Perang Melawan Hawa Nafsu itu Sepanjang Hayat

Ketika selesai perang Badar, dalam hadis yang sering dikutip oleh para sufi, Nabi Muhammad saw. menyampaikan pesan: “Kalian semua pulang dari sebuah perang kecil menuju perang besar. Lalu ditanyakan kepada Nabi, apakah perang besar itu? Nabi menjawab, perang melawan  hawa nafsu”.

Perang fisik sebesar apapun, adalah perang kecil, bila dibandingkan dengan perang melawan hawa nafsu. Pada perang fisik, musuh kita terlihat jelas, sedangkan perang melawan hawa nafsu, musuh kita adalah diri kita sendiri.

Sepanjang sejarah manusia perang ini terus berlangsung. Perang melawan hawa nafsu ini sangatlah berat. Sejak manusia pertama, Adam pun sudah jatuh dan tergelincir dalam perang ini. Jadi, memang selalu ada peperangan dalam diri kita. Terkadang kita terlalu nyaman dalam maksiat yang tidak disadari, sehingga kita berdiam diri, tidak melawan, bahkan menikmatinya.

Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman, “Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (ahsani taqwiim). Kemudian, kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya” (QS. At-Tin [95]: 4-5).

Untuk bisa mencapai kembali  ke fitrahnya yang ahsani taqwiim itu manusia perlu berjuang dan berperang melawan hawa nafsunya. Seringkali kita tidak merasa diri kita sedang berperang. Kalau kita tidak merasa sedang berperang, maka kita tidak akan melawan, sehingga kita berdiam diri, merasa nyaman dan menjalani hidup ini seperti air mengalir saja.

Maksiat berada dalam zona kenyamanan manusia, untuk menghindarinya perlu melawan. Kalau kita masih dikendalikan oleh hawa nafsu yang cenderung kepada keburukan, maka tidak ada dorongan pada diri kita untuk berperang melawan hawa nafsu tersebut, karena kita sudah nyaman di zona tersebut. Kemenangan dan kembali kepada fitrah manusia perlu diperjuangkan, kita tidak boleh menyerah dan diam saja. Wallahualam

Baca Juga:  Kenapa Pengetahuan tentang Tuhan Disebut Iman (Kepercayaan)?
0 Shares:
You May Also Like