Canda Nabi dan Canda Sufi

Oleh: Anis Nur Muhammad Farid

Alumni Ilmu Komunikasi UGM dan Peminat Kajian Tasawuf

Merujuk kepada sebuah hadis riwayat Imam Bukhari, pada suatu hari Nabi dan para sahabat sedang berbuka puasa. Salah satu menu buka mereka adalah kurma. Mereka menikmati kurma tersebut. Biji dari kurma yang telah dimakan, mereka letakkan di depan masing-masing.

Sayyidina Ali merasa telah memakan kurma terlalu banyak. Hal tersebut bisa dilihat dari jumlah biji yang ada di depannya. Keisengannya pun muncul. Ia memindahkan biji-biji tersebut ke hadapan Nabi, mencampurkan biji-bijinya dengan biji-biji Nabi.

“Wahai Nabi, apakah engkau begitu lapar, sehingga begitu banyak kurma yang engkau habiskan?”, Seloroh Sayyidina Ali sambil melihat tumpukan biji kurma di depan Nabi.

Mendengar keisengan itu, Nabi tidak marah. Beliau tetap “santuy”. Dengan cerdas beliau membalasnya.

“Bukankah kau yang justru terlalu lapar, Ali, sampai biji-biji kurmamu kau makan juga (alias tak tersisa)?”.

Dalam artikel baca.nuralwala.id dijelaskan, “Tasawuf adalah ajaran Nabi Muhammad saw”. Begitu ujar Habib Ahmad bin Novel bin Salim bin Jindan. Sehingga para sufi adalah mereka yang berpegang kepada ajaran Nabi.

Salah satu guru sufi Naqshbandi ialah Syaikh Muhammad Nazim al-Haqqani pernah diminta tolong oleh muridnya. Syaikh Nazim sendiri adalah seorang keturunan Nabi dari dua jalur: Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein. Dari jalur ayah, beliau adalah keturunan Syaikh Abdul Qodir al-Jailani. Sedangkan dari jalur ibu, beliau terhubung dengan Maulana Jalaluddin Rumi.

Kejadian tersebut diceritakan oleh seorang murid Syaikh Nazim asal UK, Yusef Ali. Suatu hari, ada seorang murid beliau yang sowan. Murid tersebut sedang dirundung masalah. Sebuah keluarga jin telah menduduki rumahnya sehingga menyebabkan keluarganya mengalami masalah besar. Ia mengadu dan meminta tolong kepada Syaikh Nazim.

Baca Juga:  Dari Pikir ke Kafir : Kekeliruan dalam Futuhat

“Sudahkah kamu mengatakan kepada jin tersebut bahwa untuk tinggal di rumahamu harus menyewa (tidak gratis)? Mintalah biaya sewanya, nanti jin tersebut akan langsung pergi”, jawab beliau.

Lalu, dari dua kisah tersebut, apa yang dapat kita pelajari?

Selain sebagai utusan Allah, Nabi Muhammad pun manusia biasa, meski tidak seperti manusia biasa (basyarun laysa kal basyari). Sehingga, Nabi Muhammad saw. tak lepas dari perilaku umumnya manusia, termasuk bercanda. Namun, canda Nabi cerdas, didasarkan kepada hal yang benar, tidak mengada-ada, dan tidak pernah keluar dari koridor yang hak. Begitu pun dengan para sufi sebagai pewarisnya. Mereka bukan melulu orang yang serius. Dengan canda, mereka bisa merekatkan hubungan dengan murid-muridnya. Sehingga sesuai dengan ajaran yang dibawa: rahmatan lil ‘alamin (rahmat untuk semesta alam).

Terlebih di tengah kondisi pandemi COVID-19 seperti sekarang ini. Seperti dilansir CNN, salah satu cara yang dapat meningkatkan imunitas tubuh adalah manajemen stres. Stres meningkatkan risiko terkena penyakit. Karena stres membuat sistem imun tubuh melemah. Saat stres, kemungkinan orang melakukan aktivitas yang kurang baik, seperti merokok, makan makanan yang tidak sehat, minum alkohol dan kurang tidur. Kegiatan-kegiatan tersebut juga berdampak buruk kepada tubuh. Oleh karena itu, manajemen stres sangat penting. Luapkan stres dan emosi pada kegiatan yang menyenangkan, salah satunya dengan bercanda.   

0 Shares:
You May Also Like