9 Jalan Cinta Haidar Bagir

1. Saat tertekan dalam kesulitan-kesulitan, termasuk oleh kekerasan orang, ingat orang-orang yang mencintai kita, yang mau korbankan apa pun demi kebaikan kita. Orang tua kita, pasangan hidup, saudara-saudara, anak-anak, dan sahabat-sahabat kita. Puncaknya, ingat Tuhan kita Yang Maha Pengasih. Maka, selalu benahi hubunganmu dengan-Nya.

2. Syarat jadi orang baik itu introspeksi. Selalu melihat ke dalam diri, lalu menyadari banyaknya kekurangan yang dimiliki. Dari situ berusaha membersihkan semuanya, agar berkilau fitrah dalam hatinya. Lalu menyembul, di hadapan mata batin, cahaya tajalli-Nya. Rendah hati awal pencerahan.

3. Biasakan menolong orang yang sedang kesusahan. Kalau perlu korbankan yang kau punya meski itu kau butuhkan. Dengan itu, bukan saja kau sudah menjalankan  ajaran al-Qur’an tentang itsar, tapi hatimu  akan hangat, dan kerinduanmu pada Tuhan akan membuncah, lalu kebahagiaan akan menghampirimu.

4. Kunci kebahagiaan itu hidup sesuai fitrah/tabiat kita sebagaimana Allah cipta: Hidup seirama dengan manusia lain, alam, dan Tuhan. Kita tak dicipta sendirian, tak juga dari ketiadaan. Manusia lain dan alam adalah saudara-saudara kita. Tuhan adalah sumber dan tempat kembali kita. Itulah jangkar-jangkar kebahagiaan kita.

5. Kesedihan itu sebenarnya undangan Allah agar kita datang kepada-Nya. Dan agar kita menyeru Muhammad al-Musthafa, sang pemberi syafaat, pintu masuk kehariban-Nya. Kesedihan itu awal kebahagiaan: sarana bercengkerama dengan  Allah dan kekasih-Nya. Jika saja kita mau memahaminya.

6. Perilaku baik adalah sarana yang mengubah niat menjadi amal baik. Oleh karena itu, ia menjadi modal terbesar bagi seorang pencari. Dalilnya adalah sabda seorang insan yang diberkahi dengan watak yang paling elok, penutup para nabi, Muhammad saw., “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”

Baca Juga:  Spiritualitas Kunut Menurut Imam al-‘Izz bin ‘Abd as-Salâm (Bagian 1)

7. Mendekat pada kebenaran adalah jalan dan tangga menuju keselamatan dan kebahagiaan abadi. Allah sendiri mengajari kita arti dekatnya Dia dengan kita. Dia mengajari kita dengan mengutus para Nabi-Nya. Kita berikrar, “Kami beriman.” Inilah kebenaran yang kita sambut dan kita ikat kuat-kuat. Selebihnya, kita hanya perlu mengikuti ajaran dan teladan Nabi-Nya.

8. Takwa kepada Allah adalah sebuah pelindung, sesuatu yang menjagamu dari mara bahaya. Perlindungan Allah adalah ziarah paling kuat, benteng paling kukuh yang tidak bisa ditembus oleh mara bahaya apapun. Perlindungan semacam itu yang bakal kamu dapat dari takwa.

9. Menanamkan akhlak Allah itu  identik dengan menanamkan sifat cinta di dalam diri kita dan menjadikannya sumber bagi setiap tindakan kita, baik dalam berinteraksi dengan Allah, manusia, maupun alam semesta.

(Nuralwala/DA) 

0 Shares:
You May Also Like