Oleh: Azam Bahtiar
Direktur Nuralwala: Pusat Kajian Akhlak dan Tasawuf
Pernahkah bertanya, mengapa Futuhat terdiri dari 560 Bab? Menulis tesis atau disertasi 4/5 bab saja rasanya minta ampun. Bandingkan dengan bab-bab dalam Futuhat!
Membaca Ibn ‘Arabi itu sulit, tapi juga mudah: sulit-mudah sekaligus. Paradoks, memang. Dan lebih tak mudah lagi secara nalar —dan memang bukan domain nalar seharusnya, tapi rasa— bila kita bertemu dengan tradisi numerologi klasik (hisab al-jummal). Seperti berikut.
Beberapa peneliti coba mengurai apa makna di balik 560 bab itu. Abdul Aziz Sulthan Al-Manshub, dalam pengantar tahqiq-nya atas Futuhat, menyebut angka 560 itu sebagai sejalan dengan jumlah tahun, terhitung sejak awal hijrah hingga lahirnya Ibn ‘Arabi. Syaikh Akbar sendiri lahir pada 17 Ramadhan 560 H. Seolah, 560 bab Futuhat adalah kado untuk menobatkan/memahkotai tahun kelahirannya. Bisa jadi ini kebetulah, tapi mungkin juga tidak. Yang pasti, akan sangat menakjubkan bila ini kita tiru: berkarya di setiap momen kelahiran kita (berarti jatah kita menulis 1441 bab!).
Pembacaan lain diusulkan oleh Abdul Baqi Miftah, seorang penulis yang tampaknya tau betul bahkan pojok-pojok Futuhat.
Menurutnya, jumlah 560 bab Futuhat itu adalah sekaligus jumlah kata dalam Surah Al-Fath (sila cek jumlah kata di surah ini, misal, di wikipedia). Futuhat dan Fath berasal dari derivat yang sama. Ini yang paling membuat saya tercengang!
“Kebetulan” pula Surah Al-Fath ini dibahas dalam Bab 336 Futuhat, tentang “Baiat Universal” seluruh kosmos kepada Sang Wali.
Sesuai numerologi pula, angka 560 itu adalah jumlah dari kata “TASNIM” (400+60+50+10+40 = 560). Seperti dalam Surah Al-Muthaffifin, tasnim adalah minuman orang-orang yang didekatkan kepada-Nya (‘aynan yasyrab bihal-muqarrabun).
Angka 560 juga adalah jumlah dari kata “RAFRAF” (200+80+200+80 = 560). Ini dibahas di Bab 381, tentang ma’rifatu manzilit-tauhid wal-jam’, yang merangkum 5000 maqamat (merujuk ke surat Ali Imran 3:125).
Jika 560 ini kita tambah dengan 29 (jumlah huruf hijaiyah + al-ta’rif) = 589, ini merujuk pada jumlah wali dalam setiap masa, yang terdiri dari 35 tingkatan, seperti dibahas dalam Bab 73.
Tentu saja sah bagi kita menganggap kalkulasi di atas sebagai bersifat mitis. Atau, “gathuk-gathuk mathuk“. Namun, entah kebetulan maupun sengaja, bukankah ini tanda kreatifitas dan kecerdasan luar biasa seorang Ibn ‘Arabi?!
Al-Fatihah untuk Syaikh Akbar…
Tulisan ini diambil dari, dan sudah pernah dimuat sebelumnya di, sini.