Impak Dosa terhadap Eksistensi dan Pengetahuan Manusia Menurut Suhrawardi Al-Maqtul

Oleh: Nurul Khair

Magister Ahlul Bait University, Tehran

Allah swt. telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya penciptaan. Hal ini dapat diketahui firman-Nya, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. At-Tin [95]:4). Bahkan jika kita memahami Qs. At-Tin secara keseluruhan, maka diketahui bersama bahwa Allah swt. mengucapkan 3 kali kata sumpah pada 3 ayat pertama surah At-Tin. Tentu, ini menegaskan manusia merupakan makhluk yang benar-benar sempurna.

Dalam wacana filsafat Iluminasi, kita akan menemukan berbagai argumentasi penciptaan (burhān al-fitrah) yang membahas keistimewaan penciptaan manusia yang telah dikaruniai kesucian oleh Dzat Yang Maha Suci, potensi akal untuk mengetahui sesuatu yang baik dan buruk, serta potensi batin (hati) untuk menerima berbagai petunjuk yang Allah berikan kepadanya selama menjalani hidup di dunia.

Dari sini, kita dapat mengetahui bahwa eksistensi manusia merupakan sesuatu yang istimewa, akan tetapi jika memperhatikan ayat selanjutnya di surah yang sama, yaitu 5-7, maka akan diketahui bahwa sebagian manusia akan dilempar ke neraka dan sebagian lainnya akan dimasukan ke surga. Suhrawardi al-Maqtul dalam sistem filsafat Hikmat al-Israq menjelaskan bahwa manusia yang dilempar ke neraka karena ia telah berbuat maksiat yang mereka lakukan selama hidup di dunia. Mereka telah diberkati potensi batin, akan tetapi mereka mengabaikan potensi tersebut sehingga Allah swt. menutup mata hati mereka dari tanda-tanda kebesaran-Nya (Silahkan baca QS. Al-Kahf [18]: 101)). Mereka yang telah ditutup mata hatinya, akan dibangkitkan dalam keadaan buta dan seraya berkata: “Mengapa Engkau bangkitkan aku dalam keadaan buta? Bukankah Engkau telah menciptakanku dengan sebaik-baiknya?” (QS. Al-Kahf [18]:104). Menurut Suhrawardi al-Maqtul, manusia yang telah ditutup mata hatinya didasari oleh dua hal, yaitu mengabaikan analisis akal mengenai perilaku baik dan buruk serta melupakan kewajibannya hidup di dunia.

Baca Juga:  Siapa Itu Mukallaf?

Lebih lanjut, Suhrawardi al-Maqtul menjelaskan bahwa setiap manusia telah diberkati umūr-e fitrah, yaitu perkara universal yang diketahui oleh setiap manusia, seperti setiap individu mengetahui bahwa membunuh, korupsi, mencuri, dan berbohong itu sesuatu yang buruk dan itu dosa. Akan tetapi, sebagian manusia merasa abai terhadap pengetahuan ini, sehingga Allah tutup hatin mereka dari kebesaran-Nya. Tentu, ini akan berakibat pada pengetahuan manusia yang tidak lagi mengetahui jalan kebenaran, sehingga ia jauh dari eksistensi Allah swt. Manusia yang telah jauh dari petunjuk kebesaran-Nya, tentu akan melupakan kewajibannya untuk senantiasa taat dan beribadah kepada Allah swt. (Silahkan baca QS. Az-Zariyat [51]:56). Suhrawardi Al-Maqtul juga menjelaskan bahwa sikap abai dan melupakan kewajiban telah menurunkan eksistensi manusia yang pada awalnya diciptakan dalam keadaan suci, kemudian kembali dalam keadaan kotor dan ditempatkan di tempat yang buruk.

Dengan demikian, dapat kita ketahui bersama bahwa perbuatan dosa memiliki pengaruh atau impak terhadap eksistensi dan pengetahuan manusia sebagai makhluk sebaik-baiknya di dunia ini. Manusia yang telah terlanjur jatuh ke jurang kegelapan hanya bisa menyesali berbagai perbuatan yang telah dia lakukan selama hidup di dunia. Sedangkan, sebagian manusia lainnya yang tidak merasa baik dan lupa terhadap kewajibannya di dunia akan semakin mendekatkan dirinya kepada Allah swt. sebagai tanda kebahagiaan dan kesuksesan menjalani kehidupan di dunia. Allah swt. memberikan petunjuk bagi mereka yang menjaga kehormatan kesucian dan mengaktualkan berbagai potensi yang diberikan-Nya.

Di akhir tulisan ini, penulis hanya ingin menyampaikan bahwa perbuatan dosa pada dasarnya terjadi karena ketidaksadaran kita terhadap dampak yang diberikan, meskipun perbuatan tersebut itu terasa nikmat. Ini ibarat anak kecil yang suka memakan coklat. Dia tidak mengetahui dampak yang akan diberikan coklat terhadap giginya sehingga ketika gigi tersebut rusak, ia akan merasa kesakitan dan menyesalinya di kemudian hari. Demi mengatasi permasalahan tersebut, manusia harus mempelajari bahaya dosa yang semakin hari mengerogoti dirinya, selain itu kita juga harus senantiasa mendekatkan diri kepada Allah swt. untuk meminta keselamatan dirinya di dunia maupun di akhirat.    

Baca Juga:  Tentang Manfaat Ziarah Kubur Menurut Filsuf
0 Shares:
You May Also Like