Ironisnya, penting dicatat di sini bahwa keakraban antara Islam dan Kristen pada masa awal sejarah Islam justru berangsur memburuk, bahkan ke titik terendah, yang ditandai dengan gelombang Krusada. Sebaliknya, hubungan Islam-Yahudi justru menunjukkan perbaikan. Sejarah membuktikan bahwa, di banyak tempat, orang-orang Yahudi yang melarikan diri dari persekusi orang-orang Kristen justru memperoleh perlindungan dari umat Islam.
Orang-orang Yahudi yang sampai sekarang hidup tenteram di Maroko dan berbagai daerah Muslim lainnya, merupakan bukti proteksi umat Islam terhadap mereka pada saat terjadi pengejaran orang-orang non-Kristen di Spanyol pada masa reqonquista. Hanya di bawah penguasa Islam, orang Yahudi menikmati kebebasan menjalankan agamanya dan mengembangkan peradabannya.
Dalam masyarakat dan pemerintahan Romawi, Kristen, Yunani, Babilonia, dan Spanyol, penganut Yahudi tidak diizinkan membangun dan mengembangkan kebudayaannya. Berlainan dengan pada saat di bawah lingkungan Islam, tokoh-tokoh Yahudi yang kreatif di bidang agama dan budaya bebas bermunculan.
Begitu dahsyatnya dampak dari gelombang Krusada terhadap hubungan Kristen-Islam, maka kiranya perlu disinggung di sini. Krusada, atau dalam bahasa Inggris Crusade, bahasa Spanyol crusada, berasal dari kata Latin Crux yang berarti cross (salib). Konsep ini merujuk pada pesta “mengambil salib” yang tersurat dalam Perjanjian Baru St. Matthew (10: 38).
Pada tahun 1071, pertempuran hebat terjadi di Manzikert yang membuahkan kemenangan bagi tentara Muslim Saljuk, Turki, terhadap pasukan Byzantium, sehingga terbuka jalan bagi tentara Turki untuk menguasai Anatolia. Kerajaan Byzantium merasa sangat terganggu dan khawatir terhadap keberadaan tentara Turki Muslim tidak jauh dari ibu kota Konstantinopel. Byzantium selanjutnya memohon bala-bantuan dari pihak Kristen Barat (Latin), yang juga merasa resah atas kemajuan-kemajuan tentara Turki.
Respons Kristen Latin (dikenal sebagai Frank atau franj dalam sebutan Arabnya) terhadap situasi ini adalah melancarkan Krusada pertama yang dipimpin oleh Peter The Hermit pada tahun 1096. Mereka berhasil menguasai Antioch pada tahun 1098 dan Jerusalem pada 15 Juli 1099. Pada tahun 1144 tentara Muslim menyerang balik dan mengusasi kota Edessa yang dikuasai Frank. Akibatnya, Krusada kedua dilancarkan di bawah pimpinan Bernard of Clairvaux pada tahun 1147. Mungkin karena tentara Frank tak langsung menyerang Edessa, tapi Damaskus yang cukup kuat pertahanannya oleh Saljuk Turki, maka Frank mengalami kekalahan.
Di samping itu dalam menghadapi Frank, kerajaan Saljuk Turki mendapat bantuan dari tentara Muslim lainnya atas nama Jihad di jalan Allah. Dengan meninggalnya Nur el-Din, raja Saljuk, pada tahun 1174, Saladin (Salah el-Din) masa itu berkuasa di Mesir mengambil langkah untuk mengisi kevakuman penguasa Saljuk. Ia maju menuju utara dan menguasai teritori Nur el-Din sambil menaklukkan Damaskus (ibu kota Saljuk).
Berhubung Saladin tak berminat untuk melakukan kontak senjata dengan Frank, untuk itu ia mengadakan gencatan senjata dengan panglima Frank Rey Nold de Chatillon. Namun, karena gencatan senjata ini kemudian dilanggar oleh Frank, maka Saladin merasa berkewajiban untuk menyerang. Sambil mengumumkan perang suci-jihad, tentara Saladin berhasil mengalahkan Frank di medan Hittin dan akhirnya merebut kembali Jerusalem pada tahun 1187.
Hingga akhirnya, Saladin menurunkan Salib dari masjid al-Aqsa, namun tetap mengizinkan penganut Kristen Timur untuk tetap melaksanakan ibadah di gereja-gereja mereka. Tentara Frank meninggalkan Jerusalem, namun beberapa sejarawan Muslim menganggap hal ini merupakan kekeliruan Saladin.
Selanjutnya, jatuhnya Jerusalem membangkitkan semangat keagamaan Frank untuk melancarkan krusada ketiga pada tahun 1191. Krusada III ini dipimpin oleh Richard The Lionheart (berhati singa) dari Inggris. Richard berhasil merebut kembali Kota Acre dan bergerak menuju Jerusalem.
Namun, Richard tampaknya mengalami kelesuan dan memilih untuk mengikat perjanjian gencatan senjata dengan Saladin untuk tetap membiarkan Jerusalem di tangan Muslim. Namun hasil berupa, bagi Frank, Krusada ketiga sudah dapat membuahkan hasil berupa perebutan sebagian besar teritori yang pernah mereka duduki sebelumnya. Situasi damai, menyusul meninggalnya Saladin pada tahun 1193, berlangsung antara tentara Frank dan Muslim.
Pada tahun 1202 Pope Innocent III (1198-1216) melakukan reorganisasi dan konsolidasi kekuatan Kristen langsung di bawah pengawasannya. Krusada keempat yang terjadi pada tahun 1202 bermula dengan suatu rencana serbuan terhadap pusat kekuasaan kerajaan Ayyubiah di Mesir.
Karena kekurangan dana untuk melanjutkan rencana awal, ekspedisi militer ini dialihkan untuk menyerbu Kristen Timur Byzantium. Byzantium jatuh pada April 1204 dan tragedi besar terjadi dalam dunia Kristen, yakni penaklukan yang ditandai dengan perampasan kekayaan Kristen Timur oleh Kristen Barat.
Dunia Islam tidak terlibat kontak fisik, namun merasa heran melihat kejadian ini. Jika Krusada I dilancarkan untuk menyelamatkan dunia Kristen Timur, Krusada IV justru terjadi kebalikannya (serangan dilancarkan kepada mereka oleh Frank). Krusada V terjadi pada tahun 1218 bertujuan untuk menyerang Cairo, Mesir, pusat kerajaan Ayyubiah di bawah pimpinan Al-Kamil.
Dalam perjalanan ke Cairo, tentara Franks dapat merebut kota pantai Dimyat pada tahun 1218. Di sela-sela pertempuran di Mesir, Al-Kamil menawarkan gencatan senjata, yang intinya Al-Kamil bersedia menyerahkan kembali Jerusalemn dan sebagian besar daerah Palestina, dengan syarat Franks meninggalkan teritori Mesir. Tawaran ditolak oleh Frank dengan harapan mereka dapat menguasai kedua daerah (Mesir dan Palestina termasuk Jerusalem).
Pertempuran diteruskan, namun Frank kalah di kota Mansurah. Akhirnya, tentara Frank terpaksa menerima kenyataan pahit dan kembali tanpa dapat menyerbu Cairo apalagi merebut Jerusalem. Terjadi perkembangan menarik pada masa Al-Kamil, dengan didukung wataknya yang cinta damai. Ia berhasil menjalin hubungan persahabatan dengan pembesar-pembesar Frank, di antaranya Frederick II dari Jerman.
Ketika Krusada VI ditetapkan di bawah pimpinan Frederich II, Al-Kamil langsung mengulangi tawarannya untuk menyerahkan Jerusalem pada Frank dengan syarat mempertahankan status tempat tempat suci di tangan Muslim, di samping tidak mengganggu Mesir. Ferederick menerima baik tawaran dan penyerahan Jerusalem ke tangan panglima Frank yang terjadi pada tahun 1229. Namun, Al-Kamil oleh sebagian umat Islam dinilai sebagai pengkhianat.
Perasaan getir atas penyerahan Jerusalem timbul pada masa kerajaan Mamluk. Panglima Mamluk berhasil merebut beberapa bagian dari teritori Frank dan membebaskan Jerusalem pada tahun 1244. Pada tahun 1250, kerajaan Ayyubiah berhasil pula ditumbangkan oleh kekuatan Mamluk. Perkembangan selanjutnya, Baybars, penguasa Mamluk yang cukup terkenal, menyerukan perang suci terhadap Kristen.
Berhubung pada masa itu kekuatan Frank telah berangsur lemah, maka olehnya Acre yang merupakan benteng terakhir pasukan Frank tidak dapat dipertahankan lagi. Pada tahun 1291 Acre jatuh dan ini sekaligus menandai berakhirnya keberadaan tentara Kristen Frank di daerah Muslim yang mulai diduduki sekitar dua abad sebelumnya. Wallahu a’lam bisshawab.
* Penulis adalah alumni PP Salafiyah Sukorejo Situbondo. Sekarang Nyantri di PP Nurul Jadid, sekaligus Kader PMII Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo.