Godaan yang Bertingkat

Dalam hidup ini selalu ada godaan, baik yang datang dari hawa nafsu sendiri, maupun dari setan. Paling tidak, manusia digolongkan atas 3 golongan berdasarkan tingkatan godaan ini.

Tingkatan pertama adalah manusia yang sepenuhnya dikuasai oleh nafsu ammarah. Setiap langkah perbuatannya dikendalikan oleh hawa nafsu duniawi. Manusia tingkatan pertama ini tidak perlu digoda oleh setan. Setan menjadi partner yang setia untuk menggoda manusia lain. Bahkan setan pun terkagum-kagum akan perbuatannya.

Tingkatan kedua adalah kebanyakan dari kita, terutama saya, yang masih terseok-seok dalam menghadapi godaan hawa nafsu dan setan. Setan paling senang menggoda manusia di golongan ini, karena mudah dijerumuskan. Hawa nafsu manusia dengan bantuan setan, membungkus sesuatu yang buruk seolah-olah menjadi baik, yang busuk seakan-akan menjadi harum, dosa besar seperti tampak kecil.

Tingkatan ketiga adalah manusia yang sudah bersih hatinya. Setan putus asa dalam menggoda mereka. Yang dilakukan oleh setan bukan lagi mengajak berbuat buruk, tapi mencegah orang ini untuk berbuat lebih baik lagi.

Ada kisah yang menarik dan sangat cocok untuk menggambarkan tingkatan ini. Kisah seorang yang sudah bersih hatinya. Orang itu mendengar bahwa ada seorang anak yatim yang membutuhkan pertolongan karena sakit. Rumahnya cukup jauh, sedangkan saat itu hari sudah malam, gelap, dan hujan. Tapi, dia tetap berusaha pergi ke rumah yatim itu, karena baginya adalah dosa besar membiarkan tetangga yang yatim dalam kondisi sakit.

Dia berjalan menuju ke rumah yatim tersebut, karena jalan licin dia terpeleset dan jatuh, seluruh tubuhnya basah dan kotor. Dia pulang ke rumah untuk membersihkan badan. Setan mulai menggoda dia agar besok pagi saja ke rumah yatim itu, tidak perlu buru buru. Tapi, dia tetap teguh hati dan berjalan lagi ke rumah yatim itu, dan karena gelap dan licin dia kembali terjatuh ke air genangan yang kotor.

Baca Juga:  Ramadan dan Kesalehan Sosial

Dia kembali lagi ke rumah untuk berganti pakaian. Setan makin keras menggoda, bahwa itu pertanda buruk, sampai dua kali jatuh, ditunda saja sampai besok, masih ada waktu. Tapi, dia tetap tidak bergeming dan tetap berjalan lagi menuju anak yatim. Di tengah perjalanan dia kembali terpeleset, tapi tiba-tiba ada tangan yang sangat kuat yang memegangnya hingga dia tidak jatuh.  Dia melihat ternyata ada seorang berjubah yang kekar yang  membantunya. Orang tersebut membantu dia, memayungi agar tidak basah, menuntunnya sampai tiba di depan rumah yatim itu. Dia heran sekali, karena tidak mengenal orang itu di kampungnya.

Dia bertanya: “Kau siapa?” Dijawab oleh orang berjubah itu: “Aku adalah setan”. Dia kaget dan bertanya: “Mengapa engkau menolongku?” Jawab setan: “Ketika engkau jatuh dua kali, dan tetap teguh untuk menolong anak yatim, maka Tuhan memberikan pahala yang luar biasa besar, dan menaikkan derajatmu. Tiap langkahmu dihitung dengan pahala dan kenaikan maqam yang tinggi. Saat jatuh yang pertama dan tetap kembali, engkau dinaikkan ke maqam orang yang ‘khusus’, dan saat jatuh kedua dan kau tetap kembali, engkau dinaikkan ke maqam orang yang ‘khusus di antara yang khusus’, setingkat para wali. Aku tidak rela bila engkau jatuh yang ketiga kali, engkau akan diangkat ke maqam yang tak terbayangkan olehku. Aku tidak rela engkau mendapat pahala yang demikian tinggi, maka aku menolongmu”.

Pelajaran dari kisah ini, jangan berhenti berbuat baik, dan lebih baik lagi. Perbuatan baik tidak ada batasnya. Setan tidak pernah rela bila kita berbuat lebih baik lagi. Dengan bantuan hawa nafsu dalam diri kita, setan akan mencari segala cara untuk mencegah itu. Wallahualam

0 Shares:
You May Also Like