KONSEP THUMA’NINAH SEBAGAI UPAYA MENGELOLA KECEMASAN PADA PANDEMI COVID-19

Corona virus disease 2019 (Covid 19) merebak pada awal tahun 2020 dan mengakibatkan gemparnya dunia. Wuhan, Tiongkok disinyalir sebagai asal usul virus ini, yang ditemukan pada akhir Desember tahun 2019 (Yuliana, 2020: 187). World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia pada 12 Maret 2020 mengumumkan Covid 19 sebagai pandemi (Susilo, 2020: 45).

Hingga menjelang pertengahan bulan April 2021, 133 juta kasus ditemukan; adapun yang sembuh sebanyak 75,4 juta; sementara yang meninggal dunia telah 2,89 juta (en.wikipedia.org). Di Indonesia sendiri semenjak diumumkannya kasus positif Covid 19 pertama dan kedua pada tanggal 2 Maret 2020 (Burhan, 2020: 3) hingga saat ini setelah setahun lebih berlalu, terdapat 1,55 juta kasus, yang sembuh sebanyak 1,39 juta, sementara yang meninggal dunia 42.064 orang (covid19.go.id).

Covid 19 dengan segala dampak yang terjadi, telah mengubah situasi dan kondisi dunia. Banyak kegiatan yang biasa dilakukan manusia menjadi tidak bisa dilakukan, karena ada protokol kesehatan yang harus diterapkan. Terdapat peraturan pemerintah yang harus dijalani demi kebaikan bersama, kesehatan dan keselamatan semuanya. Namun, di balik hal penting tentang kesehatan yang harus dijaga manusia pada masa pandemi Covid 19, terdapat hal lain yang harus diperjuangkan pula.

Kehidupan yang harus dijalani manusia seperti biasa adanya untuk memenuhi kebutuhan hidup.  Dalam dunia Islam di antara tokoh yang memiliki pemikiran tentang thuma’ninah adalah Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Ibnu Qayyim al-Jauziyah adalah ulamawan Muslim yang cukup produktif dalam menuliskan pemikiran-pemikirannya. Mengetahui bagaimana konsep thuma’ninah ala Ibnu Qayyim al-Jauziyah bekerja dalam menenangkan kecemasan yang dialami manusia dirasa penting untuk membumikannya.

Oleh sebab itu, artikel ini akan membahas bagaimana implementasi konsep thuma’ninah perspektif Ibnu Qayyim al-Jauziyah sebagai upaya mengelola kecemasan pada pandemi Covid 19. Kecemasan pada masa Covid 19, Informasi tentang jumlah korban yang terpapar Virus Corona kian hari kian meningkat. Hal demikian, menjadikan manusia mengalami kecemasan di dalam hidupnya yang secara tidak langsung menganggu psikisnya.

Baca Juga:  Kehilangan Orang-Orang Dekat

Ditambah, informasi mengenai sifat Virus Corona yang mudah sekali menyebar dari satu manusia ke manusia lainnya, juga dapat bertahan hidup pada benda atau non manusia dalam beberapa saat (Nurislaminingsih, 2020: 22), memuncakkan kecemasan manusia. Sebagian manusia mengalami kecemasan yang berlebihan saat harus beraktivitas di luar rumah. Hal demikian, tentu berpengaruh pada ketenangan jiwanya.

Selain, kecemasan akan terpapar Virus Corona. Manusia juga mengalami kecemasan dalam hal ekonomi. Karena dengan terjadinya pandemi Covid 19 membuat perubahan besar terhadap tatanan kehidupan sehari-hari. Manusia tidak bisa beraktivitas normal seperti biasanya dalam memenuhi kebutuhan ekonomi. Terdapat kewajiban physical distancing yang harus dijalani, juga adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menjadikan kegiatan ekonomi tidak berjalan seperti biasanya, yakni adanya penurunan penghasilan yang dialami masyarakat.

Selain itu, juga terjadinya PHK secara mendadak, hingga sulitnya menemukan lapangan pekerjaan (Putri dan Setiawan, 2020: 201). Sebagaimana survei yang dilakukan oleh Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi) dan Ikatan Alumni Universitas Airlangga Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat (IKA FKM UA) pada bulan Juni 2020 dengan responden 8031 orang yang tersebar di 34 provinsi Indonesia.

Dalam hasil survei tersebut, menemukan data bahwa lebih dari 50% responden mengalami kecemasan dengan kategori cemas dan sangat cemas dalam berbagai konteks kehidupan; pendidikan, ekonomi, pekerjaan, agama dan sosial interaksi masyarakat (Persakmi, 2020). Dalam konsep Thuma’ninah perspektif Ibn Qayyim al-Jauziyah, Ada istilah sakinah ada pula thuma’ninah. Sebelum mengeksplorasi mendalam tentang thuma’ninah itu seperti apa. Satukan frame dulu bedanya sakinah dan thuma’ninah itu seperti apa.

Dua kata ini maknanya berbeda tapi saling terkait. Bagi Ibnu Qayyim, jika sakinah diartikan dengan ketenangan maka thuma’ninah adalah ketentraman. Sakinah itu adalah keadaan di mana secara tiba-tiba hilangnya rasa takut. Sementara thuma’ninah adalah pengaruh yang dirasakan karena adanya sakinah (al-Jauziyah, 1980: 414). Artinya sakinah dulu baru thuma’ninah. Maka, thuma’ninah lebih mendalam ketentraman yang dirasakan dibanding sakinah.

Baca Juga:  Laku Ihsan Mengundang Cinta Tuhan

Namun, kedua-duanya adalah wujud pemberian/anugerah Tuhan, istilah tasawufnya ahwal bukan maqamat sesuatu yang bisa diusahakan.  Sehingga seakan-akan kata Ibnu Qayyim thuma’ninah merupakan puncak dari sakinah (al-Jauziyah, 1980: 414). Lebih lanjut, beda antara sakinah dengan thuma’ninah dalam pandangan Ibnu Qayyim dapat dilihat dari perumpamaan berikut; keadaan sakinah itu bagaikan seseorang yang berhadapan dengan musuh, dan ketika musuh lari darinya kemudian hatinya menjadi tenang.

Sementara keadaan thuma’ninah itu bagaikan seseorang yang berhadapan dengan musuh pula, dan ketika itu pintu benteng terbuka, lalu ia masuk ke dalamnya sehingga ia merasakan aman seaman-amannya (al-Jauziyah, 1980: 414). Di sini tampak jelas bahwa keadaan yang dirasakan saat thuma’ninah lebih mendalam dibanding sakinah. Adalah bahwa saat musuh lari meninggalkan seseorang itu kemungkinan ia kembali dan menghadang seseorang itu bukan hal yang mustahil.

Sementara keadaan thuma’ninah saat seseorang itu berada dalam benteng membuat ia merasakan ketentraman karena musuh tidak bisa menghadangnya. Implementasi Konsep Thuma’ninah Perspektif Ibnu Qayyim al-Jauziyah sebagai Upaya Mengelola Kecemasan pada Pandemi Covid 19, Adalah terdapat tiga hal yang bisa diimplementasikan dari konsep thuma’ninah perspektif Ibnu Qayyim, sehingga dapat membuat manusia mengelola kecemasan yang dihadapi pada masa pandemi Covid 19 ini.

Pertama, mengimplementasikan pemahaman tentang kitab Allah Allah. Kedua, mengimplementasikan asma Allah (al-Jauziyah, 1980: 415). Pengimplementasiaan asma Allah dapat dilakukan dengan memahami makna-makna asma Allah. Ketiga, mengimplementasikan pemahaman tentang ujian adalah bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya (al-Jauziyah, 1980: 416).

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi konsep thuma’ninah Ibnu Qayyim al-Jauziyah sebagai upaya mengelola kecemasan yang terjadi pada pandemi Covid 19, yaitu pertama, mengimplementasikan pemahamannya tentang kitab Allah Allah. Dalam hal ini, memahami ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan kesabaran. Kedua, mengimplementasikan asma Allah tentang asy-Syukur. Bahwa dengan adanya rasa kesyukuran di dalam diri seorang pada masa pandemi Covid-19 ini.

Baca Juga:  Pengantar Mendalami Mukalaf

Ketiga, mengimplementasikan pemahaman tentang ujian adalah bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya.

Daftar Bacaan:

Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim. 1980. Madarijus Salikin: Madarij al-SalikinBaina Manazil Iyyaka

Na’bud wa Iyyaka Nasta’in. Libanon: Dar al-Kitab al-Arabi.

Nurislaminingsih, Rizki. “Layanan Pengetahuan tentang Covid 19 di Lembaga Informasi”, Tik Ilmu: Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi, vol. 4, no. 01 2020.

Yuliana. “Corona Virus Disease (Covid 19); Sebuah Tinjauan Literatu”, Wellness and Healthy Magazine, vol. 2, no. 01 2020.

Putri, Andini Permana Kartika dan Ardi Septiawan. “Manajemen Kecemasan Masyarakat dalam Menghadapi Pandemi Covid 19”, Academica: Journal of Multidisciplinary Studies, vol. 4, no. 02 2020.

Susilo, Adityo., dkk. “Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini”, Jurnal Penyakit dalam Indonesia, vol. 7, no. 1 2020.

Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim. 2000. Miftah Dar al-Sa’adat wa Manshur Wilayat al-Ilm wa al-Irada. Libanon: Dar-Hadits. Burhan, Erlina. 2020. “Coronavirus Disease 2019 (Covid 19)”. http://luk.staff.ugm.ac.id/artikel/virus/ErlinaBurhan-COVID-19.pdf. Akses 25 Maret 2021.

Persakmi. 2020. “Mayoritas Masyarakat Indonesia Alami Kecemasan di Masa Pandemi Covid 19”. http://persakmi.or.id/headlines/mayoritas-masyarakat-indonesia-alami-kecemasan-di-masa-pandemi-covid-19/. Akses 29 Maret 2021.

0 Shares:
You May Also Like