Mengenal Al-Faruqi (3): Dua Tawaran Cerdas untuk Solusi Umat Muslim

Banyak kegelisahan yang Al-Faruqi rasakan ketika melihat umat Muslim kehilangan arah dan kontrol kendalinya. Polemik ini terjadi akibat daripada penerapan dualisme dalam sistem pendidikan Islam yang tentunya mengakibatkan beberapa problem lanjutan yang amat serius, di antaranya seperti kelumpuhan pada beberapa sektor dalam Islam; dari sektor politik, ekonomi hingga budaya Islam itu sendiri yang mulai tergerus. Al-Faruqi melihat bahwa kondisi umat Islam sedang terpuruk. Baginya, belum pernah ada kekalahan yang Al-Faruqi lihat layaknya kekalahan dan kehinaan yang umat Muslim alami pada saat itu.

Umat Muslim dibantai, dirampok atas kuasa dan hartanya, dirampas kemerdekaan hidup dan harapannya, begitu memprihatinkan. Bukan itu saja, umat Muslim juga telah dibohongi, diperas dan diinjak-injak dengan paksaan dan suapan-suapan nilai sekuler untuk masuk ke dalam kepercayaan lain. Islam tidak lagi menjadi pusat sentralitas mereka (umat Muslim) dalam kondisi saat itu. Umat Muslim dipaksa oleh banyak agen yang mau tidak mau menjerumuskan mereka pada hidup sekuler yang sedikit demi sedikit kehilangan jati diri atas keyakinannya.

Dari berbagai problem di atas, Al-Faruqi memberikan 2 tawaran pemikirannya untuk dijadikan solusi umat Islam, di antaranya umat Islam dianjurkan untuk kembali menekuni secara mendalam ihwal peradaban Islam. Tidak hanya itu, Al-Faruqi juga menganjurkan umat Islam untuk melakukan Islamisasi dalam segala bidang pengetahuan modern yang sekuler. Hal ini ditawarkan oleh Al-Faruqi sebab kondisi umat Islam di berbagai wilayah sedang dalam ketidaknyamanan hidup. Bagaimana tidak, jika umat Islam saat itu berada di bawah bangsa lain yang menjajahnya. Kegelisahannya tersebut Al-Faruqi beritakan dalam karyanya Islamization of Knowledge.

Layaknya para intelektual lain, Al-Faruqi ikut serta menawarkan solusinya, di antaranya ialah mengungkapkan pentingnya dilakukan Islamisasi pengetahuan modern oleh umat Islam. Sebab, pemaduan antara 2 sistem pendidikan dapat memberikan keuntungan lebih bagi umat Islam yakni 2 keuntungan sekaligus. Yang pertama, keuntungan sumber-sumber finansial yang diperoleh dari sistem pendidikan umum (sekuler), yang kedua, keuntungan yang diperoleh dari wawasan atas peradaban Islam dan ihwal keislaman itu sendiri. Tentu, hal demikian menjadi orientasi sekaligus visi Al-Faruqi.

Baca Juga:  MASALAH EPISTEMOLOGI ILMU

Selain itu, Al-Faruqi juga menawarkan pentingnya membangun pertahanan yang mendaging dalam kaitannya dengan visi Islam dalam tubuh umat Muslim. Tawaran ini diungkapkan Al-Faruqi dimaksudkan supaya kalangan Muslim dapat mempertahankan diri dari pengaruh sistem pendidikan sekuler yang dijalaninya dan memiliki kecenderungan besar mengubah identitas Islam umat ke arah sekuler. Di antara tawaran terpentingnya ialah mengaji ihwal kebudayaan Islam secara mendalam dan istikamah. Hal ini penting diupayakan, sebab bagi Al-Faruqi mempelajari perjuangan para tokoh Islam dahulu dan berbagai tinggalan peradabannya dapat menjadi takaran positif untuk umat Muslim.

Adapun solusi yang kedua ialah mengislamisasi ilmu pengetahuan modern. Hal ini pun harus diawali dengan kesadaran penuh akan beberapa prinsip dalam Islam yang pastinya menjadi esensi Islam. Untuk itu, maka penting mereproduksi kembali sekaligus merekonstruksi kembali teori-teori, metode-metode dan beberapa hal lain di bawah kerangka Islam yang berprinsip. Artinya, berlandaskan pada beberapa aspek; dari aspek pengesaan terhadap Tuhan hingga persatuan antar sesama manusia dalam visi Islam yang sama.

Dari hal di atas, dapat diambil pelajaran bahwasanya sebagai umat Muslim yang hidup di era sekarang dengan berbagai produk dan sistem yang ‘boleh jadi’ merupakan imperialisme, maka penting untuk membaca perjuangan dan tawaran-tawaran Isma’il Raji’ Al-Faruqi, salah satunya ialah ihwal 2 tawaran logis. Dengan demikian, maka seharusnya sebagai umat Islam, sudah sepatutnya kita mulai merenungkan ihwal sejauh mana kondisi produksi pengetahuan kita tentang 2 tawaran Al-Faruqi. Hal tersebut dilakukan dimaksudkan untuk mencoba menelaah secara intern polemik diri yang mungkin belum kunjung usai.

Previous Article

Dimensi Sufisme dalam Kitab Nahwu al-Qulub Karya Imam Al-Qusyairi

Next Article

Tarekat Hizib Nahdlatul Wathan dan Pembaharuan Islam di Pulau Lombok

Subscribe to our Newsletter

Subscribe to our email newsletter to get the latest posts delivered right to your email.
Pure inspiration, zero spam ✨