Sudah tak asing di telinga kita bahwa tasawuf adalah media (sarana) peningkatan tahap keimanan dan kesempurnaan manusia. Itu artinya, apabila tasawuf itu dicapai dan dirasakan hakikatnya, ia akan menimbulkan suatu keadaan kejiwaan di mana seseorang itu merasakan kasih sayang dan tanggung jawab terhadap semua manusia dan juga makhluk-makhluk lain.
Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa, setiap maqam agama itu seperti taubat, sabar, syukur, rida, tawakal dan sebagainya, adalah terdiri dari tiga perkara yaitu ilmu, amal dan hal. Dengan ketiga perkara inilah maka maqam kesempurnaan agama bisa tercapai.
Rupanya, hal atau nur ini adalah intipati ilmu tasawuf. Ilmu diperoleh dari pengkajian dan pembelajaran dan ilmu itu pula menghendaki pengamalan. Amal yang jujur, bersungguh-sungguh, istikamah dan berdasarkan ilmu itulah yang akan membuahkan hal. Karena itu, tasawuf bisa dicapai dengan meneruskan ilmu dan amal itu. Perkara ini dapat dilihat petunjuknya dalam banyak ayat-ayat Al-Qur’an. Di antaranya adalah firman Allah Swt dalam surah Al-Ankabut:
وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُوا۟ فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah berserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut [29]: 69)
Dalam ayat yang lain Allah Swt berfirman dalam surah Al-Anfal:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَتَّقُوا اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّكُمْ فُرْقَانًا وَّيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْۗ وَاللّٰهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan furqan (kemampuan membedakan antara yang hak dan batil) kepadamu dan menghapus segala kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)-mu. Allah memiliki karunia yang besar.” (QS. Al-Anfal [8]: 29).
Syahdan, amal yang menghasilkan tasawuf itu ialah amal yang berfungsi membersihkan dan men-tawajjuh-kan hati kepada Allah Swt. Yaitu apa yang diistilahkan sebagai mujahadah dan riyadhah. Amalan, tata-cara, adab-adab serta tunjuk-ajar dalam melaksanakan mujahadah dan riyadhah inilah yang dinamakan tarekat.
Tentang amal tarekat ini, ulama tasawuf menjelaskan bahwa tarekat itu ialah engkau meng-qasad-kan hatimu kepada-Nya. Adalah berusaha segala upaya men-tawajjuh dan menumpukkan tumpuan hati kepada Allah Swt untuk meneruskan amalan yang dilaksanakan.
Dan, apabila tawajjuh hati mulai dicapai dan dirasakan serta menjadi semakin kuat dan teguh, ia akan membawa kepada penyaksian batin (musyahadah) terhadap hakikat-hakikat tauhid yaitu apa yang disebut hakikat. Hakikat dalam hal ini adalah engkau menyaksikan-Nya.
Masih tentang mencapai tingkatan tasawuf. Intipati dari semua amal mujahadah dan riyadhah yang membawa kepada tercapainya tasawuf itu ialah zikir. Menurut Ibn Qayyim, semua amal itu disyariatkan adalah untuk melaksanakan dzikrullah. Apa yang dimaksudkan dengan amal-amal itu adalah dzikrullah?
Tak haanya itu, Ibn Qayyim juga mengatakan bahwa tidak ada jalan untuk mendapatkan ahwal dan ma’rifah kecuali meneruskan zikir. Zikir sebagai amal penting dalam riyadhah dan mujahadah ini dapat dilihat kebenarannya dalam banyak petunjuk Nabi saw kepada para sahabat.
Dalam satu riwayat, Nabi saw menganjurkan para sahabat supaya memperbaharui iman. Mereka bertanya tentang cara bagaimana iman itu dapat diperbaharui. Nabi saw bersabda: “Perbanyaklah menyebut la ilaha illallah.” Dalam hal ini, memperbaharui iman itu bukan bermaksud menambah kepercayaan-kepercayaan baru, akan tetapi dengan memperteguh, memperdalam, dan memperhalus keyakinan sehingga hakikat-hakikat tauhid yang diimani dapat disaksikan kebenarannya oleh mata hati.
Begitu pun juga dalam riwayat yang lain, Nabi saw pernah mentalqinkan kalimat tauhid ini kepada sekumpulan sahabat. Syaddad ibn Aus meriwayatkan bahwa kami berada di sisi Nabi saw ketika baginda bersabda: “Angkatkan tangan-tangan kamu, lalu katakanlah la ilaha illallah.” Lalu bagaimana langkah-langkahnya?
Sebagaimana diteladankan oleh Nabi saw, ada tiga langkah agar seseorang sempurna menjadi pribadi yang bersih adalah, takhally, tahalli, dan tajalli. Takhally adalah mengosongkan jiwa dari sifat-sifat buruk, seperti: sombong, dengki, iri hati, cinta kepada dunia, cinta kedudukan, riya’, dan lainnya.
Sementara itu tahalli adalah menghiasi jiwa dengan sifat-sifat yang mulia, seperti: kejujuran, kasih sayang, tolong menolong, kedermawanan, sabar, keikhlasan, tawakal, kerelaan, cinta kepada Allah Swt. Termasuk di dalamnya adalah banyak beribadah, berzikir, dan muraqabah kepada Allah Swt. Barulah kemudian menuju maqam atau tingkatan tajalli.
Tajalli adalah pernyataan atau penampakan. Tajalli adalah terbukanya tabir (hijab) yang menghalangi hamba dengan-Nya sehingga hamba menyaksikan tanda-tanda kekuasaan dan keagungan-Nya. Istilah lain yang memiliki kedekatan arti dengan tajalli adalah ma’rifah, mukasyafah, dan musyahadah. Semua itu menunjuk pada keadaan di mana terbuka tabir (kasyful-hijab) yang menghalangi hamba dengan Allah Swt. Wallahu a’lam bisshawaab.
*) Alumni PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo. Sekarang Nyantri di PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo.