Kodak Membawa Maut: Kisah George Eastman dan Paradoks Kebahagiaan

Mungkin sebagian besar para pembaca yang seusia saya (over fifty) tahu bahwa Kodak adalah suatu merek dari sebuah kamera. Memang Kodak sangat terkenal sebagai kamera era 80-90an, hampir semua orang menggandrunginya. Sedikit saya ulas siapa penemu dan kehidupannya. Seorang bernama Goerge Eastman asal Amerika Serikat yang mengawali karirnya sebagai pegawai sebuah bank. Ia mempunyai hobi yaitu fotografi, di mana pada waktu itu merupakan hobi yang cukup mahal. Karena harus memiliki peralatan pendukung, seperti: standing device, air fryer, plat kaca serta zat kimia (untuk mencuci dan mencetak foto). Tetapi, hobi ini tetap ia lakukan dengan sungguh-sungguh walaupun harus merogoh kantong yang tidak sedikit.

Sampai pada suatu hari, George Eastman membaca satu jurnal penelitian tentang bagaimana campuran kimia menghasilkan jepretan gambar. Lalu, ia lanjutkan penelitian tersebut dengan percobaan sampai menjadi sebuah produk. Produk tersebut diberi nama dengan sebutan Kodak. Dari penemuan inilah memudahkan orang mengambil foto hanya dengan sebuah alat yang simpel tanpa harus ribet lagi (membawa alat-alat pendukung yang berat dan susah dipasang).

Waktu demi waktu Kodak menjadi sangat dikenal dan banyak orang memilikinya. Karena produk ini meupakan terobosan pada zaman akhir abad  ke-19. Sampai pada puncak kesuksesan produk ini, George Eastman memiliki kekayaan sampai puluhan trilyun pada waktu itu. Kemudian ia dinobatkan menjadi salah satu orang terkaya oleh Majalah Forbes pada awal abad ke-20.

Namun sayang seribu kali sayang, kejayaan, kesuksesan yang ia capai tidak membuat dirinya bahagia. Kemudian George mengalami depresi dan mengakhiri hidup with commit suicide (bunuh diri) dengan menembak dirinya sendiri, astagfirullah. Orang yang membunuh dirinya seperti George Eastman  banyak di muka bumi ini. Dan, sebagian dari mereka mempunyai harta yang berlimpah bahkan bisa menjamin  kehidupan keturunan anak cucu mereka. Sebut saja di antara mereka, ada Michael Jackson, Robin William, Elvis Prasley, Marilyn Monroe, dan masih banyak lagi orang-orang kaya dan terkenal lainnya.

Baca Juga:  Mengenal Ibnu Thufail dan Risalah Hayy Ibn Yaqzan

Dari cerita di atas menjelaskan bahwa ketenaran, kekayaaan, kejayaan, dan kesuksesan tidaklah menjadi jaminan membuat manusia bahagia. Sering kali hidup mewah dengan melimpah aset di mana-mana justru menjerumuskan kita untuk lupa kepada si pemberi rezeki, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Padahal Tuhan suatu wujud yang hakiki, artinya juga tempat di mana kebahagiaan sejati bisa diperoleh. Caranya dengan kita mendekatkan diri kepada-Nya. Kita jalankan perintah-Nya dan tinggalkan larangan-Nya. Tumbuhkan selalu setiap waktu kesadaran bahwa Dia-lah yang mengenggam hidup kita. Juga tanamkan dalam diri untuk bermanfaat sesama manusia dan makhluk lainnya, sebagai refleksi rahmat-Nya.

Dengan demikian, kita akan mendapatkan kebahagiaan rohani yang pada gilirannya menimbulkan ketenangan dalam hati dan akhirnya mempunyai laku yang baik dalam hidup ini. Artinya dengan kebahagiaan spiritual akan mengantarkan kita kepada Tuhan, tapi kebahagiaan materi bisa jadi seperti penemu Kodak yang berujung pada maut.

0 Shares:
You May Also Like