Ibn al-‘Arabi Sang Penyair

Oleh: Azam Bahtiar

Direktur Nuralwala: Pusat Kajian Akhlak dan Tasawuf

Bukan saja tak lumrah, mengidentifikasi Ibn al-‘Arabi sebagai penyair tampaknya tak menjadi isu yang cukup seksi di mata para ahli. Sungguh sedikit sekali tulisan yang meneliti teks-teks Akbarian dalam tinjauan kesusatraan.

Jika bicara syair dalam konteks Syaikh Akbar ini, segera yang kita dengar (sambil-lalu) adalah Tarjuman al-Asywaq: gazal yang digubahnya untuk menyatakan keterpesonaan dan kerinduan akan Nizam; wanita cantik-jelita, ahli ibadah, alim nan zuhud, dan puncak segala kebaikan dan keindahan, sekaligus syaikhah al-haramayn. Namun, perlu diingat baik-baik, segala ungkapan Ibn al-‘Arabi yang tertuju untuk Nizam, sejatinya tak lain adalah ‘perlambang’ akan rahasia-rahasia Ketuhanan, tak lebih.

Popularitas Tarjuman al-Asywaq bahkan mengalahkan Diwan, dalam konteks kutip-mengutip itu. Tampaknya ini berkat tiga bait syair “Agama Cinta”, yang selalu dikutip secara repetitif dan terkesan tak merujuk pada sumber terpercaya, sehingga tak jeli akan perbedaan redaksi yang termaktub. Bahkan, rata-rata pengutipan dari Tarjuman al-Asywaq itu tertuju hanya pada rangkaian bait ke-13 sampai 15 dari puisi yang berjudul “Tanawahat al-Arwah” itu, dan mengabaikan 13 bait selebihnya. Memang, persis di sinilah bagian favoritnya.

Inilah reduksi pertama yang kita lakukan secara berjamaah.

Betapapun berbagai penguasaan Syaikh Akbar —termasuk sisi kepenyairannya— tenggelam dalam posisinya sebagai ‘arif besar, semoga pembandingan di bawah ini menggugah kita untuk melihat sisi yang lain : bahwa Ibn al-‘Arabi adalah penyair besar yang belum mendapatkan perhatian sebagaimana mestinya.

Pernahkan terlintas untuk bertanya, ada berapa bait puisi yang sudah digubah oleh Syaikh Akbar Ibn al-‘Arabi?

Jumlah bait-bait puisi Syaikh Akbar yang tertulis dalam empat karyanya, yaitu Diwan (collection of poems), Al-Futuhat al-Makkiyyah, Mawaqi’ al-Nujum, dan Fushush al-Hikam, secara keseluruhan adalah 17.980 bait. Angka ini saya ambil dari kalkulasi yang dikerjakan oleh Abdul Aziz al-Manshub, setelah menyunting-kritis beberapa karya Ibn al-‘Arabi. Jumlah puisinya sendiri 2.508 judul. Dan saya sempat iseng menghitung bait-bait dalam Tarjuman al-Asywaq, ada 579 bait (tidak termasuk yang di mukadimah).

Baca Juga:  Dulu isi, Sekarang Hanya Kulit

Hingga saat ini, di antara para penyair Arab, jumlah fantastis ini hanya bisa disaingi oleh tiga penyair lain: Ibn Rumi (w. 383 H/896 M); lalu Khalil Muthran (w.1368 H/1949 M), “sya’ir al-quthrayn” yang disebut-sebut setara dengan Ahmad Syauqi, Amir al-Syu’ara’ (w. 1932); dan berikutnya oleh Mihyar al-Dailami (w. 428 H/1037 M), seorang Majusi Persia yang masuk Islam di bawah bimbingan, dan sekaligus mereguk sastra dari, Syarif Radhi (w. 406 H) sang penyusun Nahjul Balaghah yang fenomenal itu.

Secara kuantitas, syair-syair Ibn al-‘Arabi menempati posisi keempat setelah tiga nama di atas. Berdasarkan penelitian Ahyaf Sinno yang dipublikasikan dalam Bulletin D’Etudes Orientales (2010), jumlah bait syair Ibn Rumi —Abul Hasan Ali bin ‘Abbas bin Juraij— sendiri adalah 31.480 bait. Saya tidak tahu berapa persisnya bilangan bait-bait syair Khalil Muthran dan Mihyar.

Dan, teman-teman semua, perhatikan: 17.980 bait syair itu “hanya” yang terdapat dalam empat judul karya Syaikh Akbar, dari sekitar 550 karya! (versi Osman Yahya), atau “minimal” dari 364 karya (versi Mohamed Haj Yousef). Betapapun, sebagian besar karya-karya Ibn al-‘Arabi memang raib tak terselamatkan.

Maka, tampaknya, inilah celah lain yang menunggu untuk dikaji lebih serius dan telaten.

Lahumul Fatihah

Tulisan ini diambil dari, dan sudah pernah dimuat sebelumnya di, sini

0 Shares:
You May Also Like