PERCIKAN MISTISISME SIR MUHAMMAD IQBAL

Kajian dalam Islam yang masih ramai dibincangkan hingga kini dan menjadi salah satu khazanah pemikiran Islam ialah ihwal mistisisme Islam. Sebab, dalam kajian tersebut sering menimbulkan pro dan kontra yang luar biasa. Istilah mistisisme sendiri menurut R.A. Nicholson berasal dari agama atau bangsa Yunani yang lambat laun mengalir ke daerah Eropa melalui pustaka-pustaka megahnya. Dalam hal ini, bahasa utama yang menjadi identitas mistisisme saat itu bagi Nicholson dalam bukunya The Mistic of Islam ialah Arab, Turki, dan Persia.

Terlepas daripada konsep pembahasaan mistisisme di atas, ada beberapa tokoh Islam yang ikut serta meramaikan khazanah pemikiran Islam dalam rana mistisisme. Ditilik dari historisitas tentunya diisi oleh para sufi besar. Akan tetapi, terdapat tokoh Islam kontemporer dari negeri Timur yang membaca dan sempat menjadi pengagum sekaligus pengikut salah satu sufi besar Islam, hingga kajian ilmiah dalam studi doktoralnya menjadi saksi dan bukti atas kekagumannya tersebut.

Dialah Muhammad Iqbal, intelektual, filsuf Islam, sekaligus pujangga Ilahiyyat dari negeri Timur. Genealogi pemikirannya dalam wilayah mistisisme, Iqbal terpengaruh oleh beberapa tokoh besar dalam dunia tasawuf. Bukti ini tercantum jelas dalam disertasinya ihwal metafisika Persia. Dalam disertasinya tersebut, mistisisme Iqbal terbaca dalam fokus kajiannya kepada 3 tokoh sufistik Islam, di antaranya seperti Ibnu Arabi, Al-Jili, dan Rumi. 3 tokoh tersebut mendapat perhatian khusus Iqbal dalam mengkaji mistisisme Islam.

Kekaguman Iqbal pada Ibnu Arabi merupakan hasil dari konstruksi keluarganya ketika mengajak Iqbal untuk belajar karya Ibnu Arabi sejak kecil, di warung ayahnya yakni ihwal kitab Fushus al-Hikam karya Ibnu Arabi. Iqbal membaca larik demi larik bagian kitab tersebut dengan lantang. Selain itu, Iqbal juga mendapat inspirasi lain dari Ibnu Arabi yakni terkait konsep wahdah al-wujud. Bahkan, berdasar literasinya disepakati para ahli bahwa Iqbal menganut paham wahdat al-wujud ketika dirinya mengajukan disertasi doktoralnya. Akan tetapi, hal itu terjadi ketika Iqbal menjadi pengagum panteisme. Selang beberapa tahun kemudian, Iqbal sedikit tidak mengapresiasi terhadap paham panteisme dan ajaran Ibnu Arabi. Meskipun, secara historis akademisnya, ia mengakui akan ketajaman visi sekaligus tujuan Ibnu Arabi.

Baca Juga:  Membangkitkan Kembali Ilmu-Ilmu Rasional

Kekagumannya juga berpindah pada tokoh Al-Jili, tokoh yang selisih setengah abad setelah Ibnu Arabi yang dicantumkan oleh Iqbal dalam disertasinya yang berjudul The Development of Metaphysic in Persia A Contribution to The History of Muslim Philosophy. Iqbal menangkap sesuatu yang sangat menarik dalam doktrin metafisika Al-Jili (realitas sebagai pikiran) yakni konsep Perfect Man. Ada 3 bagian dalam konsep Al-Jili ihwal perkembangan spiritualitas manusia yang dibaca oleh Iqbal dari pembacaannya terhadap 3 konsep Perfect Man ala Al-Jili, di antaranya yang pertama, manusia merenungkan nama; membaca alam masih rahasia. Yang kedua, manusia memanifestasikan. Yang ketiga, manusia menemukan esensi atas segala yang dilakukannya.

Adapun Rumi yang menjadi salah satu tokoh mistisisme Islam yang paling dikagumi Iqbal. Pemikiran Iqbal banyak terpengaruh oleh Rumi, khususnya dalam mistisisme dan syair mistikusnya. Bahkan Iqbal menganggap Rumi sebagai guru sekaligus pembimbing dirinya dalam menggapai jalan spiritualitas. Banyak sekali redaksi yang membincangkan hal tersebut dengan beberapa kutipan yang Iqbal catat dari karya Rumi. Terlihat begitu berpengaruhnya Rumi pada transformasi Iqbal yang luar biasa. Iqbal dan Rumi memiliki kesamaan pemikiran, keduanya sama-sama mempercayai akan kesempurnaan manusia dan sama-sama memprediksi akan hadirnya ras manusia unggul.

Dari perbincangan singkat di atas, dapat diketahui bersama bahwa secara historisitas akademik, Iqbal pernah menjadi pengikut dan pengagum Ibn Arabi dalam wahdatul wujud-nya. Iqbal juga mengagumi sosok Al-Jili dan Rumi. 3 tokoh tersebut tercantum jelas dalam kajian metafisikanya yang menjadi kajian disertasi doktor Iqbal.

0 Shares:
You May Also Like