Tawakal: Penyubur Kebahagiaan Insan

Aktivitas yang dilakukan manusia di planet bumi itu dapat menimbulkan pelbagai perasaan yang dapat mempengaruhi kondisi jiwa yang akan menentukan kebahagiaan. Perlunya suatu sikap yang bijak untuk memaknai  sebuah peristiwa dan merasakannya dengan tepat. Menurut sufi sikap yang bijak itu ialah dengan kita bertawakal kepada Allah swt. sebagai bentuk keimanan dan kepatuhan atas semua intervensinya. Syekh Abdul Qodir mengatakan, “Orang bodoh memandang sesuatu dengan matanya, sementara orang berakal  memandangnya berdasarkan perspektif mata akalnya, sedangkan orang arif memandang dengan mata hatinya, hingga mengetahui esensi-esensinya yang tidak ada pandangan lagi bagi mereka selain Allah”.

Makna tawakal menurut Syekh Abu Ali Ad-Daqaq adalah merasa tenang dengan janji Allah. Janji Allah tersebut termaktub di dalam Al-Qur’an surah Ath-Thalaq ayat 3 Allah berfirman :“Barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, maka Allah akan mencukupinya (memeliharanya)”. Dengan  berserah diri  seseorang tidak lagi merasakan susah ataupun senang, tidak akan merasakan penyesalan ataupun kekhawatiran, karena ketenangan hati yang terpatri oleh iman. Tawakal bukan semata-mata kita menghilangkan usaha dalam hidup, tetapi menyerahkan semua yang kita usahakan kepada Allah.  Rumi dalam Masnawi mengatakan ;

“Sekumpulan binatang itu berkata kepada singa: tidak ada kerja yang lebih baik selain percaya kepada kehendak Tuhan; apakah yang lebih karib kepada Tuhan selain kepasrahan? Sering orang lari dari penderitaan untuk jatuh lagi pada penderitaan; sering orang menghindar dari ular untuk berjumpa naga. Pandangan-Nya ditujukan kepada kita semua, apakah sebagai gantinya? Di dalam pandangannya akan kau miliki seluruh saran dan keinginanmu. “Kata Singa”. Tetapi Tuhan dari hamba-Nya telah memasang tangga di depan kita. Selangkah demi selangkah kita harus mendaki menuju atap; menjadi orang yang pasrah adalah harapan yang tolol”.

Kedua pendapat di atas menegaskan bahwa tawakal tidak hanya pasrah dengan keadaan, tetapi bagaimana kita berusaha dan percaya hasil dari setiap usaha yang kita lakukan Tuhan ikut mengintervensinya. Maka dari itu K.H Syamsul Bakri mengatakan bahwa: “Kerja keras yang paling cerdas ialah tawakal”.   

Baca Juga:  Aku, Anda dan Kita: Buah Letupan Cinta-Nya

Kebahagiaan adalah kata sederhana yang mudah diucapkan dan sulit untuk dirasakan. Martin Seligman menjelaskan kebahagiaan merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktifitas positif yang yang tidak mempunyai komponen perasaan sama sekali. Dalam bahasa al-Ghazali emosi atau aktifitas positif dapat kita rasakan ketika kita mampu memerangi hawa nafsu dan menahan kehendak yang berlebih-lebihan. Jika sudah mampu hawa nafsu dan memerangi kehendak yang berlebihan kata Ibn Miskawaih akan cermat dalam berpendapat, benar dalam berpikir, dan lurus keyakinannya. Sehingga dalam bertindak-tanduknya dan bertutur kata yang nampak adalah keindahan, beradab dalam tingkah laku, bijak dalam mengambil keputusan dan selalu berprasangka baik kepada intervensi Tuhan.

Tawakal dapat dijadikan sebagai metode terapi untuk mengatasi problematika kebahagiaan dalam hidup, karena dengan tawakal seseorang diajarkan untuk memupuk rasa sabar dan ikhlas. Sabar menghadapi semua ketentuan yang diberikan Allah dan ikhlas menerimanya sebagai hamba yang percaya bahwa ada sebuah hikmah yang diambil dan dijadikan sebagai pelajaran hidup untuk bekal dalam perjalanan pulang menghadap-Nya. Menurut Hamka dalam buku Tasawuf Modern yang harus ditempuh untuk mencapai kebahagiaan dengan tawakal ialah dengan qana’ah, karena sa’adah tidaklah akan dicapai kalau tidak ada perasaan qana’ah.

Ja’far bin Muhammad mengatakan bahwa buah qana’ah adalah ketentraman. Setelah itu ketentraman itu wilayah nafsu muthmainnah, yang menganggap bahwa kesenangan dan kesusahan, kekayaan dan kemiskinan , bahaya dan keselamatan, diberi dan memberi, tidak sedih kehilangan, tidak gembira mendapatkan keuntungan karena hati senantiasa menerima dan lapang dada (rida) atas semua ketetapan Allah.

0 Shares:
You May Also Like