MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SURGAWI
Prof. Dr. Mulyadhi Kartanegara
Guru Besar Fisafat Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Wahai manusia, sesungguhnya dirimu yang sejati bukanlah makhluk duniawi tetapi makhluk surgawi-samawi. Ingatlah ketika Suhrawardi berkata: “Engkau adalah burung merak yang sangat indah yang diturunkan ke bumi dalam keadaan terbungkus, sehingga kau tak kenal lagi keindahanmu yang sejati.” “Engkau,” kata Ibnu Sina, “adalah burung yang terpedaya oleh umpan sang pemburu, sehingga terjerat jaring dan kini berada dalam sangkar, padahal asalmu dari langit.”
“Engkau,” kata Maulana Jalaludin Rumi, “bukanlah burung biasa, tetapi burung Rajawali peliharaan sang raja, yang dengan sayapnya yang panjang dan lebar serta kepakannya yang kuat, dapat melesat cepat ke istana raja.” “Ibarat hewan,” kata Maulana selanjutnya, “Engkau bukanlah hewan biasa, tetapi singa si raja rimba, di mana hewan yang lain memakan sisa makanannya.” “Terhadap dunia,” katanya lagi, “engkau adalah kutub, di mana yang lain berputar mengikuti arahanmu.” Tapi, kata Mawlana, “kepulan debu di belakang kuda yang kita tunggangi dalam perjalanan terestrial—perjalanan kehidupan di dunia— ini menutup pandangan kita sehingga lupa dari mana kita berasal, dan dengan itu pula kita lupa harus ke mana kita kembali.”
Dengan demikian kau bukanlah makhluk yang lemah dan hina. Dengan potensi besar yang Allah anugerahkan padamu, kau bisa menjadi apa saja yang kau mau, asal benar-benar berjuang untuk mengaktualkannya. Sekali kau mengenal jati dirimu, kau adalah makhluk yang indah, makhluk surgawi yang tangguh dan perkasa, kau adalah poros dunia dan panutan bangsa manusia dan makhluk Tuhan yang lainnya.
(Nuralwala/DA)