Apa yang Dimaksud dengan Istilah Atas, Tinggi, Bertempat di Langit dalam Teks-Teks Keagamaan?

Apa maksud ayat-ayat Al-Qur’an dan teks-teks keagamaan lainnya ketika menyebut Tuhan “di atas”, atau memerintah “dari atas”, atau sesuatu datang “dari atas? Atau di tempat “tinggi”, atau “di langit”, dan sebagainya? Bukankah Tuhan di mana-mana? Di atas, di bawah, di tengah, di kanan, di kiri, di Barat, di Timur, dsb?

Sesungguhnya, “atas”, tinggi”, “langit” menyimbolkan keluhuran, kelembutan, ketersembunyian/ketaktertampakan, yakni apa-apa yang lebih batin dan spiritual ketimbang yang lebih nyata dan empiris. Semua hukum yang berlaku atas alam bekerja dengan stabil/tetap. Sebutlah automatis. Ada hukum yang mengatur alam al-khalq (alam empiris), ada yang mengatur alam amr (spiritual).

“Mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakan, ruh ada dalam pengarahan (amr) Rabb (Pengatur/Penyangga)-mu” (QS. Al-A’raf [7]: 4).

Nah, semua yang terjadi di alam empiris disangga oleh alam spiritual. Alam empiris punya sunnah (hukum-hukum)-nya sendiri. Dan hukum-hukum alam empiris, pada gilirannya digerakkan oleh “mekanisme” alam spiritual. Inilah yang disebut sebagai alam “yang di atas”, “yang tinggi”, “di langit”. Maka, jika Allah memerintahkan “dari atas”, atau sesuatu disebut turun dari “langit” maka yang dimaksudkannya adalah bahwa yang batin/spiritual menggerakkan yang tampak/empiris.

Sedikit tambahan: Allah menggerakkan baik hukum di alam batin/spiritual maupun alam empiris adalah dengan perantaraan malaikat. Kita semua tahu bahwa malaikat adalah makhluk spiritual. Dia adalah pesuruh/alat Tuhan dalam menggerakkan segala sesuatu, sesuai dengan hukum-kukum tersebut. Jadi, pada dasarnya malaikat adalah makhluk batin, lembut, tak tampak, yang merupakan bagian dari “mesin” yang menggerakkan alam semesta. Tak seperti mitos bahwa dia adalah makhluk konkret seperti manusia perempuan yang punya sayap, dsb. Jumlahnya, nyaris tak terbatas. Dikatakan bahwa malaikat ada di mana-dimana, menerima perintah Allah dengan taat tanpa pernah membangkang, menggerakkan benda-benda dan segala fenomena, mulai benda-benda angkasa yang besar-besar, sampai buku-buku jari kita. WalLaah a’lam

Baca Juga:  Orientasi Urban Sufisme Muslim Neo-Modernis Perkotaan
0 Shares:
You May Also Like