Imajinasi dan Waham

Kita beranggapan bahwa alam dunia yang kita jalani ini seolah-olah hanya satu alam saja. Padahal, hidup kita di dunia selalu berada di antara dua alam yang berbeda, yaitu alam eksternal dan alam internal. Alam eksternal adalah alam yang kita rasakan sehari-hari, berinteraksi dengan orang lain, melihat, mendengar, mencium, merasakan dengan menggunakan karunia Tuhan berupa indra kita. Sebagian besar hidup kita di dunia berada di alam eksternal ini.

Sedangkan alam internal adalah alam yang kita ciptakan sendiri. Setiap orang hidup dalam alam internalnya sendiri, berdasarkan persepsi, memori, imajinasi, dan daya spiritualnya. Akal dan fungsi luhur otak yaitu persepsi, memori, imajinasi, dan daya spiritual lebih mendominasi di alam internal ini.  Fungsi tersebut sangat dipengaruhi oleh proses perkembangan fisik, psikis maupun spiritual kita sejak lahir, serta pengalaman masa lalu kita.

Setiap orang mempunyai persepsi, memori, dan imajinasi,  yang tidak pernah sama tentang segala sesuatu, bahkan imajinasi tentang Tuhan pun juga berbeda-beda. Masing masing mempunyai alam internalnya sendiri yang spesifik. Alam internal ini dapat kita ciptakan sendiri sesuai pilihan kita, berdasarkan memori, pengalaman masa lalu, imajinasi, dan daya spiritual kita. Diri kita yang sejati sebenarnya berada di alam internal ini.  Mungkin ini yang dimaksud dalam hadis Qudsi: “Barangsiapa yang mengenal dirinya maka sungguh dia akan mengenal Tuhannya”.

Hal ini juga merupakan karunia Tuhan yang sangat besar. Ketika janin sedang berada di rahim ibu, yang dirasakan seolah-olah kehidupan yang ada hanyalah di rahim ibu itu saja. Sampai saatnya janin keluar dari rahim ibu, baru dia tahu ada kehidupan lain setelah kehidupan di rahim ibu. Demikian pula setelah lahir ke dunia, kita tidak tahu bahwa akan ada alam setelah alam dunia, bila tidak dikaruniai Tuhan kemampuan agar alam itu dapat diketahui.

Baca Juga:  Makna Tasawuf Menurut Para Sufi

Karunia pertama ada di alam eksternal kita, yaitu indra kita, dengan berpikir empiris, logis, dan rasional bahwa mestinya ada alam kelanjutan dari alam yang sekarang ini. Namun, berpikir empiris, logis, dan rasional menggunakan indra kita ini sangat terbatas kemampuannya.

Karunia kedua ada di alam internal kita, yaitu akal dan fungsi luhur otak yaitu persepsi, memori, imajinasi, dan daya spiritual kita.Di sinilah imajinasi dan daya spiritual berperan sangat penting dalam mencari kebenaran, termasuk adanya Tuhan Yang Maha Kuasa, adanya alam setelah alam dunia, adanya hari pembalasan, dan yang lain.

Imajinasi merupakan karunia Tuhan yang tiada taranya, yang membedakan manusia dengan hewan. Manusia diberi kemampuan berimajinasi yang tak terbatas, bahkan malaikat pun tidak diberikan kemampuan ini. Imajinasi ini harus dimanfaatkan dengan sebaik baiknya, dengan tafakkur dan tadzakkur untuk mensucikan diri, mengenal, dan semakin mendekat kepada Tuhan. Namun, imajinasi jangan sampai disalahgunakan sehingga menjadi waham.

Imajinasi manusia ini demikian tak terbatasnya, sehingga bila tidak dikendalikan oleh akal serta daya spiritual, akan menjadi liar, kotor, dan tak terbendung, dan menjadi waham. Waham adalah imajinasi manusia yang khayal, semu, dan tidak nyata yang mendorong kepada keburukan. Semua imajinasi yang pada akhirnya menghasilkan keburukan, kesombongan, ujub, hawa nafsu, dan segala hal kotor yang makin menjauhkan kita dari Tuhan, adalah waham.

Imajinasi adalah alat yang dikaruniakan Tuhan, agar dapat membantu manusia menuju Fitrah manusia yang nyata, tidak khayal, dan suci, yaitu mengenal Tuhan. Namun berhati hatilah, karena godaan setan yang luar biasa berat, dapat menggelincirkan imajinasi manusia menjadi waham, yang sifatnya tidak nyata, khayal, dan kotor.

Seluruh tindakan manusia didorong oleh dua macam kekuatan yang berusaha mempengaruhinya.  Manusia yang condong kepada Ruh Tuhan mengarahkan kehidupan kepada kebaikan, keindahan, kesucian, dan kesempurnaan, disebut sebagai nafs insani. Adapun manusia yang lebih ditarik oleh unsur jasadinya yang kotor disebut nafs basyari.

Ketika Iblis membangkang untuk bersujud kepada Adam, ia berkata: “Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia (basyar) yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk!” (QS. 15: 33).

Baca Juga:  Mengenal Kitab Ihya' 'Ulumiddin 

Iblis menggunakan kata basyar yang hanya mengacu kepada jasad manusia yang kotor. Ia tertutup oleh kesombongannya hingga ia melupakan bahwa manusia telah disempurnakan dan disucikan Tuhan dengan ditiupkan ruh-Nya.

Seperti dikatakan oleh Jalauddin Rumi: “Jangan kau seperti Iblis, hanya melihat air dan lumpur ketika memandang Adam. Lihatlah di balik lumpur, beratus ribu taman yang indah”.

Nafs insani dapat mengarahkan manusia kepada jalan fitrah manusia yang lurus ke kesempurnaan yang melebihi para Malaikat. Sebaliknya nafs basyari dapat menjatuhkan manusia ke derajat paling rendah yang melebihi Iblis.

“Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) keburukan dan ketakwaan. Sesungguhnya beruntunglah manusia yang mensucikan nafs-nya, dan sesungguhnya merugilah dia yang mengotori nafs-nya” (QS. 91: 8-10).

Berhati hatilah menggunakan karunia Tuhan berupa daya imajinasi kita yang tak terbatas, manfaatkan sebaik baiknya, dengan menggunakan akal dan daya spiritual kita, serta tetap rendah hati dan ikhlas agar semakin mendekat kepada Tuhan.

Wallahualam

Previous Article

Makna Pluralisme yang Sebenarnya

Next Article

KENAPA HARUS BERTASAWUF, KENAPA TAK BERAKHLAK SAJA?

Subscribe to our Newsletter

Subscribe to our email newsletter to get the latest posts delivered right to your email.
Pure inspiration, zero spam ✨