Iktikaf ke Iqra’: Dari Ritual ke Zikir Sosial

Oleh: Subhan Saleh

Staf Pengajar di PP Nuhiyah Pambusuang Sulawesi Barat

Iktikaf adalah suatu aktifitas yang diniatkan untuk ibadah, dilakukan dengan berdiam diri di dalam masjid dalam rangka memperbanyak zikir (mengingat Allah). Ibadah sunah ini bisa dilakukan kapan saja, tetapi lebih banyak diamalkan pada bulan suci Ramadhan demi memburuh keutamaan dan pahala yang melimpah.

Sebelum diangkat menjadi Rasul, Nabi Muhammad saw. memiliki kebiasaan dan kecintaan untuk beruzlah yakni pengasingan diri untuk memusatkan perhatian pada ibadah (berzikir dan tafakur) kepada Allah swt.

Nabi saw. melakukan uzlah di Gua Hira suatu celah batu di Jabal Nur (gunung cahaya), berjarak 2 mil sebelah utara kota Mekkah. Aktifitas uzlah ini sering dilakukan Nabi saw. beberapa malam. Uzlah juga termasuk ritual para Nabi terdahulu seperti Nabi Musa as. yang melakukan uzlah di bukit Thurisina.

Dari proses uzlah, khalwat atau tahannuts yang dilakukan Nabi saw. Allah swt. mewahyukan perintah membaca “Iqra’ bismi Rabbika-ladzi khalaq” (Bacalah, (wahai Nabi Muhammad saw., wahyu Ilahi yang beberapa saat lagi akan engkau terima; dan bacalah juga alam dan masyarakatmu) dengan (atau demi) nama Tuhan Pemeliharamu yang menciptakan (semua makhluk)!”). Ayat ini merupakan wahyu pertama yang diturunkan Allah swt. pada Rasul-Nya Muhammad saw. di malam Lailatul Qadr.

Jadi, iktikaf pertama para Nabi itu dilakukan di tempat yang jauh dari keramaian bukan di dalam mesjid, bukan pula untuk menghindari realitas kehidupan masyarakatnya yang semakin jahiliyah. Nabi saw. melakukan uzlah, khalwat atau tahannuts untuk merenungi dan mencari solusi atas problematika sosial yang semakin kompleks, meninggalkan sementara umatnya untuk kembali memperbaikinya.

Nabi saw. saat itu menghadapi umat dengan nilai moralitas yang semakin hari semakin hancur, pelanggaran atas hak-hak asasi manusia terjadi di mana-mana, tindakan kekerasan dan kezaliman merajalela, serta semakin rapuhnya rasa solidaritas sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

Baca Juga:  Saluran Cerna yang Menakjubkan

Ibadah, zikir, serta tafakkur yang dikakuan Nabi saw. dengan memusatkan kekhusyuan jiwa untuk berdialog dengan Tuhan, menggapai nur Ilahi untuk menyerap realitas keabadian agar menjadi penuntun dalam menyelami realiras kehidupan, menjaga jarak dengan masyarakat untuk melihat problematika masyarak dengan jernih, agar mendapatkan jawaban terbaik atas berbagai problem kemanusiaan.

Dengan ritual menyendiri yang dilakukan Nabi saw. Tuhan pun memberikan solusi atas keresahan jiwa Nabi Muhammad saw. dengan menurunkan ayat pertama perintah untuk membaca, seperti yang disebutkan sebelumnya.

Untuk melakukan perubahan, perbaikan dan peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. maka hendaknya kita harus mampu membaca. Apa yang harus dibaca? Allah swt. tidak menentukan obyek secara spesifik agar kita membaca segala hal yang bisa terjangkau. Membaca, menelaah, meneliti, mendalami hal yang menjadi problem masyarakat sehingga bisa menemukan hal yang menjadi pendorong umat melakukan tindakan jahiliyah.

Untuk melakukan perubahan dalam sebuah masyarakat, maka budayakanlah membaca, bacalah segala hal agar engkau tercerdaskan, dalam bahasa milenial, galakkan gerakan literasi.

Dari ritual menyepi yang dilakukan Nabi saw. kita bisa mengambil hikmah, bahwa sesungguhnya ibadah iktikaf yang dilakuan di sepuluh hari terakhir Ramdhan atau di hari-hari lainnya, sesungguhnya bukanlah sekedar menyepi dan meninggalkan keramaian lalu menyibukkan diri dengan ibadah ritual dan zikir yang bersifat individual semata, akan tetapi itikaf yang sesungguhnya adalah proses ibadah yang mengacu pada penguatan hubungan secara spiritual dengan Tuhan yang dikuti dengan zikir atau tafakur yang produktif.

Apapun profesi kita, beriktikaflah dengan berupaya mendekatkan diri pada Tuhan. Biarkan Alquran menyapa nurani kita untuk membuka hijab kesulitan hidup. Lakukan tafakur, membaca dan menyebut nama Tuhan agar menemukan solusi—setidaknya untuk problem terkecil dalam kehidupan kita secara personal—sehingga meningkatkan kualitas hidup keluarga dan masyarakat yang lebih baik.

Baca Juga:  Kenal Diri Kenal Tuhan

Jika kita seorang pelajar, beriktikaflah bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu agar temukan solusi sehingga menjadi generasi pembelajar yang baik. Jika kita seorang nelayan, beriktikaflah baca dan sebut nama Tuhanmu, temukan cara untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tangkapan di laut. Jika kita seorang guru, beriktikaflah baca dan sebut nama Tuhanmu temukan metode pembelajaran yang efektif agar peserta didik semakin baik, berakhlak dan berilmu.

Iktikaf terbaik adalah melakukan ibadah ritual tanpa meninggalkan tafakur, membaca dengan menyebut nama Tuhan, seperti yang tertuang dalam sebuah hadit Nabi saw. “Berpikir sesaat (tafakur) lebih baik daripada ibadah seratus tahun”. Tentu yang dimaksud dengan tafakur di sini adalah tafakur yang produktif yang bisa memberikan kontribusi kemaslahatan pada umat manusia, setidaknya pada lingkungan terkecil kita.

Tafakur yang produktif akan menjadi ladang pahala bahkan akan menjadi amal jariyah setelah kita meninggal. Kita meninggalkan hal yang baik untuk generasi setelah kita dengan penemuan-penemuan di bidang keilmuan.

Tidak ada yang bisa memungkiri, bahwa Thomas Alva Edison memberikan kontribusi besar bagi dunia atas tafakur yang dilakukannya menghasilkan penemuan lampu pijar yang sampai saat ini manfaatnya terus terasa bagi banyak orang di belahan dunia. Bahkan sebelum menemukan lampu pijar, Thomas Alva Edison sudah menemukan generator listrik, perekam suara maupun film.

Iktikaf seperti inilah yang kita harapkan, kita khusyuk menghadap Tuhan agar Dzat Maha Suci bisa hadiAr menyapa nurani dan membuka tabir/hijab kebodohan dan menyembuhkan luka kemanusian dengan berkontribusi secara riil terhadap sesama.

0 Shares:
You May Also Like