Kisah Maryam atau bunda Maria, memiliki makna yang mendalam, baik makna lahir maupun makna batin. Sudah banyak tulisan yang menceritakan tentang kisah Maryam ini, terutama sisi makna lahirnya. Bahwa Maryam terlahir dari silsilah keluarga yang suci dan mendapat didikan dari Nabi Zakaria, pamannya sendiri.
Maryam adalah wanita yang sangat menjaga kesuciannya, sama sekali tidak pernah tergoda dan menggoda laki-laki mana pun. Maryam adalah wanita yang rajin beribadah dan beramal, bahkan dia mendirikan rumah ibadah (mihrab) sendiri di Baitul Maqdis. Ia juga rajin berdoa kepada Tuhan, dan selalu dikabulkan. Karena kedekatannya kepada Tuhan, Maryam sering mendapat karunia istimewa yang berbeda dengan orang lain.
“Maka Dia menerimanya dengan penerimaan yang baik, membesarkannya dengan pertumbuhan yang baik dan menyerahkan pemeliharaannya kepada Zakaria. Setiap kali Zakaria masuk menemuinya di mihrab, dia dapati hidangan di sisinya. Dia berkata, “Wahai Maryam. Dari mana engkau peroleh semua ini?” Dia (Maryam) menjawab, “Itu dari Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan” (QS. Ali Imran [3]:37).
Maryam mendapatkan anugerah besar, berupa kelahiran manusia suci, Ruhullah Isa Al-Masih. Dan berbagai hal lain yang sangat menakjubkan tentang kisah Maryam. Tulisan ini mencoba sedikit membahas kisah Maryam sedikit berbeda, dari sisi makna batin.
Ketika Maryam mengandung Isa Al-Masih, dia pergi menghindari kaumnya karena malu, mengandung tanpa suami. Dia pergi ke tempat yang jauh dari Baitul Maqdis, yaitu di Baitul Laham (Bethlehem).
“Maka rasa sakit akan melahirkan anak membuat ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma. Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: ‘Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu’“ (QS. Maryam [19]:23-25).
Makna lahir dari kisah ini sudah cukup jelas, bahwa perempuan suci Maryam adalah kekasih Tuhan, meskipun selalu mendapat cobaan, namun akan selalu mendapat pertolongan-Nya. Ketika dalam kesendiriannya melahirkan Isa Al-Masih, Maryam mendapat pertolongan-Nya melalui malaikat Jibril, membantu menolong kelahirannya, menyiapkan air sungai yang jernih untuk minum dan membersihkan diri, menyiapkan makanan berupa kurma yang masak (kurma rutob).
Ada lagi makna lahir dalam kisah ini, yaitu kita selalu harus berusaha, tidak boleh hanya berdiam diri, dalam rangka mewujudkan pertolongan Tuhan, seperti usaha Maryam menggoyangkan pohon kurma agar buah kurmanya runtuh. Mengenai kurma yang masak atau sekarang dikenal sebagai kurma rutob ini merupakan kisah yang sangat menarik.Kurma rutob dikenal sebagai kurma setengah masak yang masih berwarna kehijauan, namun rasanya segar dan manis. Orang yang pergi haji dan umrah selalu membawa kurma ini sebagai oleh-oleh.
Jadi, ketika Maryam diperintahkan menggoyangkan pohon kurma, saat itu buah kurma tersebut masih hijau dan mentah. Namun, dengan kehendak-Nya buah kurma itu menjadi segar dan manis untuk dimakan.
Banyak makna lahir kisah ini yang menakjubkan. Namun, saya ingin membahasnya dari sisi makna batinnya. Makna batin ini sedikit berbeda dan harus difahami dengan dasar tasawuf. Bila tidak, kita bisa keliru dalam memahaminya.
Kita tahu bahwa kedekatan manusia kepada Tuhan itu bertingkat tingkat secara tidak terbatas. Bahkan bagi manusia suci seperti Maryam, kekasih Tuhan, sekalipun. Ikatan hati selain kepada Tuhan akan menjadi penghambat proses ruhaniah, untuk semakin mendekat kepada Tuhan. Termasuk ikatan hati kepada dunia, keluarga, dan yang lain selain Dia.
Ketika Maryam dalam kebersamaan sepenuh hatinya dengan Tuhan, apapun yang terlintas di hatinya, Tuhan segera mewujudkannya sebagai hidangan yang berasal dari langit. Ketika mengandung Isa Al-Masih di hatinya ada ikatan dengan bayi yang dikandungnya, Tuhan tetap memberikan pertolongan karena dia adalah kekasih Tuhan. Namun, Tuhan tidak langsung mewujudkannya segera, seperti sebelumnya, tetapi dengan usaha terlebih dahulu dengan menggoyang pohon kurma ketika lapar. Padahal Maryam adalah manusia suci, yang kedekatannya kepada Tuhan sudah mencapai wilayah suci (qudus) Tuhan. Ini Menunjukkan bahwa naik turunnya keimanan masih bisa terjadi pada para wali sekalipun. Apalagi kita sebagai orang awam yang lemah keimanannya, sangat mudah terjerumus kepada dosa.
Demikian sedikit penafsiran tentang makna batin kisah Maryam. Semoga bisa diambil manfaatnya.