Memaknai Kebahagiaan dan Kesedihan

Bahagia dan sedih merupakan sesuatu yang saling bertolak belakang atau sering kita istilahkan dengan antonim. Dua-duanya pasti dialami oleh manusia, baik yang hidup ataupun yang telah berpidah alam dengan hembusan nafas terakhirnya.

Mengalami bahagia berarti sebuah cobaan seorang manusia untuk memilih dua hal; Pertama, memilih hanyut dalam kebahagiaan seakan jasadmu akan kekal abadi di dunia yang fana ini, padahal jasad dan dunia ini adalah sifat yang sama, sebuah ciptaan, sesuatu yang diadakan awalnya berubah-ubah dan nantinya akan fana atau akan musna dan menghilang. Kedua, sebuah kebahagian yang dibalut dengan syukur, yaitu mensyukuri kebahagiaan dengan menggunakannya sebagai sarana beribadah kepada Sang Pencipta yang memberikan kebahagiaan, dengan itu malah akan menambah durasi kebahagiaan kita di dunia, bahkan di akhirat.

Sedih, ketika kita lihat dengan kaca-mata sufistik malah sebuah keharusan, bahkan para sufi yang kelamaan dalam kebahagiaan mereka malah meminta untuk diberikan kesedihan. Karena mereka menganggap kelamaan dalam kebahagiaan, tanpa tangisan dan ratapan membuat mereka lalai dengan Sang Pencipta.

Oleh sebab itu mereka selalu mengharap dekat dengan Sang Pencipta dengan kesedihan. Akan tetapi, ada juga yang memanfaatkan kebahagiaan dan kemudahan itu laksana kendaraan. Gambarannya adalah mereka memiliki harta tapi tidak mereka genggam, atau mungkin mereka memiliki kebahagiaan dengan harta akan tetapi hanya sebagai kendaraan mereka menggapai rida Sang Pencipta. Dengan kata lain, mereka diberi kebahagian dan kesedihan akan tetapi, mereka tidak pernah merasa memiliki keduanya.

Begitulah Allah Sang Maha Cinta, memberikan sedih dan bahagia, menjadikan surga dan neraka, menjadikan tua dan muda. Selalu berlawanan, untuk menunjukan perubahan pada yang dicipta.

Seakan Allah berfirman: “Hanya Aku yang tidak akan berubah dan hanya Akulah yang ada”.

Baca Juga:  Hijrah (13): Katakan Tidak pada Paham Islam Radikal !

Manusia hanya sebagai salah satu ciptaan-Nya, sebagi bukti adanya Sang Pencipta yaitu Allah swt.

ما يكون الأمر سهلا كله * إنما الدنيا سرور وحزون

Semua tidak ada yang mudah, dunia adalah kepastian untuk kebahagian dan kesedihan.

 

0 Shares:
You May Also Like