Tak ada yang menyangkal bahwa kebahagiaan dan kedamaian ialah dambaan setiap insan. Namun, bagaimana agar kita merasakan kedamaian dan kebahagiaan ini selalu menyembul dalam kehidupan kita?
Buya Syakur Yasin seorang ahli agama, pujangga, sastrawan, dan psikolog di dalam bukunya Berbagi Kebahagiaan: Mengenal Maqam-Maqam Tasawuf memberikan tiga kiat agar hidup kita senantiasa bahagia dan damai.
Pertama, perbanyaklah berzikir kepada Allah secara kontinu. Ketika Anda sedang pusing, sedih, marah, atau dilanda emosi negatif lainnya, segerahlah ambil tasbih dan bacalah yang Anda suka, bisa subhanallah, astaghfirullah, alhamdulillah, dll.
Dengan berzikir, berkonsentrasi menyebut nama Allah itu akan mengalihkan emosi-emosi negatif yang ada di dalam diri Anda. Kejengkelan dan kekecewaan Anda pasti akan berkurang. Zikir bisa menjadi media untuk mengalihkan perhatian dan meng-jump gelombang energi negatif agar tidak masuk ke dalam diri Anda.
Kedua, berbuatlah baik kepada semua manusia dengan kebaikan apa pun. Dengan begitu, hati Anda akan menjadi bahagia. Kebaikan yang Anda lakukan kepada siapa pun akan memantul, memberi kebahagiaan dalam diri Anda sendiri. Kebaikan tersebut bisa berupa bantuan uang, sanjungan, tenaga, pikiran, dan lain-lain.
Ketiga, jadilah orang yang pemberani, bukan orang yang pemalu dan penakut. Sebab, orang pemberani itu lapang dadanya. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman, “Bukankah Kami telah melapangkan dadahmu (Muhammad saw)?” (QS. Al-Insyirah [94]:1). Ayat ini untuk menanamkan keberanian dalam diri Nabi dalam menghadapi kehidupan ini. Maka dari itu, Nabi sama sekali tidak punya rasa takut, kecuali hanya kepada Allah.
Pada akhirnya, kehidupan ini memang hanya dimiliki oleh orang-orang yang gagah berani. Mereka yang pengecut, berhati kecil, dan berdada sempit tidak mendapatkan tempat dalam kehidupan. Mereka digulung oleh orang-orang pemberani. Keberanian seseorang harus berdasarkan pada kebenaran. Kalau salah tetapi berani, itu namanya membabi buta.
Sumber: Buya Syakur Yasin, Berbagi Kebahagiaan: Mengenal Maqam-Maqam Tasawuf, (Tangerang: Pustaka IIMaN, 2021), hal. 275-284