Stop Memahami Al-Qur’an tanpa Asbabun Nuzul

Bacalah surat Al-Baqarah ayat 115, lalu cobalah memahaminya. Ayat tersebut berbicara tentang kebolehan shalat menghadap segala arah. Hal ini tentu bertolak belakang dengan apa yang kita tahu, yakni bahwa syarat shalat adalah menghadap kiblat. Oleh sebab itu, membaca Al-Qur’an dengan tanpa memahami konteks ia turun akan membuat pembacanya bisa salah kaprah. Karenanya, penting memahami konteks sejarah suatu ayat kenapa ia turun (asbabun nuzul).

Asbabun nuzul adalah salah satu perangkat penting dalam memahami Al-Qur’an, karena setiap ayat Al-Qur’an memiliki sebab-sebab turun. Biasanya ayat yang turun merupakan jawaban terhadap suatu masalah yang terjadi ketika Nabi Muhammad hayat. Namun, menurut ulama, asbabun nuzul suatu ayat tidak hanya turun setelah terjadi masalah, akan tetapi ada ayat yang turun lebih dulu sebelum masalahnya. Oleh karenanya, dengan memahami asbabun nuzul akan sangat membantu pembaca Al-Qur’an dalam memahami maksud ayat Al-Qur’an.

Selain itu, secara logika, orang yang memahami suatu sebab, maka ia akan memahami akibatnya. Dalam hal ini Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa sebab akan mewariskan ilmu yang disebabkan. Intinya asbabun nuzul akan mengantarkan pembaca Al-Qur’an pada pemahaman yang lebih baik daripada mereka yang sama sekali mencerabut konteks ayat dari realitasnya.

Asbabun nuzul sebagaimana disebut di atas adalah turunnya ayat ketika terjadinya suatu masalah atau sering suatu ayat itu turun ketika Nabi Muhammad ditanya oleh sahabat. Begitulah ayat Al-Qur’an diturunkan ke bumi secara terpisah-pisah. Sehingga mudah dipahami oleh Nabi dan sahabatnya.

Sebab turunya ayat/Al-Qur’an tidak bisa didapatkan dengan mengandalkan pikiran, namun menuntut pembaca Al-Qur’an untuk membuka sejarah atau riwayat-riwayat. Karenanya, setiap kita harus mendengar riwayat-riwayat itu dari mereka yang menyaksikan turunnya ayat. Bagi kita yang tidak hidup di zaman Nabi, tentu harus membuka dan membahas kitab-kitab ulama yang muktabar.

Baca Juga:  Hijrah (16) : Manusia, Kesalahan, dan Pertobatan

Hal tersebut makin penting dilakukan karena asbabun nuzul tidak hanya merupakan satu sebab dari suatu masalah, akan tetapi bisa juga turun untuk beberapa kejadian. Selain itu, dalam temuan ulama, asbabun nuzul itu berlaku secara umum, bukan berlaku secara khusus. Dalam arti bahwa jika suatu ayat turun, ayat tersebut tidak hanya untuk menghukumi masalah yang sedang terjadi, namun ia berlaku untuk masalah secara umum.

Bagi ulama, pandangan keberlakuan ayat yang paling sahih adalah ia berlaku umum al-ibratu bi umumillafzi la bikhususissab. Misalnya adalah ayat tentang pencuri dalam surat Al-Maidah ayat 38. Ayat tersebut turun ketika ada kejadian pencurian oleh seorang wanita. Ayat tersebut menurut keterangan Ibnu Abbas tidak hanya berlaku untuk wanita itu saja melainkan semua yang mencuri baik sekarang maupun di masa depan.

Dari keterangan di atas, kita bisa memahami bahwa betapa penting kita memahami asbabun nuzul. Terlebih di kehidupan kita hari ini. Kita seringkali dihadapkan dengan persoalan tafsiran yang tidak tepat dari suatu ayat. Sering suatu ayat digunakan untuk kepentingan kaum tertentu yang mengakibatkan dampak sosial yang merugikan umat. Indonesia dalam kurun waktu terakhir selalu diuji oleh apa yang kita sebut dengan politik identitas karena penggunaan ayat yang tidak pada tempatnya.

Masih segar dalam ingatan, beberapa tahun lalu, penggunaan ayat perang dalam kontestasi politik. Penggunaan istilah setan dan sebagainya. Tentu, sebuah ironi kehidupan masyarakat Muslim. Sekali lagi, apa yang terjadi di negara kita menekankan akan pentingnya memahami konteks ayat itu turun.

Previous Article

Al-Qur’an: Jalan Spiritual Para Sufi dan Imam Mazhab

Next Article

BAGAI DAUN-DAUN KERING TERTIUP ANGIN DI MAKKAH DAN MADINAH (BAGIAN 3)

Subscribe to our Newsletter

Subscribe to our email newsletter to get the latest posts delivered right to your email.
Pure inspiration, zero spam ✨