Di pagi hari ini, setelah menunaikan salat subuh, tiba-tiba muncul kenangan dan kerinduan yang dalam kepada almarhumah istriku. Aku sering mengalaminya, dan di saat seperti itu aku bersyukur, karena entah mengapa aku merasa dalam kondisi yang semakin dekat kepada-Nya.
Tuhan ada di hati kita, dan dicapai melalui cinta dan kerinduan. Cinta dan kerinduan adalah alat yang diberikan oleh Tuhan untuk menuju Dia. Cinta kepada Tuhan adalah kendaraan tercepat menuju Tuhan. Cinta kepada semua makhluk-Nya juga sangat dianjurkan, dan itu merupakan jalan, penghubung, dan perantara menuju kepada cinta-Nya.
Cinta Tuhan Yang Rahman dan Rahim, merupakan sebab Tuhan mencipta alam semesta ini. Cinta ini, mengisi seluruh alam semesta, bukan saja terjalin antara Tuhan dan alam, tapi juga di antara segenap unsur di alam semesta.
Setiap unsur di alam ini menerima percikan cinta-Nya. Tentu saja, penghubung dan perantara termulia untuk menuju Tuhan adalah cinta kepada Nabi Muhammad saw. sehingga melalui cinta kepadanya kita cinta kepada Tuhan. Tidak mungkin mencintai Tuhan tanpa mencintainya.
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya” (QS. Al-Ahzab [33]: 56).
“Katakanlah (wahai Muhammad): “Jika kalian mencintai Allah, cintailah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu…” (QS. Ali Imran [3]: 31).
Cinta kepada makhluk-Nya, termasuk cinta kepada orang tua, anak, pasangan, sahabat, dan yang lain adalah percikan dari cinta Tuhan yang diberikan kepada kita. Cinta dan kerinduan semacam itu semestinya akan semakin mendekatkan kita kepada-Nya. Bila yang terjadi justru semakin menjauhkan kita dari Tuhan, maka itu hanyalah cinta semu, yang dilandasi oleh hawa nafsu dan kepentingan dunia. Cinta seperti itu bermuara dari cinta diri dan cinta dunia yang berlebihan.
“…jika ayah kalian, anak kalian, saudara kalian, istri kalian, kaum keluarga kalian, harta yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatir kerugiannya, dan tempat tinggal yang kalian sukai, adalah lebih kalian cintai dari Allah dan Rasul-Nya, dan dari sungguh-sungguh menuju jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya…” (QS. At- Taubah [9]: 24).
Semua amal dan ibadah yang kita lakukan, bila hanya dilakukan untuk rutinitas saja, tanpa landasan cinta kepada-Nya, merupakan kendaraan yang melaju lambat, kadang berhenti, atau bahkan mundur dalam perjalanan menuju Tuhan. Betapa banyak orang yang sudah mencapai umur lanjut, namun belum merasakan cinta kepada-Nya. Hidup ini adalah perjalanan mendekat kepada cinta-Nya. Jangan disia-siakan dengan hawa nafsu, cinta diri, dan cinta dunia yang tak pernah terpuasi. Satu-satunya alasan Tuhan masih memberi kesempatan pada kita adalah karena cinta-Nya juga.
“Sehingga apabila telah dewasa dan umurmu sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, berilah petunjuk padaku untuk mensyukuri nikmat yang telah Kau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku, dan supaya aku dapat berbuat amal saleh yang Engkau ridai” (QS. Al-Ahqaf [46]: 15).
Cinta kepada Tuhan adalah kendaraan tercepat menuju Tuhan. Wallahualam