Cerpen: Tahun Baru

Oleh: Nizar Afifi

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Setelah menjalankan hari-harinya seperti biasa, Pak Mursyid kembali disibukkan dengan agenda Muharroman. Hal ini disebabkan beliau kebetulan menjadi orang yang bisa dikatakan memiliki pengaruh di daerahnya.

Daerah Pak Mursyid biasa memperingati Muharroman dengan Takhtiman Kitabul Karim Al-Qur’an dan dilanjutkan dengan doa akhir tahun dan awal tahun.

Rembugan kecil-kecilan dilakukan oleh beberapa orang yang akan terlibat menjadi petugas pada acara Muharroman. Rembugan membahas perihal teknis acara di tengah pandemi, konsumsi, dan siapa saja yang akan tampil di depan masyarakat.

Saat membahas perihal persiapan acara itu, Pak Saidun nyeletuk “Sebenarnya, tahun baru Islam itu Idul Fitri atau Muharram ya?”

Pak Mursyid yang sedari tadi tidak begitu fokus pada pembahasan persiapan acara tersentak oleh celetukan dari Pak Saidun.

Pak Komar dari pojok ruangan menyahuti pertanyaan dari Pak Saidun “Sampeyan itu gimana toh Pak, kan sudah jelas-jelas berbeda, wong dikalender aja penulisannya beda “Tahun Baru Islam 1 Muharrom 1442 H” dan “Hari Raya Idul Fitri” kok sampeyan tanyakan lagi”.

“Tapi gini loh Pak Komar, kan di hari Idul Fitri katanya kita kembali fitrah seperti saat baru lahir ke dunia. Apalagi saat Idul Fitri kebanyakan dari kita berburu banyak barang yang bersifat baru”. Sahut Pak Saidun.

Pak Komar yang berusaha mencermati perkataan dari Pak Saidun kemudian menimbali dengan sedikit filosofis “Ya itu kan cuma kata “baru”-nya saja yang memiliki kesamaan, tapi dalam hitungan tanggal dan kalender Hijriyah ya engga bisa disamakan toh Pak”.

“Mungkin gini loh Pak, hegemoni perayaannya itu loh yang dibingungkan sama Pak Saidun. Soalnya hegemoni Idul Fitri itu hampir sama dengan saat kita merayakan Tahun baru Masehi. Kembang api di mana-mana, masyarakat turun ke jalan dengan perasaan suka cita. Sementara dalam perayaan Tahun Baru Islam justru dilaksanakan dengan kondisi yang berbeda. Gitu toh Pak yang sampeyan maksud”. Ucap Pak Tono kepada Pak Saidun sembari mencoba untuk menjawab Pak Komar.

Baca Juga:  BETEMU AL-GHAZALI DI BASEMENT SEBUAH TOKO BUKU DI HARVARD SQUARE (BAGIAN 4)

“Nah, maksud saya itu Pak Tono”. Jawab Pak Saidun

Pak Komar hanya menjawab dengan beberapa kata “Ooh begitu toh Pak yang sampeyan maksud”.

Pak Mursyid yang sejak awal sudah terhenya dengan pertanyaan itu kemudian buka suara, inipun beliau lakukan setelah berpikir dengan mengernyitkan dahi saat bapak-bapak yang lain saling tukar pendapat.

“Jadi gini loh para sederek, kita tarik dulu dari hal yang kecil sebelum membahas tahun baru, sebelum hitungan tahun ada hitungan apa dulu ya?”

“Hitungan bulan Pak, sebelum bulan ada minggu, dan sebelum itu ada hari”, jawab Pak Tono.

Kemudian Pak Mursyid melanjutkan pendapatnya, “Nah selama ini kita terlalu fokus pada hitungan tahun, padahal ada hal kecil yang perlu kita perhatikan sebelum tahun. Bukankah hari esok adalah hari yang baru jika dibandingkan dengan hari ini”.

Lebih detail lagi Pak Mursyid menjelaskan bahwa, bukankah 30 menit yang akan datang juga merupakan hal baru yang tidak kita ketahui apa yang akan terjadi. Bisa saja pesanan baju baru yang telah kita pesan sampai.

“Betul sekali Pak, kalau begitu alangkah lebih baiknya jika pada Tahun Baru ini kita gunakan untuk intropeksi terkait hal-hal baru yang kita dapatkan selama setahun belakangan, dan apakah kita sudah mensyukurinya. Kemudian apakah kita sudah bersiap menyambut hal-hal baru di tahun depan yang belum kita ketahui apa-apanya. Semoga ke depannya kita semua selalu dipertemukan dengan hal-hal baru yang lebih baik dari tahun sebelumnya”. Sambung Pak Tono melanjutkan pendapat Pak Mursyid.

Mendengar perkataan Pak Tono itu, Pak Mursyid kembali merenung, “Ternyata semua yang ada di dunia ini memang benar-benar baru dan tidak bisa diprediksi namun bisa direncanakan. Dan “Dia”lah yang memang bersifat “Terdahulu” dan sebaik-baiknya pembuat skenario”.

Baca Juga:  Kisah Uwais al-Qarni: Ajaran untuk Memuliakan Ibu dan Menghormati Sesama

Setelah itu Pak Mursyid teringat jika dia belum sholat Isya dan bergegas mengambil air wudhu sebelum hal-hal yang di luar rencana terjadi.

Previous Article

Islam Liberal: Antara Penyesatan dan Pembebasan

Next Article

Adakah Orang Tua yang Durhaka?

Subscribe to our Newsletter

Subscribe to our email newsletter to get the latest posts delivered right to your email.
Pure inspiration, zero spam ✨