Rindu Kanjeng Nabi

Rabi’ul Awal adalah salah satu bulan yang dirindukan oleh umat muslim. Di dalamnya Nabi Muhammad saw dilahirkan. Para ulama mengekspresikan kecintaannya kepada Kanjeng Nabi dengan berbagai bentuk, salah satunya ialah menulis kitab-kitab berisi Sirah Nabawiyyah dalam bentuk puisi-puisi, dan prosa yang indah dan menawan.

Syekh Al-Barzanji menulis kitab yang masyarakat menyebutnya dengan Maulid al-Barzanji. Imam al-Bushiri menulis Al-Burdah. Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi menulis Simth Al-Durar. Hingga di abad ini, Habib Umar bin Hafizd juga menulis kitab Al-Dhiya’ Al-Lami’.

Meski puisi-puisi itu dibuat sederhana, agar dimengerti, dan diterima dengan riang gembira oleh masyarakat luas, tetapi sungguh isinya sangat dalam, memesona, dan mengikat hati.

Puisi-puisi itu dinyanyikan di berbagai acara; pernikahan, syukuran 7 bulan kehamilan, akikah, khitanan, bangun rumah dll. Terlebih di bulan Maulid, masyarakat muslim dengan riang gembira di berbagai tempat membacakan kitab Maulid. Fenomena ini menunjukkan masyarakat muslim  menginginkan semua aktifitas dan impian kedepan mereka itu selalu terhubung dengan Kanjeng Nabi.

Dan saat-saat puisi itu bercerita tentang kelahiran Kanjeng Nabi ia dibacakan sambil berdiri, lambang penghormatan atas kehadiran Sang Manusia Sempurna yaitu Nabi Muhammad saw.

Duhai Nabi, selamat dan damailah engkau

Duhai Rasul, salam dan damailah engkau

Telah terbit purnama di tengah kita

Maka tenggelam semua purnama

Aduhai wajah ceria

Engkau matahari, engkau purnama

Engkau cahaya di atas cahaya

Engkau permata tak terkira

Engkau lampu di setiap hati…

Di akhir tulisan ini saya ingin mengutip gubahan syair karya Taufik Ismail yang dinyanyikan oleh Bimbo dengan penuh syahdu dan memikat:

Rindu kami padamu ya Rasul

Rindu tiada terperi

Berabad jarak darimu ya Rasul

Serasa dikau di sini

Cinta ikhlasmu pada manusia

Bagai cahaya surga

Dapatkah kami membalas cintamu

Secara bersahaja

Baca Juga:  Suluk Makrifat ala Al-Ghazali
0 Shares:
You May Also Like