Memahami Islam Rahmatan lil ‘Alamin Melalui Pendekatan Pendidikan Karakter

Islam adalah agama yang diturunkan ke bumi melalui malaikat jibril kepada Nabi Muhammad saw., dengan sederet misi yang agung nan suci guna menjaga dan memperbaiki kualitas hidup manusia agar menjadi lebih baik dan bermanfaat secara jasmaniah maupun rohaniah. Misi suci ini ditugaskan kepada Nabi Muhammad saw. sebagai media interpretasi firman-Nya agar tersampaikan kepada umat manusia.

Misi yang memuat banyak nilai-nilai kebaikan seperti; cinta, kasih sayang, harmonis, toleransi dan keseimbangan bertujuan untuk menjadi pengontrol sekaligus pengantar manusia dalam perjalanan hidupnya di bumi yang singkat agar menikmati dan menjalani kehidupan kekal setelahnya. Untuk mencapai dan mendapatkan kehidupan yang bahagia, manusia dituntut untuk menjalani kehidupan di bumi dengan mengikuti dan mentaati semua perintah dan larangan-Nya. Baik (ibadah) yang bersifat lahir maupun batiniman, Islam dan ihsan.

Nabi Muhammad saw. diutus untuk menyampaikan risalah rahmat bagi alam semesta (QS. Al-Anbiya: 107). Rahmat bermakna kasih sayang dan menyebarkan dan membumikan ajaran cinta dan kasih bagi alam semesta—manusia, hewan, dan tumbuhan. Untuk merealisasikan visi rahmat, Nabi Muhammad memberikan contoh yang baik kepada umatnya salah satunya adalah melalui pendekatan karakter/akhlakul karimah.

Seperti berbuat baik kepada fakir miskin, menolong yang lemah, melindungi yang papa, saling menghargai antar-sesama manusia, baik yang berbeda warna kulit (ras) maupun berbeda keyakinan. Mencintai hewan dan tidak pernah menyiksa hewan serta tidak melakukan dekstruktivisme terhadap alam. Rasulullah telah menggambarkan hakikat Islam rahmatan lil alamin secara gamblang dan nyata. Memiliki sifat lemah lembut, jujur, adil, toleransi, berpikir terbuka,  tegas, bertanggung jawab merupakan citra Islam yang melekat pada diri Rasulullah saw.

Salah satu upaya pemerintah dalam merealisasikan program pendidikan nasional ialah melalui pendidikan karakter. Karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak, dan budi pekerti yang dapat membuat seseorang terlihat berbeda dari orang lain. Dalam Islam karakter padanan kata dari akhlak, yang penekanannya pada perilaku, kebiasaan, dan kepribadian seseorang.

Baca Juga:  Hijrah (8) : Iqra’

Perkembangan zaman yang begitu pesat, ditandai dengan majunya teknologi baik yang barbasis informasi maupun barbasis tarnsportasi, mendorong manusia untuk selalu meningkatkan kemampuannya agar bisa mengimbangi zaman yang up to date. Sehingga, semua keahlian dan pengetahuan yang berbau teknologi harus dikuasi agar bisa bersaing dengan orang lain. Yang menutup diri akan ketinggalan dan yang melek mengalami progres.

Namun sayangnya, peningkatan kualitas manusia ini meninggalkan segudang masalah yang sangat berat. Aspek kognitif yang selalu diperbaharui namun aspek afektif terlupakan, bahkan yang lebih parahnya lagi aspek spiritual mengalami kemerostan tajam yang ditandai dengan dekadensi moral bangsa, seperti maraknya korupsi, tingginya angka pencurian, bullying di kalangan remaja maupun dewasa, tawuran, pemerkosaan, seks bebas, rasisme, dan diskriminasi yang selalu menghiasi kancah pertelevisian Indonesia. Ini menandakan bahwa negara ini sedang tidak baik-baik saja, alias sedang sakit.

Memahami Islam rahmatan lil alamin melalui pendekatan pendidikan karakter merupakan sebuah langkah nyata dan strategis dalam membantu merealisasikan program pemerintah khususnya pada lini pendidikan, sehingga diharapkan mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap siswa. Siswa harus memiliki sikap inklusif, humanis, dan toleran sebagai bekal dan modal dalam berperilaku di masyarakat.

Inklusif merupakan sebuah sikap yang memiliki pemikiran terbuka dan berwawasan luas dalam menyikapi perbedaan serta mampu menerimanya. Inklusivisme lawan kata dari eksklusivisme yang bermakna tertutup, statis atau tidak tercampur. Karakter inklusif sangatah penting untuk dimiliki sebagai upaya memandang dunia yang luas. Adapun humanisme merupakan sebuah paham yang meyakini bahwa manusia merupakan makhluk yang bebas, kombinasi logika dan nurani serta pusat kontrol perubahan.

Memiliki karakter humanis tentunya sangatlah penting, mengingat langkanya sisi kemanusiaan di zaman; didominasi oleh sikap apatis dan apriori yang menjadi penyebab kezaliman dan kehancuran yang disengaja. Sisi kemanusiaan ini harus dibangun guna menjadi manusia yang manusiawi. Sedangkan toleransi adalah suatu perilaku atau sikap manusia yang tidak menyimpang dari aturan, di mana, seseorang menghormati atau menghargai setiap tindakan yang dilakukan orang lain.

Baca Juga:  Makna Batin Kisah Maryam

Pengetahuan dan wawasan seperti ini akan membantu dalam mengurangi aksi diskriminasi yang selama ini selalu menjadi isu yang sensitif. Pun demikian dengan aksi bullying, pemalakan, pencurian, tawuran pelecehan verbal maupun non verbal yang terjadi di sekolah. Namun, itu tidak akan terjadi jika semua elemen berperan aktif dan peduli dalam membangun karakter yang berbasis keagamaan, khusunya agama Islam.

Oleh karena itu, pentingnya pendidikan karakter yang dilandasi dengan keimanan tidak akan pernah mengalami kegagalan, hal itu dikarenakan agama ikut berperan dalam membangun karakter yang berfungsi sebagai kontrol dan referensi. Dengan demikian, citra Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin yang sesungguhnya akan tampak secara sempurna.

0 Shares:
You May Also Like