Menunggu Sang Penebar Ketenangan

Pandemi COVID-19 sedang melanda dunia dan sampai sekarang belum usai, para pakar medis masih melakukan berbagai cara untuk mengatasi permasalahan ini. Berbagai cara ditempuh, diskusi-diskusi dan pembahasan ilmiah yang ditayangkan di berbagai media. Pendapat yang dilontarkan banyak mendatangkan spekulasi-spekulasi yang belum pasti kebenaranya. Indonesia adalah negara yang juga terdampak virus ini, ikhtiar yang dilakukannya dengan menerapkan aturan pembatasan-pembatasan aktivitas yang memantik munculnya kerumunan. Dikutip dari data Kementerian Kesehatan, total kasus saat ini 20 juli 2021  mencapai 2.950.058. Lalu, pasien sembuh bertambah 29.791, dengan total menjadi 2.323.666. Sementara kasus kematian kembali menembus lebih dari 1.000 kasus. (Tribunnews.com).

Kasus ini bisa saja bertambah dan bisa saja berkurang. Usaha yang dilakukan pemerintah saat ini adalah dengan menerapkan peraturan PPKM Darurat yang dilaksanakan pada tanggal 3 sampai 20 Juli 2021. Dilansir dari kompas.com bahwa PPKM Darurat ini akan di perpanjang sampai 25 Juli 202. Presiden RI Joko Widodo mengumumkan perpanjangan PPKM darurat selama lima hari ke depan dan menjanjikan relaksasi setelahnya jika keadaan dinilai membaik. Inilah ikhtiar jasmani (yang terlihat) yang dilakukan atas himbauan pemerintah dan kabar baiknya dengan dilakukan PPKM darurat ini bapak presiden mengatakan:

“Alhamdulillah, kita bersyukur, setelah dilaksanakan PPKM darurat, terlihat dari data, penambahan kasus dan kepenuhan bed rumah sakit mengalami penurunan,” Kata-kata yang dilontarkan bapak Presiden ini setidaknya memberi secercah harapan dan optimis, karena ikhtiar yang dilakukan tidaklah sia-sia dan membuahkan hasil.

Tetapi problem yang timbul di masyarakat saat ini adalah informasi yang tidak terkontrol oleh media, sehingga mengakibatkan timbulnya rasa cemas, panik, dan ketakutan. Hampir setiap hari media menayangkan informasi-informasi terkait COVID-19 tanpa ada vitamin ketenangan yang dibawanya sehingga menjadikan masyarakat menerimanya secara mentah. Dampak negatif dari gangguan kecemasan yang dialami individu adalah menurunkan imunitas tubuh sehingga rentan terkena penyakit. Gangguan kecemasan tersebut bahkan dapat membuat seseorang melakukan bunuh diri. Jika terus dibiarkan, hal tersebut dapat menjadi masalah baru bagi kesehatan masyarakat sehingga perlu perhatian khusus (Unair news).

Ibn Sina Cendekiawan Muslim mengatakan, “Ketenangan adalah separuh obat dan kesabaran adalah permulaan sembuh”. Seharusnya Tokoh-tokoh publik.  baik itu ulama, pejabat, dan publik figur memiliki kewajiban sama-sama memberikan edukasi kepada masyarakat bagaimana menghadapi pandemi ini dengan ketenangan dan kesabaran yang tak hanya diucapkan dengan kata-kata saja tetapi dengan aksi. Bisa diaplikasikan lewat media dengan kata, foto, maupun video.

Baca Juga:  Menilik Filsafat Cinta Jean Paul Sartre

Dalam situasai seperti ini kesehatan mental penting untuk dijaga karena menurut penelitian yang dilakukan Ross dkk (2020), “Kesehatan mental berkaitan dengan kondisi kesejahteraan psikologis dan mental yang disadari individu termasuk di dalamnya berkemampuan mengatasi permasalahan kehidupan, bekerja produktif dan menghasilkan, serta berkontribusi di komunitasnya”. Dalam melangsungkan kehidupan ini masyarakat memiliki ruang untuk bergerak dan semangat yang tinggi walaupun dalam situasi yang sulit dengan diberlakukanya PPPKM Darurat.

Berdasarkan hasil pemeriksaan terkait masalah psikologis yang dilakukan oleh PDSKJI dinyatakan bahwa 64,3% dari total 1.522 responden mengalami gangguan kecemasan, depresi dan trauma psikologis selama masa pandemi COVID-19. Secara umum ada 2 faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan mental baik secara internal maupun eksternal.

Faktor internal dapat berupa ketidakmampuan beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya, ketidakmampuan dalam memecahkan sebuah masalah, gangguan tidur, keturunan, kegemukan yang cenderung psikosis manik depresi dan dapat pula menjadi skizofrenia, telalu sensitif sehingga menjadi tempramen, penyakit.

Sedangkan faktor eksternal dapat berupa tekanan ekonomi, masalah keluarga, tidak memiliki pekerjaan, cidera tubuh, tingkat penghasilan keluarga yang rendah, stigma, diskriminasi, serta pandemi yang diakibatkan oleh paparan media sosial yang tinggi, isolasi sosial, karantina, ketidakpastian berakhirnya pandemi. (Ross dkk., 2020).

Masyarakat menunggu sang pemadam api yang membakar rumahnya, ibaratnya begitu masayarakat sekarang menunggu sang pemadam yang menyirami hatinya yang panas dengan informasi yang mengerikan, maka perlunya pembimbing untuk sama-sama membuat situasi menjadi lebih tenang. Masyarakat sendiri juga harus bersiap sebagai sang pemadam untuk tetangganya, kerabat dan keluarganya. Sehingga rasa tolong-menolong, kasih-mengasihi, dan kepedulian tetap dipertahankan. 

Salah satu ikhtiar yang bisa dilakukan ialah selain kita menjaga protokol kesehatan (prokes) ikhtiar jasmani, kita harus berihtiar secara rohani dengan meningkatkan ketakwaan kita kepada Tuhan dengan menjalankan semua perintah dan meninggalkan larangan-Nya. Berdiamnya diri di rumah dimanfaatkan untuk muhasabah diri (intropeksi diri) atas penyakit-penyakit batin seperti riya, sombong, iri, dengki, khawatir, dendam, dll yang selama ini menguasai diri kita tanpa kita sadari. Selain itu manfaatkan waktu yang ada untuk memahami karakter dari masing-masing anggota keluarga dan saling belajar untuk menutupi kekurangan, dan para orang tua berkesempatan untuk mendidik anaknya, memposisikan sebagai guru di rumah agar anaknya mempunyai nilai-nilai budaya yang dapat membimbing perilakunya ke arah yang baik.

Baca Juga:  Falsafah Politik al-Mawardi: Paradigma Simbiotik Agama dan Negara

REFERENSI

 


Ross, H. O., Hasanah, M., & Kusumaningrum, F. A. (2020). Implementasi Konsep Sahdzan (Sabar Danhuznudzan)Sebagai Upaya Perawatan Kesehatan Mental Di Masapandemi Covid-19. Khazanah: Jurnal Mahasiswa, 12(1). https://doi.org/10.20885/khazanah.vol12.iss1.art7

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/07/21/18214111/dibandingkan-hari-pertama-ppkm-darurat-penularan-covid-19-saat-ini-lebih?page=all.

https://www.tribunnews.com/corona/2021/07/21/update-corona-global-21-juli-2021-siang-jumlah-kematian-akibat-covid-19-di-seluruh-dunia-4134015

 
http://news.unair.ac.id/2020/10/23/gangguan-kecemasan-masyarakat-indonesia-selama-pandemi-covid-19/

0 Shares:
You May Also Like