Tasawuf: Sebuah Penghayatan untuk Mengenal Diri dan Mengenal Tuhan

Islam adalah salah satu agama yang memiliki pilar-pilar utama, yakni; akidah, ibadah, dan syariah. Salah satu sikap dalam memenuhi ajaran Islam adalah pembinaan dalam kehidupan rohani yang selanjutnya diistilahkan dengan tasawuf. Tasawuf pada priode awal (abad pertama dan kedua hijriah), muncul dan berkembang sebagai amaliah zuhud, yang kemudian berselancar bersama sejarah dan melewati beberapa fase kondisi (ahwal) dan posisi (maqamat) yang sampai pada bentuk yang kita ketahui sekarang sebagai ajaran yang mempunyai beberapa karakteristik dalam kehidupan spritual dan kultural kita.

 Tasawuf sebagai suatu cabang keilmuan Islam tradisional, yang sebagaimana dipahami merupakan suatu bagian dalam tradisi Islam yang pada awalnya dipahami dalam pengertian zuhud, merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Tasawuf merupakan eksperimen spiritual personal (baik dalam bentuk institusi maupun tidak), yang telah ada sejak Islam sebagai agama muncul, meskipun secara definitif istilah tasawuf belum dikenal. Selanjutnya, tasawuf dikategorikan sebagai golongan umat Islam yang belum merasa puas dengan pendekatan diri kepada Tuhan, hanya dengan melalui ibadah shalat, puasa, dan haji, selain itu ketidakpuasan terhadap praktik ajaran Islam yang cenderung formalisme dan legalisme, juga menjadi faktor munculnya tasawuf. Mereka ingin merasakan lebih dekat lagi dengan Tuhan. Selain itu, tasawuf juga sebagai kritik terhadap ketimpangan sosial, politik, moral, dan ekonomi yang dilakukan oleh umat Islam, khususnya yang dilakukan oleh kalangan elit penguasa pada waktu itu. Kemudian tampillah beberapa tokoh yang memberikan solusi dengan ajaran tasawuf yang berupa pembenahan dan transformasi tindakan fisik menuju tindakan batin.

Jalan untuk hal itu diberikan oleh tasawuf atau sufisme, ialah istilah yang khusus dipakai untuk menggambarkan mistisme dalam Islam, dan istilah yang digunakan untuk menyebut jalan yang menghubungkan kepada Sang Maha Benar, Allah ta’ala. Sebagaimana dari para penempuh kebenaran berpendapat bahwa tasawuf adalah tindakan Allah dalam mematikan aspek kejiwaan dan ego manusia untuk kemudian membawanya naik menuju kehidupan lain dengan cahaya-Nya. Dengan kata lain, tasawuf adalah tidakan Allah dalam mem-fana’-kan manusia dengan kehendak-Nya yang khusus dan pilihan-Nya sendiri.

Baca Juga:  Welas Asih (Compassion) Inti Semua Agama Dunia

Tasawuf yang dalam literatur Barat disebut sebagai Islamic mysticsm atau Islamic esoteric, baik sebagai praktik maupun doktrin, telah melewati perjalanan sejarah yang panjang. Tasawuf merupakan salah satu bidang studi Islam yang memusatkan perhatian pada pembersihan aspek rohani manusia agar dapat membentuk akhlak yang mulia. Selanjutnya, proses pembersihan diri tersebut juga disebut sebagai mistisme, yang didefinisikan sebagai suatu usaha untuk mencapai sesuatu yang tidak terbatas. Misalnya, melalui penghancuran total identitas personal dan pengembalian pada kondisi primordial, ialah kesatuan yang tidak dapat dipilih-pilih.

 Oleh karena itu, cara dari para sufi sering dianggap sebagai cara yang radikal dalam melakukan pendekatan dan mencapai kesatuan diri dengan Tuhan, dan hal tersebut dianggap sebagai hal yang bertentangan dengan ajaran Islam. Selain dengan penjelasan yang telah dipaparkan tersebut, dalam salah satu literatur disebutkan bahwa tasawuf merupakan perwujudan dari salah satu ketiga pilar syariat dalam agama Islam, ialah ihsan. Tasawuf merupakan bagian dari syariat Islam, atau dengan kata lain bahwa syariat Islam juga mengajarkan tentang tasawuf.

Oleh karena itu, perilaku sufi harus tetap berada di dalam kerangka tersebut. Sebagai sebuah manifestasi ihsan, tasawuf merupakan penghayatan terhadap agama yang dapat menawarkan pembebasan spiritual yang kemudian mengajak manusia untuk mengenal dirinya sendiri hingga akhirnya mengenal Tuhan. Kemudian dalam perkembangannya tasawuf memiliki ajaran pokok yang dipahami secara bervariasi oleh para sufi, sehingga melahirkan tipe atau aliran tasawuf yang berbeda. Dalam Islam dipahami terdapat dua aliran induk tasawuf yaitu tasawuf Sunni (tasawuf akhlaki atau tasawuf amali) dan tasawuf falsafi atau tasawuf ‘irfani.

Di dalam dunia Islam perkembangan tasawuf bermula pada aktivitas individual dari para ahli sufi. Pada mulanya tasawuf disebut sebagai kumpulan pengalaman para sufi yang mengadakan komunikasi dengan Nur Ilahi (kibrah) yang penuh dengan rasa dan terwujud dalam berbagai bentuk kehidupan yang manjauhi kemewahan, menghabiskan waktu untuk beribadah, rindu untuk berjumpa dengan Tuhan, dan siap setiap saat untuk dipanggil menghadap Allah. Dalam perkembangannnya kemudian tasawuf berubah menjadi bentuk kegiatan jamaah (kogregasi), mempunyai struktur hirarki sebagaimana layaknya sebuah kumpulan masyarakat yang terorganisasi. Hal tersebut disebabkan karena ajaran pokok tasawuf dipahami oleh kaum sufi melalui pendekatan yang bervariasi. Variasi pendekatan ini pada gilirannya membentuk karakter-karakter tertentu sehingga melahirkan beberapa aliran tasawuf.

Baca Juga:  Tumpang Tindih Makna Jihad

Dalam buku karya Rivay Siregar dijelaskan bahwa apabila merujuk pada literatur tasawuf yang berasal dari Timur Tengah, ternyata masih ditemui keragaman pola yang ditempuh untuk menentukan aliran-aliran tasawuf. Sebab, terjadinya keragaman tersebut bermula dari perbedaan dasar pengklasifikasiannya, salah satu cara yang telah ditempuh untuk melakukan pengklasifikasian adalah didasarkan pada objek dan sasaran dari tasawuf itu. Berdasarkan hal tersebut, tasawuf dikelompokkan kepada tiga aliran induk yaitu tasawuf sunni (tasawuf akhlaki dan tasawuf amali) yang lebih berorientasi etis, tasawuf amali yang lebih mengutamakan intensitas dan eksistensi ibadah agar memperoleh penghayatan spiritual dalam beribadah, dan tasawuf falsafi yang bermakna mistis metafisis.

0 Shares:
You May Also Like