ZIARAH (3)

Kisahnya bermula kira-kira hampir setahun yang lalu, meski niat berziarah ini sudah saya pendam sejak lama. Ziarah ke mana?

Kalau pembaca tulisan berseri ini memperhatikan, ada satu tokoh besar sahabat Nabi yang namanya belum tersebut dalam nama-nama yang sudah pernah saya ziarahi. Bukan saja dia sahabat besar Nabi, dia bahkan sepupu sekaligus menantu beliau saw. Dialah Sayidina Ali bin Abi Thalib. Khalifah keempat dari Khulafa’ ar-Raasyidin. Kenapa Sayidina Ali belum saya ziarahi? Karena beliau as dimakamkan di suatu negeri yang terpisah dari yang lain. Ya, Sayidina Ali wafat—tepatnya dibunuh—di Iraq, dan jasadnya dikuburkan di Najaf—sekarang menjadi Kota Suci di Iraq.

Demikian juga, jika pembaca perhatikan, masih ada satu lagi tokoh besar yang namanya tak tersebut dalam daftar tokoh Islam yang saya ziarahi. Sayidina Husayn, cucu kinasih Nabi, adik dari Sayidina Hasan, putra Sayidina Ali dan Sitti Fatimah. Lagi-lagi karena Sayidina Husayn wafat—tepatnya dibunuh, bersama 70-an anggota keluarganya, di suatu tempat di Iraq, kira-kira 200 km dari Najaf, bernama Karbala. Meski makam keduanya berdekatan dan sama-sama di Iraq, ada dua alasan berbeda yang menyebabkan mereka berada di Iraq saat menjemput ajal. Dengan direbutnya posisi kekhalifahan beliau di Madinah oleh Mu’awiyah, Sayidina Ali memutuskan untuk memindahkan pusat pemerintahannya ke Kufah. Sedang, Sayidina Husayn, dia dan keluarganya dibunuh ketika hendak menyatakan bara’ah (penentangan) terhadap pemerintahan tidak sah Yazid di sana. (Mengenai ziarah saya kepada dua anggota Ahl Bayt Nabi ini, saya akan ceritakan belakangan).

Saya sendiri belum pernah mengunjungi Iraq. Maka, kembali kepada niat saya untuk berziarah kepada Sayidina Ali dan Sayidina Husayn—beserta beberapa tokoh besar lain yang akan saya ceritakan kemudian—kira-kira kurang dari setahun yang lalu itu, saya menghubungi seorang kenalan yang terlibat dalam biro perjalanan. Biro ini memiliki program perjalanan ke banyak tempat di Timur Tengah. Selain umrah dan haji, biro ini juga mengatur perjalanan ke Iraq untuk berziarah ke berbagai makam dan petilasan para sufi dan tokoh-tokoh besar Islam yang dikuburkan di negeri ini. Maka saya pun memesan tempat untuk ikut dalam program mereka. Kenalan saya itu menjanjikan program ke Iraq akan dilaksanakan pada sekitar awal Februari. Terlalu lama buat saya menunggu, sesungguhnya. Tapi dia menyampaikan bahwa Januari dan Februari adalah waktu berkunjung yang paling baik, karena cuaca di waktu-waktu itu sangat sejuk. Saya pun bersabar (belakangan, saya ketahui bahwa program ke Iraq dari travel biro ini ditunda hingga Juli. Saya sendiri tak tahu apa alasannya).

Baca Juga:  Melacak Tradisi Filsafat Islam Mazhab Iluminasi

Nah, karena sudah sangat ingin berziarah. Saya pun menghubungi seorang teman muda yang alim, untuk memandu saya melakukan ziarah jarak jauh (ziyarah min ba’id) dari musala kecil di rumah saya. Hingga terwujudlah keinginan saya untuk melakukan ziarah jarak jauh ini. Kira-kira itu terjadi pada bulan September 2023.

Setelah itu, saya pun tinggal menunggu kepastian ziarah dari travel biro yang sudah saya hubungi itu, untuk berziarah ke Iraq pada awal bulan Februari itu. Tak dinyana tak diduga, pada suatu hari di bulan November, 2023… (Bersambung)

0 Shares:
You May Also Like