TASAWUF SELAYANG PANDANG

Oleh: Haidar Bagir

1. Tashawwafa-yatashawwafu-tashawwufan: (berupaya) memurnikan. Yakni, memurnikan hati dari kotoran/maksiat agar Allah bertajalli di hati kita. Melalui suluk (mujahadah dan riyadhah): mengendalikan konsumsi tidur, bicara dan bergaul; beramal saleh; beribadah wajib dan sunnah secar ihsan.

2. Al-Qur’an menggunakan istilah “tazkiyah” untuk menunjukkan makna yang sama. Lihat QS 91:910 dan QS 3:164. Yakni membersihkan hati dari kotoran hati akibat maksiat yang kita lakukan. Dan ini tidak mudah. Imam Muhammad Al-Bushiriy dalam Qashidah al-Burdah berkata: “Nafsu adalah seperti bayi yang disapih, terus meronta-ronta jika tak diberi apa yang dimaunya.” Juga dalam hadis disebutkan: “Nafsu itu mengalir bersama aliran darah.”

3. Kata lain dari tasawuf adalah thariqah (yakni dalam makna luas, bukan “thariqah” dalam makna tarekat atau orde sufi)

4. Thariqah berasal dari kata “thariq” yang bermakna “jalan”, sebagaimana kata “syari’ah” berasal dari kata “syaari’” yang juga bermakana “jalan”. Hanya saja jika “syari’ah” bermakna jalan besar, maka “thariqah” bermakna “jalan kecil”. Dengan kata lain, baik syari’ah maupun thariqah, kedua-duanya adalah sistem ajaran Tuhan. Hanya, jika syari’ah lebih berhubungan dengan “aturan-aturan hukum lahir/fiqih”, thariqah lebih berhubungan dengan “aturan-aturan batin/hati” Pada saat yang sama, jalan kecil (thariqah) tak bisa tidak merupakan cabang jalan besar (syari’ah).

5. Kedua-duanya tak bisa dipisahkan. Tak ada thariqah tanpa melalui syari’ah, dan tak ada pelaksanaan syari’ah yang sempurna kecuali dengan thariqah.

6. Kata Imam Malik :”Man tashawwafa wa lam yatafaqqah faqad tazandaqa, wa man tafaqqaha wa lam tashawwafa faqad tafassaq, wa man tashawwafa wa tafaqqaha faqad tahaqqaqa”. “Siapa yang menjalan fikih tanpa bertasawuf maka dia telah fasiq, siapa yang bertasawuf tanpa menjalankan fikih, maka dia telah zindiq. Dan siapa yang bertasawuf dan menjalankan fikih sekaligus, maka dia benar.“

Baca Juga:  Konsep Kenabian dalam Pandangan Abu Bakar al-Razi

7. Thariqah atau Tasawuf menyangkut dua unsur. Unsur pertama adalah pemahaman atau ilmu tasawuf (biasa disebut ‘irfan, atau kata al Habib Abdurrahman bin Abdillah and Bilfaqih,’ ilm al-haqa’iq), sedang unsur yang kedua adalah laku/praktik tasawuf (disebut juga suluk atau mu’amalah tashawuf, atau ilmu ar-raqaa’iq).

8. Tanda orang yang benar-benar bertasawuf adalah dia memiliki akhlak – etika, bukan hanya etiket – yang mulia dan hidupnya dipenuhi amal-amal saleh (amal-amal ihsan).

9. Dengan bertasawuf – yang melahirkan akhlak mulia dan amal-amal ihsan – pelakunya akan mencapai ma’rifat (pengetahuan yang sejati tentang segala sesuatu. Dia akan mencapai mukasyafah (terangkatnya tabir yang menghalangi kita dari mendapatkan pengetahuan yang benar tentang segala sesuatu). Berangkat dari syari’ah, kita bertariqah, untuk mencapai keadaan haqiqah. Hasilnya adalah ma’rifah. (Habib Abdullah bin Abu Bakar Alaydrus menyebut ma’rifah sebagai terbukanya gerbang laa ilaaha illal-Laah)..

10. Berthariqah itu tidak lain adalah menjalankan syariah melampaui sekadar yang bersifat lahir hingga masuk ke dalam batin ibadah tersebut.

11. Seperti dikatakan dalam hadis Jibril, ihsan – yang manifestasinya adalah tasawuf – adalah beribadah dalam keadaan kita (seolah) melihat Allah, atau setidaknya dengan keyakinan bahwa Allah melihat kita. Yakni melihat lahir dan batin kita, sehingga kita akan melakukannya dengan benar secara fiqih dan dengan hati bersih, sepenuh cinta kepada-Nya.

12. Dalam praktiknya, menjalani tasawuf melibatkan mujahadah dan riyadhah.

13. Mujahadah, seperti dikatakan Habib Abdullah bin Abu Bakar Alaydrus dalam bukunya al-Kibrit al-Ahmar, meliputi 4 hal: sedikit makan/konsumsi atau zuhud (qillatuth-tha’am), sedikit tidur atau sahar (qillatul manam), sedikit bicara atau shamt (qillatul kalam), dan sedikit bergaul atau ‘uzlah (i’tizalul anam).

Baca Juga:  Cerita Sufi: Menyimpan Surga Ala Bisyr bin Harits

14. Riyadhah meliputi penyelenggaraan ibadah-ibadah wajib secara ihsan, ditambah ibadah-ibadah sunnah (nawafil), termasuk melazimkan doa-doa, zikir-zikir, dan wirid-wirid.

15. Jika ini semua kita jalankan dengan baik, maka hati kita akan bersih dari godaan dunia dan lebih berkonsentrasi kepada mencari ridha Allah Swt sehingga Allah membukakan rahasia-rahasia-Nya. kepada kita…

0 Shares:
You May Also Like