Membaca Ulang Sejarah Islam Klasik dengan Kritis

Judul Buku       : Sejarah Peradaban Islam Rekayasa Sejarah Daulah Bani Umayyah Jilid 2

Penulis             : Nurul Hak

Penerbit           : Gosyen Publishing

Tebal               : 154 halaman

ISBN               : 978-602-9018-28-8

Adagium, “History has been written by the victors; sejarah ditulis oleh para pemenang atau penguasa”. Ungkapan ini ada benarnya. Namun, tidak bisa dibenarkan sepenuhnya. Penulisan sejarah secara sepihak atau tidak objektif seringkali ditemui dalam sebuah karya, begitu pun dengan penulisan sejarah Islam masa klasik. Penulisan sejarah (historiografi) Daulah Bani Umayyah yang dilakukan oleh penulis sejarah awal maupun modern pada umumnya menggambarkan daulah tersebut dengan tampilan negatif. Pencitraan negatif terhadap para khalifah Umayyah seolah-olah menjadi fakta sejarah yang benar dan tidak terbantahkan sehingga tidak jarang para pembaca sejarah memiliki persepsi yang sama pada daulah tersebut. Mengapa begitu? Penggambaran mengenai para khalifah yang buruk dan hal negatif terkait Daulah Bani Umayyah diteliti secara kritis oleh Nurul Hak dalam karyanya Sejarah Peradaban Islam Rekayasa Sejarah Daulah Bani Umayyah.

Penulis dalam bukunya lebih memfokuskan pada pencitraan negatif khalifah keturunan Abu Sufyan (Sufyaniyyun), yaitu: Khalifah Mu’awiyah bin Abu Sufyan, Khalifah Yazid bin Mu’awiyah, dan Khalifah Mu’awiyah bin Yazid. Namun, Khalifah Mu’awiyah bin Yazid tidak menjadi bagian dari fokus penelitian karena masa kepemimpinannya hanya sekitar empat puluh hari dan tidak banyak penulisan pencitraan negatif mengenainya. Pemilihan khalifah tersebut untuk mempermudah klasifikasi dalam beberapa contoh pencitraan negatif terhadap daulah tersebut (hlm. 12).

Buku tersebut menemukan faktor-faktor yang menyebabkan adanya pencitraan negatif terhadap Daulah Bani Umayyah.

Pertama, kepentingan politik berkaitan dengan penulisan sejarah awal Islam terjadi pada masa Daulah Abbasiyah yakni memiliki kepentingan untuk menunjukkan bahwa Daulah Abbasiyah jauh lebih baik daripada pemerintahan sebelumnya, Daulah Bani Umayyah (hlm. 100-101). Selain itu, Daulah Bani Umayyah merupakan rival bagi Daulah Abbasiyah dan para penulisnya memiliki kedudukan sebagai penganut mazhab teologi tertentu.

Baca Juga:  Hadiah Terbaik Bagi yang Berpuasa

Kedua, konflik dan kepentingan aliran teologi Islam. Pencitraan negatif Daulah Bani Umayyah akibat dari pergeseran corak penulisan sejarah dari kesukuan ke pusat wilayah kekuasaan dan pemusatan pemihakan kelompok aliran politik dan teologi (hlm. 102).  Para penulis sejarah Daulah Bani Umayyah di masa Daulah Abbasiyah merupakan keturunan dari Arab Selatan (Qahtaniyun), sedangkan Bani Umayyah merupakan keturunan dari Arab Utara (Mudariyun), di antaranya (orang-orang Arab Utara dengan Arab Selatan) terjadi persaingan dan hubungan kurang baik (Machasin: 2019). Maksud, tujuan, atau motif-motif yang mewarnai penulisan sejarah menarik untuk dilihat mengapa hal itu terjadi dalam perjalanan sejarah.

Karya ini juga menyinggung historiografi pada masa awal Islam (masa sebelum Daulah Abbasiyah) dan para sejarawan yang menuliskannya, seperti: Abid bin Sariyah al-Jurhumi, Ka’ab al-Akhbar (w. 35 H), Wahab bin Munabih, Abu Mikhnaf (w. 158 H), dll. Masih banyak hal yang menarik dari buku ini dan penting untuk dibaca. Mengingat masa ini (pemerintahan Daulah Bani Umayyah) sebagai masa transisi dari masa al-Khulafa al-Rasyidun ke masa kekhalifahan yang berdasarkan keluarga, tentunya banyak dinamika yang menarik terkait perpolitikan masa itu. Menurut saya, karya ini harus dibaca para peminat sejarah Islam masa klasik, terutama para mahasiswa yang mengkaji historiogari Islam.

 

0 Shares:
You May Also Like