Sayyidina Abu Bakar ra. menyebutkan bahwa Allah memiliki rahasia (sirr) dalam setiap kitab suci, dan rahasia Allah yang ada dalam Al-Qur’an terletak pada awal surat. Senada juga diungkapkan oleh Imam ‘Ali as., yaitu setiap kitab suci memiliki inti sari, dan inti sari Al-Qur’an adalah huruf tahjî—huruf hijaiyah (Imam Fakhruddîn ar-Râzî, At-Tafsîr al-Kabîr, 1981, II: 3).
Oleh karena itu, ada dua kelompok ulama dalam menyikapi makna huruf yang terpotong (al-ḥurûf al-muqaṭṭa‘ah) yang terdapat dalam awal surat. Menurut kelompok pertama, makna huruf yang terpotong dalam awal surat merupakan rahasia Allah. Oleh karena itu, mereka tidak menafsirkan huruf muqaṭṭa‘ah tersebut, dan mengembalikan maknanya kepada Allah semata (Imam Ibn Kaśîr, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Aẓîm, 2000: 80). Makanya, dalam Tafsîr al-Jalâlain (karya Imam Jalâluddîn al-Maḥallî dan Imam Jalâluddîn as-Suyûṭî) menyebutkan redaksi “Allâhu A‘lamu bi Murâdihî” (Allah Yang Maha Tahu maksudnya) ketika menghadapi huruf muqaṭṭa‘ah tersebut.
Sementara kelompok kedua menafsirkannya (Tafsîr al-Qur’ân al-‘Aẓîm, hlm. 80). Menurut Buya Hamka, ulama yang banyak menafsirkan huruf muqaṭṭa‘ah yang terletak di awal surat tersebut adalah Sayyidina Abdullah bin ‘Abbas (Ibnu ‘Abbas) ra. (Tafsir Al-Azhar, Jilid 1: 113). Dalam hal ini, Sayyidina Ibnu ‘Abbas sendiri mengatakan bahwa seluruh tafsir Al-Qur’an yang beliau kemukakan bersumber dari Imam Ali as. (Imam Nawawî al-Jâwî, Nûr aẓ-Ẓalâm, hlm. 21-22).
Syekh Aḥmad aṣ-Ṣâwî menyebutkan bahwa huruf-huruf muqaṭṭa‘ah yang ada di awal surat berjumlah 14, yaitu: (1) Alif Lam Mim (al-Baqarah (2): 1, Ali ‘Imrân (3): 1, al-‘Ankabût (29): 1, ar-Rûm (30): 1, Luqmân (31): 1, as-Sajadah (32): 1); (2) Alif Lam Mim Ṣad (al-A‘râf (7): 1); (3) Alif Lam Ra’ (Yûnus (10): 1, Hûd (11): 1, Yûsuf (12): 1, Ibrâhîm (14): 1, al-Ḥijr (15): 1); (4) Alif Lam Mim Ra’ (ar-Ra‘d (13): 1); (5) Kaf Ha Ya ‘Ain Ṣad (Maryam (19): 1); (6) Ṭa Ha (Ṭâhâ (20): 1); (7) Ṭa Sin Mim (asy-Syu‘arâ’ (26): 1, al-Qaṣaṣ (28): 1); (8) Ṭa Sin (an-Naml (27): 1); (9) Ya Sin (Yâsin (36): 1); (10) Ṣad (Ṣâd (38): 1), (11) Ḥa Mim (Gâfir (40): 1, Fuṣṣilat (41): 1, az-Zukhruf (43): 1, ad-Dukhân (44): 1, al-Jâśiyah (45): 1, al-Aḥqâf (46): 1); (12) Ḥa Mim ‘Ain Sin Qaf (asy-Syûrâ (42): 1), (13) Qaf (Qâf (50): 1), dan (14) Nun (al-Qalam (68): 1).
Huruf muqaṭṭa‘ah itu tersebar dalam dua puluh sembilan surat, yaitu: (1) al-Baqarah (2): 1; (2) Ali ‘Imrân (3): 1, (3) al-‘Ankabût (29): 1; (4) ar-Rûm (30): 1; (5) Luqmân (31): 1; (6) as-Sajadah (32): 1; (7) al-A‘râf (7): 1; (8) Yûnus (10): 1; (9) Hûd (11): 1; (10) Yûsuf (12): 1; (11) Ibrâhîm (14): 1; (12) al-Ḥijr (15): 1; (13) ar-Ra‘d (13): 1; (14) Maryam (19): 1; (15) Ṭâhâ (20): 1; (16) asy-Syu‘arâ’ (26): 1; (17) al-Qaṣaṣ (28): 1; (18) an-Naml (27): 1; (19) Yâsin (36): 1; (20) Ṣâd (38): 1; (21) Gâfir (40): 1; (22) Fuṣṣilat (41): 1; (23) az-Zukhruf (43): 1; (24) ad-Dukhân (44): 1; (25) al-Jâśiyah (45): 1; (26) al-Aḥqâf (46): 1; (27) asy-Syûrâ (42): 1; (28) Qâf (50): 1, dan (29) al-Qalam (68): 1 (Tafsîr aṣ-Ṣâwî, I: 5).
Menurut Syekh Aḥmad aṣ-Ṣâwî, huruf muqaṭṭa‘ah tersebut ada yang terdiri dari satu huruf (seperti Ṣad, Qaf, dan Nun), dua huruf (seperti Ḥa Mim, Ṭa Ha, dan Ṭa Sin), ada yang terdiri tiga huruf (seperti Alif Lam Mim dan Alif lam Ra’), ada yang terdiri empat huruf (Alif Lam Mim Ṣad dan Alif Lam Mim Ra’), dan ada yang terdiri lima huruf (seperti Kaf Ha Ya ‘Ain Ṣad).
Adapun huruf muqaṭṭa‘ah yang diawali oleh huruf Alif dan Lam berjumlah 13 surat (al-Baqarah (2): 1, Ali ‘Imrân (3): 1, al-‘Ankabût (29): 1, ar-Rûm (30): 1, Luqmân (31): 1, as-Sajadah (32): 1, al-A‘râf (7): 1, Yûnus (10): 1, Hûd (11): 1, Yûsuf (12): 1, Ibrâhîm (14): 1, al-Ḥijr (15): 1, dan ar-Ra‘d (13): 1), Ḥa’ dan Mim ada 7 surat (Gâfir (40): 1, Fuṣṣilat (41): 1, az-Zukhrûf (43): 1, ad-Dukhân (44): 1, al-Jâśiyah (45): 1, al-Aḥqâf (46): 1, dan asy-Syûrâ (42): 1), Ṭâ’ ada 4 surat (Ṭâhâ (20): 1, asy-Syu‘arâ’ (26): 1, al-Qaṣaṣ (28): 1, dan an-Naml (27): 1), Kaf ada 1 surat (Maryam (19): 1), Ya’ ada 1 surat (Yâsin (36): 1), Ṣad ada 1 surat (Ṣâd (38): 1), Qaf ada 1 surat (Qâf (50): 1), dan Nun ada 1 surat (al-Qalam (68): 1).
Mayoritas ulama muḥaqqiq menyebutkan bahwa huruf-huruf muqaṭṭa‘ah diturunkan oleh Allah sebagai protes kepada orang-orang kafir. Dalam hal ini, Rasulullah Saw. pernah menantang mereka membuat karya seperti Al-Qur’an. Bahkan mereka ditantang membuat sepuluh surat atau satu surat saja jika tidak mampu membuat seratus empat belas surat. Namun, orang-orang kafir tersebut tidak berdaya untuk membuat karya seperti Al-Qur’an meski hanya satu surat (at-Tafsîr al-Kabîr, II: 7).
Akhirnya, Allah menurunkan huruf muqaṭṭa‘ah tersebut sebagai peringatan bahwa Al-Qur’an (yang berisi seratus empat belas surat itu) tersusun dari huruf-huruf semacam huruf muqaṭṭa‘ah tersebut. Padahal mereka mengetahui huruf-huruf tersebut, dan mampu membacanya. Selain itu, mereka menguasai kaidah-kaidah huruf-huruf tersebut secara baik dan fasih. Oleh karena itu, semestinya mereka mampu membuat karya seperti Al-Qur’an―apalagi hanya satu surat. Namun, kenyataannya mereka (meskipun orang Arab tulen dan paham betul seluk beluk bahasa dan kesusastraan Arab) tidak mampu melakukannya. Ketidakberdayaan mereka ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an berasal dari Allah, bukan berasal dari manusia (hlm. 7). Wallâhu A‘lam wa A‘lâ wa Aḥkam…