Implementasi Teologi Islam Rasional di Era Modern Perspektif Sutan Takdir Alisjahbana

Manusia memiliki sifat dan kepribadian yang berbeda-beda. Jarang sekali ditemukan seseorang yang memiliki sifat yang sama bahkan dengan keluarga sendiri kadangkala berbeda sifat dan karakter. Ada yang pemberani, ada yang penakut bahkan ada yang suka marah-marah. Tergantung bagaimana manusia menggunakan kemampuan yang ada dalam dirinya untuk mengendalikan itu semua. Setiap permasalahan yang ada dalam kehidupan seseorang pasti mempunyai jalan keluar. Allah tidak akan menguji seseorang di luar batas kemampuannya. Jika mereka mampu menggunakan dan menyikapinya dengan baik, maka setiap permasalahan yang datang akan menemukan titik cerah atau jalan keluar.

Allah swt. telah menganugerahi kepada setiap insan berupa potensi akal pikiran yang dengan itu akan membedakannya dengan orang lain. Bagi mereka yang mampu menggunakannya dengan baik, maka akan menuju kepada kebaikan yang tertinggi atau kepada kebahagiaan. Mereka akan mampu memilih dan menilai mana perbuatan yang akan membawa kepada kesesatan dan mana yang akan membawa kepada kebaikan atau kebahagiaan. Kadangkala manusia yang mudah menyerah dan tidak mau berusaha merupakan mereka yang hanya pasrah terhadap apa yang telah dianugerahi oleh Allah. Sedangkan Allah telah menganugerahi kita semua potensi akal yang mampu melakukan itu semua asalkan sesuai dengan ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Sunnah. Jika hanya berdiam diri tidak mau bekerja, maka kehidupan akan begitu saja dari dahulu sampai sekarang, padahal peradaban semakin hari akan semakin tinggi dan maju. Jangan sampai menjadi pribadi yang statis dan tidak berubah dari hari ke hari. Tapi ingat, berubah di sini maksudnya adalah berubah ke arah yang lebih baik. Bukan berubah dari sifat yang baik menjadi sifat yang buruk.

Baca Juga:  BUAT APA PUASA?!

Tidak dipungkiri juga masih banyak ditemukan mereka yang tidak mau terbuka terhadap dunia luar dan menganggap itu semua membawa kepada kekafiran. Pemikiran seperti ini yang akan membawa kepada kemunduran dan kehilangan eksistensi di sekitar kehidupan yang semakin hari semakin maju dan teknologi canggih. Mereka berpandangan Allah tidak memerintahkan manusia untuk berbuat sesuatu yang tidak diketahui sebab dan akibatnya. Mereka hanya melakukan perbuatan yang terlihat dan tidak mau mencoba sesuatu yang baru. Itulah diperlukan potensi akal yang ada pada diri manusia untuk memilih apakah perbuatan itu sesuai dengan ajaran agama Islam atau tidak.

Salah satu tokoh Indonesia yang berpandangan bahwa potensi akal mampu menuntut manusia kepada peradaban maju yaitu Sutan Takdir Alisjahbana. Beliau adalah seorang budayawan, sastrawan dan ahli bahasa Indonesia. Sebagai seorang budayawan, ia selalu memperhatikan bagaimana kebudayaan yang ada di Indonesia serta kehidupan masyarakat Indonesia. Sutan Takdir Alisjahbana melihat bahwasannya masyarakat Indonesia masih belum terbuka terhadap kehidupan yang datang dari luar. Masih terdapatnya anggapan bahwa pengetahuan yang datang dari luar akan membawa kepada kekafiran dan bertentangan dengan ajaran Islam. Di sinilah letak potensi akal atau rasio yang telah dianugerahi oleh Allah menurut Sutan Takdir Alisjahbana. Menurutnya akal yang ada dalam diri manusia mampu membedakan mana pengetahuan yang akan membawa kepada kekafiran dan mana yang sesuai dengan ajaran Islam. Allah swt. menurut Sutan Takdir Alisjahabana telah memberikan kebebasan kepada manusia untuk melakukan perbuatannya asalkan mampu mempertanggungjawabkan itu semua.

Potensi akal yang dianugerahi oleh Allah menunjukkan adanya kebebasan bagi manusia untuk berkehendak dan melakukan suatu perbuatan yang membawa kepada perubahan yang lebih baik. Jika mereka menggunakan potensi akal itu untuk melakukan perbuatan yang dilarang dan tidak diperbolehkan oleh Allah, maka akan diberi hukuman yang sesuai di akhirat nanti. Manusia dalam hal ini bebas memilih apakah ia mau menggunakan potensi akal itu untuk kebaikan atau sebaliknya. Jika untuk keburukan dan bertentangan dengan ajaran Islam, maka Allah telah menjanjikan neraka di akhirat nanti. Begitu pun bagi mereka yang memanfaatkan potensi akal yang ada dalam diri untuk berbuat baik, maka janji surga telah menanti mereka di Hari Akhir. Jadi, tidak ada lagi yang berpandangan bahwa Allah tidak memberikan kepada manusia kebabasan untuk bertindak dan berbuat. Dengan potensi akal itu sendiri nampaklah Allah memberikan kebebasan asalkan mampu mempertanggungjawabkannya di hari akhir.

Baca Juga:  Kenapa Pengetahuan tentang Tuhan Disebut Iman (Kepercayaan)?

Di sini menurut penulis, potensi akal yang ada pada setiap manusia jika mampu digunakan dengan baik, maka akan membawa kepada kebaikan begitu juga dengan mereka yang tidak mau menggunakan potensi akal. Mereka takut untuk mencoba dan takut akan hasil yang didatangkan. Sedangkan dalam kenyataannya kita dituntut untuk selalu berusaha dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk agar tercipta suatu kehidupan yang sesungguhnya. Teologi Islam rasional yang diusung oleh Sutan Takdir ini walaupun ia seorang budayawan namun telah mampu menunjukkan bahwa manusia tidak hanya pasrah dan tunduk terhadap sesuatu yang ada. Gunakan potensi akal dengan semaksimal mungkin untuk melakukan hal-hal yang baik dan jangan sampai terjerumus kepada kesesatan. Jika sesuatu yang datang dari luar apabila sesuai dengan ajaran Islam atau wahyu Allah, maka diterima namun jika tidak sesuai ditolak. Jadilah manusia yang dinamis dan mampu menciptkan perubahan ke arah yang lebih baik.

0 Shares:
You May Also Like
Read More

Tentang Neraka

Haidar Bagir Pembina Nuralwala: Pusat Kajian Akhlak dan Tasawuf Di antara salah satu masalah yang perlu dijelaskan berkaitan…
Read More

Historisitas Khittah NU

Berawal dari teman-teman Gusdur (K.H. Abdurrahman Wahid) yang banyak mengatasnamakan diri sebagai pencinta NU (Nahdlatul Ulama). Kendati demikian,…