REFLECTION OF A LIFE TIME

Jika kita bandingkan dengan agama lain dan kebijaksanaan (hikmah) kuno, pada khususnya, maka (dugaan saya): Bagian ilmu dan filsafat dari agama itu universal (sama) jika dibandingkan dengan agama atau filsafat (hikmah) kuno. Bagian akhlak atau budi pekerti dari agama itu universal (sama) jika dibandingkan dengan agama atau filsafat (hikmah) kuno. Yang beda adalah bagian ibadah (mahdhah).

Inilah yang disebut “kesatuan transenden agama-agama dan filsafat”. Diungkapkan secara lain, dalam hal ilmu/filsafat dan akhlak, yang ada adalah “filsafat perenial”. Yakni filsafat kuno yang nyaris permanen dari dulu sampai sekarang. Sedang masalah-masalah sekular adalah masalah-masalah yang berubah-ubah, yang sesuai dengan perkembangan zaman. Di sini, fungsi agama kembali kepada memberikan tuntunan moral (akhlaqi).

Pertanyaannya, apakah agama ‘tak menyumbang sesuatu dalam kedua hal di atas? Jawabannya: Seperti adanya sumbangan-sumbangan baru dalam hal filsafat/ilmu non-agama berkat hal kemajuan pemikiran, agama juga bisa menyumbang hal-hal baru berkat perkembangan pemikirannya. Dan keyakinan akan sifat universal agama-agama dan kebijaksanaan (kuno), ini ‘tak harus merusak keimanan kita kepada agama, karena kita yakin bahwa asal-usul semua agama dan filsafat yang benar adalah dari Tuhan, Allah, yang sama, yang esa.

Saya memang berpandangan bahwa agama-agama/kepercayaan-kepercayaan yang sudah melewati ujian waktu panjang dan bisa bertahan, pada umumnya memang berasal dari wahyu/ilham ketuhanan. Dan semuanya bisa mengandung kebenaran dan kesejalanan karena berasal dari Tuhan yang sama. Bahkan merupakan cabang-cabang dari Nur Muhammad atau Barakah Muhammadiyah, yakni bersumber dari sifat Muhammad Saw sebagai insan kamil—sebagai ciptaan pertama Allah Swt. Ini pernah saya tulis dalam salah satu artikel saya soal Islam Nusantara, dan juga artikel panjang lain tentang Islam dan agama-agama lain (dalam buku Islam Tuhan, Islam Manusia).   Maka, kesimpulan saya: Islam saya adalah Islam partikular—yang sudah dipahami sebagai institusi keagamaan khusus, suatu agama terorganisasi dengan nama Islam—plus islam universal—yang disumbang semua agama dan hikmah kemanusiaan. Semuanya bersumber ‘tak lain dari Tuhan, Allah, yang sama, yang mengajarkan Islam partikular itu.

Baca Juga:  BERTEMU AL-GHAZALI DI BASEMENT SEBUAH TOKO BUKU DI HARVARD SQUARE (BAGIAN 1)
Previous Article

Islam dan Kehendak Bebas Manusia (4): Konsistensi dan Konteks Konsep Kemahakuasaan Tuhan dan Kebebasan Manusia

Next Article

Bagaimana Doa di Saat-Saat Tertentu Bisa Mengubah Takdir?

Subscribe to our Newsletter

Subscribe to our email newsletter to get the latest posts delivered right to your email.
Pure inspiration, zero spam ✨