Fase-Fase Pendidikan Anak dalam Tinjauan Al-Qur’an

Judul Buku       : Materi dan Metode Pendidikan Anak dalam Al Qur’an

Penulis             : Dr. Muhajir, M.A

Penerbit           : Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Tebal               : 170 hlm

ISBN               : 978-602-340-025-6

Pendidikan terhadap anak merupakan kebutuhan yang sangat penting, karena anak merupakan generasi pelanjut orang tuanya. Anak merupakan bibit penggerak roda masyarakat. Jika ia tumbuh menjadi manusia baik dan berbudi pekerti yang paripurna maka lingkungan sosialnya juga akan baik. Dengan demikian, pendidikan anak menjadi penting dibahas untuk kemajuan masyarakat.

Buku berjudul Materi dan Metode Pendidikan Anak dalam Al-Qur’an yang ditulis oleh Dr. Muhajir, M.A menarik untuk diulas. Buku ini membahas tiga tema pokok, yaitu hakikat pendidikan anak, Al-Qur’an dan pendidikan anak, serta materi dan metode pendidikan anak yang terkandung dalam Al-Qur’an. Muhajir menyajikan bukunya dengan kutipan-kutipan Al-Qur’an sebagai sumber inspirasi dalam memahami metode dan materi dalam mendidik anak, sambil melihat konsep dan teori saintifik.

Konsep Al-Qur’an yang salih li kulli zaman wa makan dan sebagai hudan li an-nas tidak hanya sebagai ucapan kosong. Usaha Muhajir dalam melacak ayat-ayat pendidikan anak dapat membuktikan adanya dua konsep itu. Di antara ayat-ayat pendidikan anak yang disebutkan ialah QS. 35: 11, QS. 31:14, QS. 46: 15, QS. 16: 78, QS. 30: 54, QS. 64: 14, QS. 2: 233, QS. 66: 6, dan masih banyak ayat-ayat lainnya.

Setiap ayat itu punya sebab turun dan kandungan yang khusus dan umum. Para mufasir tradisional memang sudah menetapkan kandungan maknanya melalul asbab an-nuzul, tetapi hanya sebagian kecil dari para mufasir yang dapat melakukan kontekstualisasi dengan kebutuhan zamannya. Muhajir dapat dibilang sebagai akademisi yang “berusaha” menangkap makna Al-Qur’an untuk kebutuhan zamannya.

Baca Juga:  Lembaga Tahfiz di Indonesia: Upaya Merawat Kemurnian Al-Qur’an

Muhajir menyimpulkan bahwa definisi pendidikan anak dalam Al-Qur’an hanya dapat diperoleh melalui analisis ayat-ayat yang relevan. Karena memang, Al-Qur’an bukanlah buku ilmiah yang harus membuka pembahasannya dengan definisi. Al-Qur’an adalah kitab petunjuk yang memberikan hidayah dengan caranya sendiri. Tugas manusia ialah menyusun secara sistematis kandungan petunjuk yang terdapat dalam Al-Qur’an. Setelah saya membaca buku ini, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan anak dalam Al-Qur’an adalah usaha diri sendiri untuk taat dan patuh kepada perintah Allah Swt. serta mengajarkannya kepada anak-anaknya. Tentu, definisi yang diajukan di atas termasuk penafsiran, karena kalimat tersebut sama sekali tidak ada dalam Al-Qur’an, tetapi ayat-ayat yang mendukung definisi tersebut diulas dalam buku ini dengan lengkap.

Dalam Al-Qur’an diungkapkan fase-fase dimulainya mendidik anak itu sangat panjang. Mendidik anak dimulai sejak ia belum lahir sampai mereka meninggal. Pendidikan anak dimulai ketika mencari jodoh, ketika mengandung (pra-natal), lalu ketika remaja, dewasa, hingga meninggal. Pengertian tersebut cukup luas. Anak yang dimaksud bukanlah satu fase kehidupan saja, tetapi hubungan seseorang dengan kedua orang tuanya. Urutan-urutan tersebut diungkapkan dalam ayat-ayat berikut.

“Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Tidak ada seorang perempuan pun yang mengandung dan melahirkan, melainkan dengan sepengetahuan-Nya …” (QS. Al-Fathir [35]: 11)

Proses penciptaan Adam As. berasal dari tanah, kemudian semua anak keturunannya tercipta dari air mani, lalu mereka berpasang-pasangan. Kejadian itu ditetapkan sebagai kepastian penciptaan (takwiniah) yang harus diikuti oleh manusia, sehingga semuanya terjadi dengan sepengetahuan-Nya. Seorang anak terbentuk dari nurture dan nature, dari didikan dan kelahiran.

Baca Juga:  PETA MENJADI MANUSIA SEJATI

Dalam penelitian biologi penyakit bawaan orang tua diturunkan kepada anak-anaknya, demikian juga karakter yang terselip dalam setiap gen mereka terbawa kepada anak-anaknya. Itulah yang disebut nature, sementara nurture adalah didikan setelah kelahiran dan pengaruh lingkungan yang akan membentuk karakternya. Pada fase memilih jodoh, kita secara otomatis memilih bibit-bibit karakter pada anak kita. Begitu juga pada fase hamil, makanan dan nutrisi yang dikonsumsi akan menciptakan bentukan anak yang akan lahir nantinya.

Setelah anak lahir, pendidikan anak dalam definisi umum baru dimulai, yaitu ketika bayi hingga masa remaja atau dewasa. Setiap fase itu memiliki metode masing-masing. Al-Qur’an mengungkapkan didikan kepada bayi dengan kalimat “Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.” (QS. Luqman [31]: 14).

Kalimat, حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ dapat diterjemahkan dalam Tafsir Mukhtasar sebagai ibunya menimang di depan perutnya dengan penuh kesusahan dan menyusuinya selama dua tahun. Pendidikan anak pada fase ini sangat berat Ibunya. Lalu, pada fase selanjutnya, metode pendidikan akan berubah seiring dengan kedewasaan anak.

Intinya, semua fase dalam mendidik anak, menurut Muhajir, harus berisi tauhid, akhlak dan syariah. Tiga fondasi keislaman itu dijabarkan secara luas sesuai dengan tingkat perkembangan yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Karena jika tidak sesuai dengan tingkat perkembangan anak, tujuan pendidikan tidak akan tercapai. Selain itu, pendidikan sebagai cara mengaktualisasikan kepribadian anak yang sempurna tidak dilakukan dengan metode kognitif semata. Aplikasi metode pendidikan anak dilakukan dengan beberapa cara, yaitu keteladanan, adat kebiasaan, nasihat, memberikan perhatian lebih, serta hadiah dan hukuman.

Baca Juga:  Islam, Otoritarianisme dan Ketertinggalan: Perbandingan Lintas Zaman dan Kawasan Dunia Muslim

Walhasil, buku ini dapat memberikan gambaran umum tentang pendidikan anak, meskipun dalam materi dan metodenya sudah sangat jamak ditemui. Kelebihan yang dapat ditemui ialah kekayaan referensi Al-Qur’an dalam memahami pendidikan anak dan disusun secara sistematis. Kekurangannya, dalam proses penarikan makna Al-Qur’an masih rentan penafsiran yang bersifat ra’yu (opini pribadi), karena memerlukan kaidah-kaidah penafsiran yang sudah disepakati untuk memahami Al-Qur’an.

Akhirnya, pendidikan anak adalah proses membentuk diri kita (orang tua) pada generasi selanjutnya. Anak adalah representasi orang tuanya di masa depan. Anak yang baik hampir semua dihasilkan oleh orang tua yang baik.

0 Shares:
You May Also Like
Read More

Ihwal Sains dan Islam

Oleh: Raha Bistara Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Judul Buku       : Sains “Religius” Agama “Saintifik” Penulis             :…