaan lainnya. Baru setelah ia merasa lelah dalam pergumulan dunia politik, Ibnu Khaldun menolak tawaran dari Amir Abu Hamu di Tlemcen untuk menjadi perdana menteri dan memilih hidup di pengasingan bersama masyarakat biasa, dan saat di pengasingan itulah Ibn Khaldun mulai menulis karyanya yang sangat terkenal di kalangan para pemikir dan umat Islam dan menjadi lokus pemikirannya.
Peradaban Islam dikenal sebagai peradaban perkembangan berbagai macam ilmu pengetahuan. Pada masa Ibn Khaldun, kebiasaan kalangan pemikir Muslim menemukan ilmu baru sudah mengalami kemunduran. Hal ini ditunjukkan dengan suatu kepercayaan masyarakat saat itu yang berpandangan bahwa masa itu dianggap, sudah terlalu lambat bagi seorang pembaharu ilmu dan ditunjukkan juga dengan meluasnya kultur nomadik di Afrika Utara.
Muqaddimah merupakan buah karya dari pemikiran Ibnu Khaldun, karya yang ia tulis dengan berdasarkan pengalaman hidupnya, sebuah karya yang kaya dan penuh dengan gaya pemikirannya yang realistis. Bagi golongan yang sejalan dengan gaya berpikir Ibn Khaldun, Muqaddimah dianggap sebagai Injil atau Al-Qur’an, karena bagi mereka golongan yang sedang konflik, di dalam Muqaddimah mereka menemukan sesuatu semacam pencerahan yang dapat mereka ambil untuk mencapai suatu tujuan dari golongan mereka.
Keberadaan Muqaddimah tidak hanya mendapat apresiasi dari setiap golongan, melainkan juga mendapatkan kritik dari golongan yang tidak sejalan dengan gaya berpikir Ibn Khaldun. Mannheim adalah salah satu tokoh yang membela Ibn Khaldun dan Muqaddimah-Nya dari golongan yang mengkritik. Sebagaimana yang diungkanpan Mannheim; “Para pengkritik dari Ibn Khaldun adalah mereka orang-orang yang keliru, yang berusaha memaksakan gaya pemikiran mereka sendiri”. Bahkan, Schamidt mengatakan bahwa karya dari Ibnu Khaldun merupakan mukjizat intelektualnya.
Slane dan para pengkrikit Muqaddimah Ibn Khaldun, khusunya para penulis Arab modern, mereka menganggab bahwa Muqaddimah merupakan kekaburan dan kekacauan dari gaya berpikir Ibn Khaldun. Para pengkritiki Ibn Khaldun dan Muqaddimah, sepertinya tidak memahami maksud dan tujuan mengapa Ibn Khaldun Menulis Muqaddimah. Mereka hanya melihat dialektika dan fenomena sosial yang terjadi pada masa itu hanya dengan sudut pandang yang statis. Saat menulis Muqaddimah, Ibn Khaldun melihat dialektika dan fenomena sosial yang terjadi pada masa itu dengan sudut pandang yang dinamis. Salah satu contohnya adalah Ibn Khaldun percaya bahwa agresi adalah hasil sampingan dari ‘ashabiyah atau dari sebuah solidaritas suatu kelompok yang tak terbatas pada bangsa Arab saja tetapi juga pada Yahudi, Siria, Yunani, dan Romawi.
Muqaddimah merupakan sebuah kritik dari Ibnu Khaldun terhadap bangsa Arab kepada sikap hidup, cara berpikir, dan tingkah laku bangsa Arab yang nomad atau masyarakat yang primitif. Kritik Ibn Khaldun terhadap bangsa Arab tidak hanya bertolak dari satu sudut pandang saja, hal ini terlihat jelas, karena Ibn Khaldun percaya bahwa suatu masyarakat atau pun setiap masyarakat mempunyai sifat baik dan buruk pada saat yang sama. Ibn Khaldun perpandnagan bahwa, tidak ada sesuatu yang dapat dikatakan benar-benar baik dan benar-benar buruk. Hal ini menunjukan bahwa saat menulis Muqaddimah, Ibn Khaldun tidak menggunakan logika yang diusung oleh Aristoteles. Ibn Khaldun juga tidak luput dari kenyataan bahwa logika memang benar-benar bermanfaat, sebab dengan logika manusia mampu mengemukakan argumentasi yang logis dan teratur.
Saat menulis Muqaddimah, Ibnu Khaldun bermaksud mengembangkan logika yang realistis. Dengan Muqaddimah-Nya Ibn Khaldun juga mengkritik kecenderungan dan sikap para intelektual yang sezaman dengannya. Hal ini akan mengantarkan kita pada pemahaman bahwa tujuan ditulisnya Muqaddimah oleh Ibn Khaldun adalah untuk mengkritik gaya berpikir para intelektual Arab dan masyarakat Arab pada zamannya, yang dalam sudut pandnag Ibn Khaldun dianggap tidak realistis.