Pesan dan Perumpamaan dalam Hidup
Hidup di dunia ini penuh dengan perumpamaan dan pesan-pesan yang bisa dimaknai, bila kita membuka kesadaran diri dan hati. Pesan yang sama bisa ditangkap dan dimaknai oleh seseorang, namun tidak bermakna bagi orang lain. Pesan tersebut juga bisa dianggap sebagai hal buruk oleh seseorang bila hatinya tertutup, padahal sebenarnya pesan itu merupakan kebaikan baginya.
Seorang ibu yang mendengar bayinya menangis, segera tahu apakah bayinya menangis karena lapar, ketakutan atau kesakitan? Tentu, berbeda dengan orang lain—termasuk ayah si bayi sendiri—yang belum tentu bisa membedakan pesan tangisan tersebut. Suami istri yang saling mencintai mengungkapkan pesan seringkali tanpa bahasa verbal, cukup dengan bahasa tubuh dan mata.
Suatu saat kita mendapat kritik dan nasihat yang sebenarnya bermanfaat, dari orang yang kita anggap ‘kurang pintar’. Kita mungkin berkata dalam hati, “mengapa dia berani memberi nasihat dan mengkritik saya yang jauh lebih pintar dari dia, siapa dia siapa saya?”.
Ini akan menutup kemungkinan menangkap makna pesan dan mendapat manfaat bila kita mengikuti nasihatnya. Bila kita membuka hati kita, mungkin kita akan berkata dalam hati “lidahnya telah digerakkan oleh Tuhan, khusus untuk memberikan petunjuk kepada saya”.
Bisa saja seseorang mengganggap suatu hal itu baik, tapi orang lain menganggap buruk. Kebahagiaan bagi seseorang bisa dipersepsi sebagai penderitaan bagi orang lain, bisa juga sebaliknya. Masih banyak lagi contoh pesan dan perumpamaan di alam dunia ini, demikian banyak sehingga jumlahnya tak terbatas.
Khawajjah Abdullah Al-Anshari dalam kitab Manazil as-Sairin menyebutkan salah satu manzil yang amat penting bagi pencari jalan Tuhan adalah sama’ (mendengarkan). Mendengarkan dalam arti pendengaran batin (bukan sekedar indrawi saja) dengan kesadaran diri, sehingga dapat mengambil manfaat dari setiap kejadian di mana pun, kapan pun dan dari mana pun dalam kehidupan, karena semua kejadian sebenarnya merupakan pesan dari Tuhan.
Demikian juga perumpamaan dan pesan yang merupakan gambaran keadaan di alam malakut, yang lebih lagi tak terbatas. Ruang dan waktu tidak berlaku di alam malakut, dan di alam malakut, kita bisa berada di tempat yang berbeda atau berpindah dalam waktu yang sangat singkat. Apa saja yang tergambar dalam imajinasi kita bisa terwujud di alam malakut, seperti di alam mimpi.
Demikian tak terbatas dan menakjubkan alam malakut ini, sehingga untuk menggambarkan keadaannya tidak mungkin hanya dengan gambaran indrawi alam dunia, namun dengan perumpamaan-perumpamaan (mitsal). Karena itu, alam malakut disebut juga alam mitsal.
Untuk membaca pesan dan perumpamaan dalam hidup kita, selain kesadaran diri dan hati, kita diberi karunia berupa Al-Qur’an—merupakan petunjuk yang mengandung pesan dan perumpamaan yang tidak terbatas, selaras dengan pesan dan perumpamaan yang ada di alam semesta dan manusia sendiri.
Pesan yang terkandung dalam Al-Qur’an berlapis lapis dan sangat mendalam, melampaui zamannya—baik masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang. Bahkan setiap huruf dalam Al-Qur’an mengandung pesan dan perumpamaan.