Multiple Intelligences Sebagai Strategi Pengajaran Masa Kini

Judul Buku       : 95 Strategi Mengajar Multiple Intelligences: Mengajar Sesuai Otak dan Gaya Belajar Siswa

Penulis             : Alamsyah Said dan Andi Budimanjaya

Penerbit           : Kencana

Tebal Buku      : 332 hlm

ISBN               : 978-602-1186-80-0

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Rasanya tidak ada yang menafikan arti dan makna pentinya pendidikan. Hampir semua orang akan sepakat bahwa pendidikan itu memiliki manfaat yang besar dalam kehidupan manusia. Banyak pihak yang menyukai bahwa pendidikan merupakan instrumen yang paling penting sekaligus paling strategis untuk mencapai tujuan individual maupun sosial. Meskipun, zaman telah berubah menjadi zaman yang modern, semakin banyak strategi ataupun metode pengajaran yang dikemas sekreatif mungkin, namun tetap saja hasilnya tidak dapat dikatakan sebagai siswa yang berhasil. Untuk itu butuh proses dan strategi khusus di dalamnya.

Kita tidak menolak bahwa selama ini metode yang dominan (paling umum) digunakan oleh seorang guru di dalam kegiatan belajar mengajar adalah menggunakan metode ceramah, selain itu juga menggunakan metode diskusi dan tanya jawab. Apakah metode yang digunakan guru tersebut salah? Tentu tidak, karena hal yang digunakan guru tersebut adalah sesuatu hal yang benar. Pertanyaan selanjutnya adalah apakah semua siswa merasa bahagia dan nyaman ketika mereka diajar dengan metode ceramah atau metode itu-itu saja?

Silahkan para pembaca merenungkan kembali bagaimana kita diajar hanya mendengarkan kemudian sekali-sekali bertanya. Tentunya kebanyakan dari kita tidak semua meresponnya dengan baik, bosan, jenuh, dan monoton adalah kata yang tepat untuk mengungkapkan ekspresi siswa. Jadi, ketika guru mengajar, kita sebagai siswa belum tentu belajar. Walaupun faktanya masih tetap ada lembaga pendidikan terkhusus lembaga non-formal yang terus menerapkan tradisi ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Namun tidak menafikan juga bahwa mereka menggunakan metode yang lebih dari sekadar itu, yaitu berupa pengaplikasian dengan mengabdikan diri secara langsung di kehidupan bermasyarakat.

Baca Juga:  Idealitas dan Realitas Aktualitas Pancasila: Sebuah Perbincangan Bersama Yudi Latif

Dari penelitian-penelitian oleh berbagai ahli dari belahan dunia dapat saya simpulkan bahwa pengajaran guru yang berbasis pada kerja otak, kekuatan memori, neuro-linguistik programming (sebuah pendekatan komunikasi), motivasi, konsep diri, kepribadian, emosi, perasaan, pikiran, metakognisi, gaya belajar, atau kesemua itu dirangkum ke dalam bahasa kecendurangan kecerdasan jamak (multiple intellegences) dan modalitas belajar menjadi basic power untuk siswa belajar sampai pada tingkatan pemahaman secara utuh.

Dalam hal ini, bagaimana cara mengajar seorang guru sama dengan cara siswa belajar menjadikan pelajaran mudah dimengerti (Lihat: 95 Strategi Mengajar Multiple Intelligences). Sebagai keismpulan bahwa di dunia ini sebenarnya tidak ada masalah belajar, karena setiap manusia dikaruniai potensi otak yang luar biasa sehingga dengan otak itu ia mampu menjadi manusia yang brilian. Yang ada justru masalah di dalam menagajar dengan minimnya strategi dapat membawa siswa yang potensial menjadi anak berkemampuan rendah. Sehingga timbul keyakinan dari setiap benak guru untuk mengatasi dan menerapkan metode yang disukai menjadi kunci rahasia siswa dalam belajar.

Oleh karena itu buku 95 Strategi Mengajar Multiple Intelligences: Mengajar Sesuai Otak dan Gaya Belajar Siswa ini hadir memberikan jawaban, merangsang ide-ide kreatif dari para guru, panduan praktis, dan sebagai stimulus untuk membantu mengantarkan siswa mencapai tingkat kompetensi terbaik pada setiap jenjang pendidikannya. Buku setebal 332 halaman dan mengandung empat bagian—yang menurut saya kesemuanya—penting dalam pembahasannya.

Empat bagian yang ada di dalam buku ini—menurut saya—sangat menarik dari segi penggunaan diksinya yang menyesuaikan dengan audience supaya tidak membosankan ketika melihat kata demi kata yang terkadang begitu kaku dalam penyusunannya. Buku ini memberi pesan pendidikan yang begitu mendalam kepada kita semua selaku pembaca. Adapun pesan tersebut adalah:

Baca Juga:  Menghayati Tujuan Pendidikan Karakter di Abad ke-21

Pertama, penulis buku ini ingin menyadarkan kepada guru dan orang tua mengenai pentingnya mengetahui kinerja dan fungsi otak, dan bagaimana otak tumbuh berkembang pada anak didik. Karena pada dasarnya setiap anak memiliki otak dan tentunya sehat secara medis, konsekuensinya jika secara medis diketahui sehat, maka anak memiliki potensi—bahkan menurut saya pasti—cerdas dalam melakukan aktivitas pembelajaran. Itu mengapa kita harus mengetahui kapasitas terbaiknya sebelum kita memilih strategi pengajaran. Intinya pada bagian ini penulis ingin menegaskan bahwa tak ada kecerdasan tanpa otak, siswa bodoh itu mitos, dan yang terakhir pesan untuk para guru dan orang tua; mengajarlah dengan cara masukkan informasi lewat kecerdasan anak secara terbuka.

Kedua, melanjutkan poin dari bagian pertama penulis kembali menegaskan bahwa ketika guru dan orang tua yang mengajar anak dan siswanya dengan cara terbuka adalah suatu kesadaran bagi guru untuk memenuhi hakikat filosofis bahwa mengajar sesuai dengan cara kerja otak adalah suatu pemenuhan hak asasi anak dan siswanya dalam proses pendidikan. Kemudian penulis menyebut istilah “guru super” yang dapat menerapkan ajaran yang disukai siswanya.

Ketiga, penulis juga mengonfirmasi dan kembali menegaskan terkait belajar adalah sebuah upaya dan proses untuk mencapai indikator hasil belajar pada setiap kompetensi. Kemudian dengan greget penulis menyampaikan bahwa sejatinya pengajaran yang menyesuaikan dengan pola kerja otak kemudian disesuaikan dengan gaya belajar siswa adalah dalam rangka mementingkan usaha menyeluruh (the best process), di mana konsekuensinya adalah proses terbaik belajar siswa harus dinilai secara autentik (penilaian berbasis proses). Sehingga proses terbaik akan menghasilkan yang terbaik.

Keempat, penulis membantu memberikan istilah-istilah pengklasifikasian strategi-strategi mengajar yang dapat diimplementasikan di lapangan sebagai strategi mengajar multiple intelligences, ia mengkalisifikasikan berdasarkan jenis-jenis kecerdasan. Pada bagian ini penulis juga secara lengkap memberi definisi pada setiap strategi-strategi yang ada untuk memudahkan guru dan orang tua memahami konteks strategi yang akan digunakan, termasuk prosedur pengimplementasian setiap strategi, rekomendasi suatu strategi sesuai jenjangnya, serta modalitas belajar terhadap strategi yang digunakan.

Baca Juga:  Kebenaran yang Hilang : Sisi Kelam The Golden Age of Islam

Terakhir, saya mengutip apa yang dikatakan Thomas Armstrong bahwa strategi pembelajaran multiple intelligences mendorong para guru untuk melakukan inovasi dalam cara mengajarnya. Oleh karena itu, setiap guru dituntut agar lebih kreatif mencari trobosan untuk mengoptimalkan semua jenis kecerdasan yang ada. Sehingga, kreativitas guru dalam hal ini adalah kata kuncinya. (Lihat: 95 strategi mengajar)

Buku ini memuat 95 strategi yang tidak lain adalah hasil riset dengan mengambil sampel dari para guru-guru tertentu mengenai strategi mengajar. Keterampilan guru sebagai faktor yang diduga kuat mempengaruhi hasil belajar berdasarkan hasil analisis data yang ada. Buku ini—menurut saya—sangat penting dan dianjurkan untuk para tenaga pendidik seperti orang tua dan guru. Cocok digunakan sebagai buku pedoman dalam mengajar active learning, fasiliator, mengajar kreatif, mengajar sesuai kinerja otak, mengajar menggunakan scientific approach, dan masih banyak lagi. Tidak hanya 95 strategi, namun strategi pengajaran dapat dikembangkan menjadi 1001 strategi pengajaran. Tentunya ijtihad peneliti berikutnya akan selalu dinantikan dan disambut dengan sangat antusias oleh para pembaca.

0 Shares:
You May Also Like