Cerita Sufi: Menyimpan Surga Ala Bisyr bin Harits

Ada banyak hal yang tidak diketahui di dunia ini. Namun, dari suatu yang dinamakan ketidak-tahuan tersebut, sebuah rahasia dapat tersimpan rapi. Diriwayatkan dalam kitab Tadzkiratul Auliya’, Bisyr dikisahkan Attar menyimpan surga. Tapi surga yang bagaimana dan berbentuk seperti apa?

Fariduddin Attar merupakan salah satu pujangga nomor wahid yang pernah dimiliki Persia. Kitabnya yang terpopuler adalah Mantiqut Thair. Bagi Jalaluddin Rumi naskah-naskah Attar merupakan lintasan orbit dari karya-karya para pujangga Persia. Kelasnya diurai sebagai penerus Hakim Hanai, memberi pandangan khusus keabsahan kisah Bisyr bin Harits dalam naskah Tadzkiratul Auliya’, dikenal juga sebagai Sufi Abu Nashr Bisyr bin al-Harits al-Hafi.

Bisyr, seorang pemuda di kota Merv, suatu hari dikisahkan sedang mabuk berat. Memang, sudah lama dia dikenal sebagai seorang pecandu khamr dan berandalan. Akibat dari ulah mabuk itulah setiap kali pulang dari bar, Bisyr menjadi orang setengah sadar.

Momentum bersejarah itu terjadi saat perjalanan pulang ke rumah. Bisyr melihat secarik kertas bertuliskan kalimah basmallah, terserak di pinggir jalan. Dia pungut secara perlahan, sangat hati-hati.

Lantas disimpan baik-baik. Dia taruh di saku, rapat. Entah kenapa, Bisyr merasai dirinya begitu menyukai tulisan di secarik kertas tersebut.

Sampai di rumah, cekat Bisyr langsung menempatkan secarik kertas yang dia pungut sebelumnya. Bergegas ke kamar, lantas mengoleskan minyak wangi beraroma mawar. Ditempatkan di dalam sebuah botol. Kemudian mengistirahatkan diri, tertidur pulas.

Pada malam itu, malam di mana Bisyr menyimpan secarik kertas. Karunia dari Arys mengantarkan mimpi ke seorang ulama alim, yang tidak lain tidak bukan merupakan tetangga Bisyr. Dalam mimpi, ulama alim mendapat petunjuk ilahi bahwa dia mesti menyampaikan beberapa pesan kepada Bisyr.

Baca Juga:  Raden Ajeng Kartini dan Tafsir Sufi Faidh al-Rahman

Pesan itu berbunyi, “Engkau telah mengharumkan nama-Ku, maka Aku pun telah mengharumkan dirimu. Engkau telah memuliakan nama-Ku, maka Aku pun telah memuliakan dirimu. Engkau telah menyucikan nama-Ku, maka Aku pun telah menyucikan dirimu. Demi kebesaran-Ku, niscaya Ku-harumkan namamu, baik di dunia maupun di akhirat nanti,” Sedemikian ringkas untuk Bisyr.

Kaget karena mimpi yang dialami dan serasa tidak percaya, tetangga Bisyr ragu-ragu. Lama merenung, pada akhirnya alim ulama tetangga Bisyr memutuskan untuk mengambil wudhu, salat malam, lalu melanjutkan tidurnya. Persis! Sekali lagi, alim ulama tersebut kembali bermimpi sama, untuk menyampaikan petunjuk ilahi sebagai pesan kepada Bisyr.

Pagi-pagi betul, karena merasa punya tanggungan. Alim ulama tetangga Bisyr bersicepat melangkahkan kaki keluar rumah, berkunjung ke rumah Bisyr. Menemukan Bisyr yang baru tersadar dari mabuknya, di sana mereka berdua berbincang. Lantas Alim Ulama itu menyampaikan pesan kepada Bisyr seperti yang dia mimpikan semalaman.

Menerima pesan tersebut, Bisyr terketuk hatinya setelah Alim Ulama itu menyelesaikan urusan dengan Bisyr. Sejak saat itu, Bisyr memulai perjalanan spiritual—mendekat—ke Allah, meninggalkan khamr. Syahdan, pendekatan yang dilakukan Bisyr itu dari banyak riwayat dikisahkan seolah-olah diterima dengan sama baiknya oleh Allah. Bisyr menjadi sufi, yang dikenal baik oleh banyak orang sampai namanya masyhur di wilayah Baghdad.

Bisyr, yang semula berandalan, menemukan jalan cinta disebabkan rasa pedulinya pada secarik kertas. Bahkan dalam beberapa riwayat, Bisyr sempat ditemui Kanjeng Nabi Muhammad kala bermimpi. Bisyr diberi penjelasan Beliau, tentang kenapa dia lebih dimuliakan Allah daripada orang-orang lainnya.

“Karena kamu, Bisyr. Telah mengikuti segala sunnahku, kamu ikuti anjuran orang-orang salih, memberi nasehat baik kepada sesama, dan karena cintamu yang sungguh besar padaku, keluarga-keluargaku serta sahabatku”. Ujar Kanjeng Nabi.

Baca Juga:  Teladan Komunikasi dari Kisah Nabi Ibrahim

Selain pandai bertasawuf, Bisyr sendiri pada akhirnya dikenal sebagai salah seorang ahli hadits. Jelas adanya barangsiapa cinta akan ayat-ayat Al-Qur’an dan kitab-kitab yang diturunkan Allah, akan diberi huda wa busra—petunjuk dan kabar gembira—sebagai bagian dari golongan orang-orang mukmin. Wallahua’lam, surga itu disimpan Bisyr dalam sebuah botol.

Previous Article

Nurcholish Madjid: Karakteristik Pemikiran Keislaman dan Keindonesian

Next Article

Aspek Teologis dalam Pemikiran Muhammad Iqbal

Subscribe to our Newsletter

Subscribe to our email newsletter to get the latest posts delivered right to your email.
Pure inspiration, zero spam ✨