Beragama: Menjaga Kemanusiaan, Menjaga Keragaman

Judul               : Buat Apa Beragama? Renungan Memaknai Religiusitas di Tengah Kemodernan
Penulis            : Abdillah Toha
Penerbit          : Mizan
Tebal               : 456 halaman
ISBN               : 978-602-441-194-7

Gegap gempita zaman modern membuat manusia semakin cenderung jauh dari Tuhan dan kerap kali kecintaan dunia menghiasi setiap jiwa. Tidak jarang manusia menganggap bahwa kebahagiaan hanya dapat diperoleh dengan mempunyai harta sebanyak-banyaknya. Tumpuk menumpuk harta acap kali diperoleh dengan cara kurang tepat dan menghilangkan rasa kemanusiaan. Tidak hanya itu, pemahaman dan pengamalan agama yang ekstrem juga turut andil dalam menghilangkan rasa kemanusiaan.

Fenomena menghilangkan nyawa orang lain atau bunuh diri atas nama Tuhan atau agama yang terjadi akhir-akhir ini menunjukkan kakunya pemahaman agama dan memaknai agama sebatas makna harfiah dari Kitab Suci (hlm. 282). Abdillah Toha dalam karyanya Buat Apa Beragama? Renungan Memaknai Religiusitas di Tengah Kemodernan berupaya memahami agama dengan benar sesuai dengan konteks zaman dan tidak meninggalkan esensi agama. Harapan Abdillah Toha melalui buku ini agar pembaca lebih terbuka wawasan pikirannya, kemudian berupaya melakukan pendalaman lebih lanjut menyangkut pemahamannya tentang agama Islam (hlm. 36).

Buku tersebut terdiri dari lima bagian, yaitu: (1) Agama untuk Siapa? (2) Mengungkap Makna (3) Kejiwaan dan Spiritualitas (4) Isu-isu Keumatan (5) Agama dan Kekuasaan.

Bagian pertama, Agama Untuk Siapa? Di bagian ini penulis menguraikan dengan gamblang tentang untuk siapa agama dan apakah agama untuk kehidupan di dunia atau akhirat. Ia menjelaskan bahwa agama diperuntukkan untuk manusia karena Allah Maha Berkecukupan, tidak butuh apapun dan siapapun (termasuk agama). Melalui agama manusia memiliki pedoman atau arah agar tidak terjerumus ke perbuatan yang tidak manusiawi dan sewenang-wenang. Penulis juga memaparkan bahwa agama diperuntukkan di kehidupan dunia karena “agama sebagai seperangkat aturan ibadah dan moral, sedangkan di akhirat tidak ada lagi taklif (paksaan, aturan, pembatasan, ibadah, dan sebagainya)” (hlm. 31). Masih banyak lagi tulisan-tulisan Abdillah Toha yang menarik untuk di baca di bagian ini, seperti merayakan keislaman, membela (agama) Allah, fiqh adab, dan lainnya.

Baca Juga:  Tilik Buku: Menyoal Perkawinan dalam Bingkai Kontestasi Islam dan Negara

Bagian kedua, Mengungkap Makna. Bagian ini banyak diungkap tentang makna dari istilah-istilah yang sering kita gunakan atau kita dengar dalam kehidupan sehari-hari dan tak jarang penulis buku memberikan pelurusan atas makna tersebut. Misalnya tentang makna istikamah, pada dasarnya istikamah merupakan suatu perbuatan yang positif namun bukan berarti fanatik dan bersikap “pokoknya” atau ngotot tanpa alasan (hlm. 193). Dalam istikamah hendaknya kita tetap menggunakan akal sehat dalam menjalankan keistikamahan dan bisa menerima terhadap segala kemungkinan yang terjadi. Selain itu penulis buku memberikan tips hidup bermakna di akhir bagian ini.

Bagian ketiga, Kejiwaan dan Spiritualitas. Pada bagian ini corak tasawuf mewarnai tulisan-tulisan Abdillah Toha. Misalnya pada tulisan tentang Kemuliaan, menurutnya kemuliaan sejati bukanlah pada saat mendapat kehormatan dan pengakuan orang lain, ingin dikagumi karena ilmu, harta, maupun keturunan. Kemuliaan juga bukan untuk dicari-cari, seperti mencari kemuliaan dengan memamerkan jumlah pengikut, kehebatan ibadah, kedermawanan, dan semacamnya. “Semua itu adalah kemuliaan di mata manusia” (hlm. 241), sedangkan kemuliaan di sisi Allah memiliki ukuran yang berbeda dengan ukuran manusia, yakni diukur dari derajat ketakwaan.

Bagian keempat, Isu-isu Keumatan. Adillah Toha di bagian ini memandang isu-isu umat zaman modern dengan sudut pandang yang beda alias tidak mengikuti arus yang ada tanpa menggunakan akal sehat. Salah satu tulisan di bagian ini yaitu tentang Membela Ulama, menurut beliau ulama yang pantas dibela adalah ulama yang benar-benar mewarisi kenabian (waratsatul anbiya’), yaitu mereka yang bukan saja berilmu tetapi juga berakhlak dalam segala tindak tanduknya yang mencerminkan akhlak Nabi (hlm. 355).

Bagian kelima, Agama dan Kekuasaan. Bagian ini dibahas tentang keterkaitan antara agama dan politik (kekuasaan), tentang kemaslahatan, keharmonisan umat beragama. Penulis buku juga menjelaskan kepemimpinan dan dakwah ala Nabi Muhammad saw. yang inklusif yang ditunjukkan dalam Piagam Madinah, bahwa Nabi saw. memikirkan kemaslahatan bersama, memikirkan masyarakat yang beragam maupun berbeda agama. Sudah selayaknya kita luangkan waktu untuk membaca buku tersebut.

Baca Juga:  Lembaga Tahfiz di Indonesia: Upaya Merawat Kemurnian Al-Qur’an

0 Shares:
You May Also Like
Read More

Ihwal Sains dan Islam

Oleh: Raha Bistara Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Judul Buku       : Sains “Religius” Agama “Saintifik” Penulis             :…