Kisah Uwais al-Qarni: Ajaran untuk Memuliakan Ibu dan Menghormati Sesama

Oleh: Anis Nur Muhammad Farid

Alumni Ilmu Komunikasi UGM dan Peminat Kajian Tasawuf

Hari ini saya telah menyimak sebuah video Habib Umar bin Hafidz di channel Youtube Nabawi TV. Hampir semua mengetahui bahwa Habib Umar adalah seorang cendekiawan dan ulama besar asal Tarim, Hadramaut, Yaman. Di dalam video tersebut dijelaskan terkait seluk-beluk Uwais al-Qarni.

Kita tentu mengetahui kisah hidup Uwais al-Qarni. Dasar penyebutan Uwais al-Qarni ada di dalam kitab Shahih Imam Muslim. Karena bakti terhadap ibunya, membuat Uwais tidak bisa mendatangi Rasulullah saw. sehingga ia terhalang untuk menjadi seorang sahabat Nabi. Namun, hal tersebut dikarenakan sebuah uzur. Yakni, sebuah hal yang merupakan perintah dari Allah dan Rasul-Nya. Perintah yang agung untuk berbakti kepada ibu.

Setiap hari Uwais membantu ibunya. Sehingga ia tidak bisa pergi ke Madinah. Hingga hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun berlalu. Sampai Nabi Muhammad saw. wafat. Namun, ketika Rasul masih hidup, ia pernah menyebut nama Uwais.

“Sesungguhnya terdapat hamba Allah, yang jika bersumpah, niscaya akan dikabulkan”, kata Nabi.

“Wahai Rasulullah saw. tunjukkan kepada kami salah satunya”, pinta sahabat.

“Kalian memiliki Uwais bin ‘Amr”, jawab Rasul.

Sahabat penasaran, “Siapa Uwais?”

“Ia seorang pria kurus. Dahulu memiliki sakit kusta. Lalu ia sembuh, kecuali sebagian kecil di bawah bahu kirinya. Ia memiliki seorang ibu yang sangat ia muliakan. Ia tidak terkenal di bumi, namun terkenal di langit”, terang Rasulullah.

“Ketika hari kiamat, dikatakan kepadanya: silakan kau memberi syafa’at. Ia pun memberikan syafa’at sebanyak jumlah suku Rabi’ah dan Mudor, suku terbesar di bangsa Arab”, tambah Nabi.

Dalam hadis disebutkan: “Wahai Umar, wahai Ali, jika kalian bertemu dengannya, maka mintalah ia memohon ampun untuk kalian, niscaya Allah akan mengampuni kalian”.

Baca Juga:  Sebelum dan Sesudah

Begitulah sepenggal dari penjelasan Habib Umar tentang Uwais al-Qarni. Lantas apa yang bisa kita pelajari?

Menurut saya; Pertama, Uwais melaksanakan perintah dari Allah dan Rasul-Nya, perintah yang sangat mulia yakni berbakti kepada ibu. Seperti dalam lagu gubahan SM Mochtar alias Mochtar Embut:

“Kasih ibu kepada beta

Tak terhingga sepanjang masa

Hanya memberi, tak harap kembali

Bagai sang surya menyinari dunia.”

Ibulah yang mengandung kita. Selama 9 bulan, beliau mengorbankan tenaga dan pikiran untuk fokus merawat kita. Sampai saat melahirkan, beliau berjuang dengan nyawa sebagai taruhannya. Kemudian beliau membesarkan kita, mendidik dengan penuh kasing-sayang. Dan membentuk agar kita juga bersifat kasih sayang terhadap sesama.

Ibu Uwais lumpuh. Uwais senantiasa merawat dan memuliakannya. Sampai pada keinginan ibunya untuk naik haji. Karena keadaan mereka yang serba kekurangan, akhirnya Uwais berikhtiar dengan menggendong sang ibu. Berjalan dari Yaman ke Mekkah. Sampai akhirnya ia berhasil memenuhi keinginan ibunya berhaji. Subhanallah. Sehingga Rasulullah pun memuliakannya.

Pelajaran yang kedua, Nabi mengajarkan kita untuk menghormati setiap manusia. Hal tersebut terlihat dari perintah kepada Sayyidina Umar dan Sayyidina Ali untuk meminta doa kepada Uwais. Seperti yang kita ketahui, Sayyidina Umar dan Sayyidina Ali adalah sahabat terbaik Nabi. Meski begitu, Nabi tetap menyuruh mereka untuk meminta doa kepada Uwais, seorang yang tidak terkenal dan serba kekurangan.

0 Shares:
You May Also Like