Etika dan Agama Sebagai Basis Bermasyarakat

Oleh: Muhyidin Azmi

Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak bisa dipisahkan dari dua term, yakni etika dan agama. Etika dan agama merupakan dua term yang tidak bisa kita pisahkan satu sama lain. Nampaknya keduanya seperti pelangi yang memiliki warna berbeda, akan tetapi keduanya menciptakan dan menghadirkan keindahan yang sangat luar biasa. Oleh sebab itu, membicarakan perihal etika dan agama merupakan sebuah pembicaraan yang sangat menarik. Etika dapat diartikan sebagai suatu ilmu tentang tata cara dan sikap dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Sedangkan agama adalah suatu ajaran, pegangan, dan norma-norma untuk menjalani suatu kehidupan bermasyarakat.

Hubungan antara manusia dan agama merupakan hubungan totalitas, atau dalam pengertian yang lain, bagaimana pun manusia tidak bisa dipisahkan dari Agama. Tujuan dari etika dan agama adalah mengajak manusia untuk menuju ke dalam keterarahan dalam hidup kepada keterarahan yang baik, yang dalam bahasa Jawa bisa disebut dengan Sangkan Paraning Urip. Kita menyadari, sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup begitu saja atau tanpa norma-norma yang berlaku. Manusia harus mengerti tentang hakikat hidup, yang dalam bahasa Jawa disebut dengan Jatining Urip.

Etika merupakan salah satu persoalan esensial dalam kajian keagamaan, etika dan Agama merupakan dua hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Karena manusia dilahirkan secara terpisah-pisah dengan individu lainya, dan manusia tidak dapat menjalani hidup sendiri dan tidak bisa terlepas dari individu lainya. Manusia selalu hidup dalam suatu lingkaran atau kelompok masyaraka, seperti yang tertulis dalam satu literatur tentang Ibn Khaldun, ialah al-Insan Madaniyyun bi ath-Thab’i.

Etika dan agama merupakan dua hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Sebab, di dalam masyarakat manusia mengembangkan hidupnya dan membangun peradaban yang baik, guna untuk menjamin keberlangsungan hidup dan roda pergaulan bersama. Berdasarkan penjelasan di atas, kesinambungan interaksi etika dan Agama sangat erat kaitannya, yakni adanya saling isi mengisi dan memiliki tujuan yang sama antara keduanya. Keduanya memiliki persamaan yang sangat mendasar, yakni sama-sama menyelidiki atau pun menentukan ukuran dan tingkat baik dan buruk suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia berdasarkan akal pikiran dan hati nurani.

Baca Juga:  Agama Banyak Membatasi, Memangnya Kenapa?

Meskipun etika dan agama memiliki kesinambungan interaksi yang mendasar, etika tidak dapat menggantikan peran agama dalam tata aturan nilai kehidupan suatu masyarakat. Akan tetapi, di lain pihak etika juga tidak bertentangan dengan agama, entah itu agama Islam atau pun agama selain Islam. Dalam urusan kehidupan bermasyarakat, etika sangat diperlukan oleh agama guna sebagai pendukung peran agama dalam mengatur nilai kehidupan suatu masyarakat. Sebab, agama merupakan fasilitas yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk memelihara dan menjaga alam dari kerusakan yang di sebabkan oleh tangan manusia. Dalam agama Islam, etika bisa kita sebut dengan nama akhlak, yang mengajarkan tentang baik dan buruknya suatu perbuatan manusia berdasarkan kitab suci (Al-Qur’an) yang kebenarannya absolut. Selain melandaskan kitab suci (Al-Qur’an) dalam menentukan tentang baik dan buruk, Islam juga melandaskan ajarannya tentang baik dan buruk suatu perilaku manusia kepada hadis Nabi.

0 Shares:
You May Also Like